webnovel

Tao Ming Tse

"Huh! Bosan! Apa gue selama magang cuma bakal diam aja kayak gini, ya?" pikir Carolina yang telah kembali ke divisi IT dan duduk di tempatnya yang tadi. Dia sesekali mengeluarkan handphone miliknya dari sakunya untuk melihat jam dan langsung segera memasukkannya kembali ke dalam saku.

Meski saat ini dia tidak melakukan apa-apa dan tidak disuruh untuk melakukan sesuatu, tetap saja Carolina tidak mau untuk duduk di situ sambil memainkan handphonenya, itu semua dia lakukan untuk membuat image wanita baik.

Bukankah tidak akan sopan jika dia hanya sibuk memainkan handphone di jam kerja?

Bagaimana jika dia terlalu lama melihat handphonenya, dan orang-orang di situ nanti mulai berbicara yang tidak-tidak padanya?

Tapi tetap saja Carolina bosan karena hanya duduk diam saja.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 pagi, dan sudah sekitar satu jam sejak dia balik dari ruangan si apel merah itu.

"Carolina!" suara Andi tiba-tiba terdengar kembali yang langsung membuat Carolina berdiri dan segera menghampirinya.

"Ya, pak?" tanya Carolina bersemangat.

Akhirnya! Setelah sekian lama menunggu! Apakah Andi akhirnya menyadari bahwa gue dari tadi cuma duduk diam kayak orang bego, ya?

"Sekretaris perusahaan nyariin kamu lagi! Kamu kenal sama pak Agung?" tanya Andi yang penasaran. Padahal belum lama Carolina balik dari lantai 6, tapi dia sudah dipanggil lagi.

Carolina segera merasakan kecewa, ternyata si apel merah itu memanggilnya lagi. Apakah dia sudah selesai memeriksa dokumen itu, ya?

"Oh, nggak kok, pak Agung tadi cuma nanya apa ada yang bisa dibantu, karena aku kan mahasiswa pertama yang magang di sini, terus tadi aku kasi tau kalau aku membutuhkan sejarah perusahaan ini," ucap Carolina yang dengan cepat membuat alasan.

Andi menatapnya dengan curiga, tapi dia langsung segera mengalihkan pandangannya kembali pada layar monitor, bagaimana pun, kerjaannya saat ini sedang dalam kondisi darurat, "Kamu bisa pergi,"

Carolina mengangguk dan melangkahkan kakinya kembali menuju ke lift.

"Bapak cari saya?" tanya Carolina yang kini telah berada di hadapan Agung. Dia sudah bisa menebak bahwa yang memanggilnya adalah si apel merah, tapi demi menjaga image wanita baik, dia berpura-pura untuk bertanya pada Agung yang mengatakan pada Andi bahwa dirinya yang memanggilnya.

Carolina tidak tahu apakah si apel merah itu yang menyuruh Agung untuk berkata seperti itu, tapi dia sama sekali tidak peduli. Jadi meski hanya sekedar formalitas, Carolina tetap bertanya pada Agung.

Bagaimana jika dia langsung saja masuk tanpa menyapa sekretaris itu terlebih dahulu?

Bukankah itu sama saja tidak sopan? Dan pasti sekretaris itu akan berbicara buruk padanya.

Agung sekali lagi menatap Carolina, yang setelah dilihat-lihat lagi, memang memiliki wajah yang cantik, "Apakah si bos menyukai wanita ini, ya?" pikir Agung yang sama sekali heran dengan alasan bos barunya itu memanggil wanita ini lagi karena belum lama setelah wanita itu pergi, bos barunya sudah memanggil wanita itu lagi.

Selain karena wanita itu yang cantik dan bos barunya menyukainya, Agung tidak bisa memikirkan alasan yang lain.

"Bukan, kamu dicari sama orang yang di dalam," ucap Agung kemudian melirik pintu yang berada disampingnya. Carolina hanya mengangguk kemudian memutar gagang pintu itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Dia tidak perlu menjaga image wanita baik sama orang yang berada di dalam, bukan?

Toh dia sudah membuka topengnya. Jadi dia tidak perlu untuk mengetuk terlebih dahulu.

"Oh, kamu ternyata," ucap Ethan yang tiba-tiba terkejut karena pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu.

"Yo!" ucap Carolina yang langsung duduk di sofa ruang tamu kecil yang berseberangan dengan Ethan, menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya dan mengangkat dagunya, menantang pria itu seperti sebelumnya.

"Sepertinya kamu benar, perusahaan itu terlibat dalam pencucian uang," ucap Ethan.

Carolina tersenyum puas ketika mendengar pria itu yang mengaku kalah, "Tentu saja! Karena gue baik, gue maafin lo deh yang udah gak percaya sama kata-kata gue sebelumnya. Sekarang kembalikan kalung gue!"

Ethan cemberut, perasaan dia tidak salah. Itu adalah hal yang wajar untuk tidak mempercayai omongan wanita itu.

Terus dia juga tidak meminta maaf, kenapa wanita itu seolah-olah mengatakan bahwa dia bersalah, meminta maaf, dan wanita itu telah memaafkannya?

"Tapi ada yang ingin aku tanyakan…," ucap Ethan yang menggantung kalimatnya.

"Apa tidak apa-apa jika aku menanyakan langsung kalau dia adalah seorang hacker terkenal?" pikir Ethan yang tiba-tiba ragu.

"Bagaimana jika dia memang adalah seorang hacker terkenal, dan untuk menjaga agar identitasnya tidak bocor, dia mungkin akan menghancurkan perusahaan ini, atau yang lebih parah… membunuhku? Saksi yang mengetahui identitasnya?" pikir Ethan lagi tiba-tiba menjadi takut.

Bukankah di film-film jika ada saksi yang mengetahui identitas si pelaku, biasanya si pelaku akan menculik si saksi atau membunuhnya?

"Apaan? Awas aja lo udah sengaja ngegantung terus bilang gak jadi!" ancam Carolina yang sepertinya menyadari bahwa si apel merah itu akan mengatakan hal tersebut.

Ethan sedikit terkejut karena seperti kali ini wanita itu yang berhasil membacanya, "Kamu bisa Mandarin tradisional?" tanya Ethan tiba-tiba ketika mengingat bahwa Qi Inc berasal dari Taiwan dan seingat Ethan, negara tersebut masih menggunakan Mandarin tradisional, berbeda dengan Tiongkok, asal keluarga mamanya yang memakai Mandarin yang telah disederhanakan.

Dan seingat Ethan, mempelajari Mandarin tradisional jauh lebih susah daripada mempelajari yang sudah disederhanakan. Ethan bahkan hanya mengetahui Mandarin yang telah disederhanakan.

Jadi dia sedikit terkejut ketika menyadari bahwa wanita itu mengetahui Mandarin tradisional.

"Ya, kenapa?" tanya Carolina yang bingung dengan pertanyaan Ethan.

"Kok bisa?" tanya Ethan yang mengetahui tingkat kesulitan bahasa tersebut.

"Belajar lewat yutub," ucap Carolina yang memang mempelajarinya lewat internet..

"Kenapa?" tanya Ethan lagi, tiba-tiba penasaran. Jika memang si hacker terkenal FA, mengetahui berbagai bahasa, dan wanita di depannya ini adalah FA, berarti kemungkinan dia juga mengetahui berbagai bahasa. Jadi Ethan penasaran alasan wanita itu mempelajari Mandarin tradisional.

Merasa kesal karena Ethan terus menanyakannya, Carolina menjawab, "Ya suka-suka gue lah mau belajar bahasa apaan, mau bahasa Mandarin tradisional kek, bahasa alien kek, kayaknya bukan urusan lo, deh. Udah mana kalung gue?" tanya Carolina yang kini bangkit berdiri dan menghampiri Ethan.

"Jawab dulu, kenapa kamu belajar bahasa Mandarin tradisional?" tanya Ethan yang ingin mengetahui alasan wanita itu mempelajarinya. Karena untuk saat ini, kebanyakan orang lebih mempelajari Mandarin yang disederhanakan daripada tradisional karena hal tersebut jauh lebih mudah.

"Oalah, gue lupa kalo Qi Inc itu dari Taiwan, apa gara-gara itu nih apel merah ngotot nanya pengen tahu kenapa gue tahu bahasa Mandarin tradisional, ya?" pikir Carolina

"Karena gue pengen punya cowok dari Taiwan! Itu alasannya! Lo gak tau cowok-cowok Taiwan pada seksi, ya? Tao Ming Tse misalnya!" ucap Carolina secara asal. Dia mengingat Clara pernah membicarakan drama taiwan yang di dibuat versi tahun 2018 nya itu. Tapi dari sekian banyak nama pemeran yang diucapkan oleh Clara, Carolina cuma mengingat nama Tao Ming Tse, dan menurut Clara, baik versi tahun 2018 atau yang pernah tayang saat 2001, Tao Ming Tse itu seksi. Carolina tentu saja tidak mengetahui siapa itu Tao Ming Tse karena dia lebih suka menonton anime daripada drama.

"Tao Ming Tse, siapa?" pikir Ethan yang sama sekali tidak mengenalnya.

"Udah kan? Mana kalung gue!"ucap Carolina menyodorkan kembali tangannya.

Ethan akhirnya membuka kembali laci mejanya dan memberikan kalung itu.

Setelah kalung itu mendarat di telapak tangannya, Carolina menggenggamnya dengan erat. Seolah-olah tidak mau menghilangkannya lagi.

Ethan yang menyadari bahwa kalung itu berharga bagi wanita itu, berkata, "Lain kali jangan sampai meninggalkannya lagi,"

"Hm, ya, pasti. Makasih sudah menjaganya," ucap Carolina kemudian langsung memakai kalung itu lagi. Takut jika dia menaruhnya di saku, kalung itu akan jatuh.

"Sama-sama," jawab Ethan yang kembali duduk dan membaca dokumen-dokumen yang belum dia baca.

Semuanya sudah selesai. Menurut Ethan, kalung itu adalah ikatan untuk membuat Carolina mau menemuinya. Sekarang dia tidak lagi bisa menemui Carolina karena tidak ada lagi alasan bagi wanita itu untuk menemuinya setelah kalung itu berhasil dia dapatkan.

Karena sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk berada di sini dan melihat Ethan yang sibuk, Carolina memutuskan untuk segera keluar.

Tapi baru saja dia akan memegang gagang pintunya...

"Tunggu dulu! Jangan dulu pergi!" suara Ethan menghentikan tangannya untuk membuka gagang pintu itu.

Terima kasih buat udah yang kasi komen, batu kuasa, apalagi yang kasih gift '-'/

Tapi masih sedih gak ada yang kasi review/ulasan u,u

Jadi kalau kalian ingin agar author lebih semangat, jangan lupa untuk:

1. Memberikan power stone / batu kuasa.

2. Meninggalkan review/ulasan di halaman awal novel ini. Sekalian promosiin kepada pembaca baru, alasan mereka harus baca novel ini, hehe. Kritik dan saran juga bisa dikasi di sana.

3. Gift / hadiah. Jika kalian memiliki koin lebih *uhuk* kalian bisa memberikan gift / hadiah buat author, hehe

Tetap terus dukung author, ya!

Salam,

FallenAngel4869creators' thoughts
Siguiente capítulo