webnovel

Pengabdi 5

"Iya, terus sayang. Enak banget kalau posisi kamu begitu, aaaah," lenguh seorang lelaki.

Di sebuah kamar hotel, terlihat seorang pria yang berusia sekitar 51 tahun tengah mendesah nikmat. Ia tengah dalam posisi terlentang di atas ranjang tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Sedangkan di atas tubuhnya yang sudah mulai gempal termakan usia, ada seorang wanita berusia sekitar 37 tahun yang sedang menunggangi kemaluannya dalam keadaan bugil.

"Kamu memang tahu betul cara memuaskanku, Lisa," erang pria tersebut.

Perempuan cantik yang bernama Lisa itu hanya tersenyum dan terus menaik-turunkan pinggulnya di atas kemaluan sang pria tua. Remasan tangan pria tersebut pada sepasang payudaranya membuat birahinya terus menanjak, hingga mendekati puncak.

Ketika Lisa telah hampir mencapai orgasmenya, sang pria tua berinisiatif untuk membalikkan badannya hingga posisinya kini di atas dan Lisa di bawah. Ia mengangkat kedua lutut Lisa hingga selangkangannya terbuka. Ia pun menekan kemaluannya ke dalam vagina Lisa sedalam mungkin.

Diperlakukan seperti itu, Lisa pun semakin tidak tahan. Tak lama kemudian, ia pun melepaskan orgasme pertamanya di hari itu. Tubuhnya lunglai seperti tak bertulang. Sang pria tua pun tidak ingin egois. Ia menghentikan genjotannya, membiarkan kemaluannya bersarang di dalam vagina Lisa, dan langsung memeluk tubuh wanita itu dengan mesra.

Lisa balas memeluk tubuh pria tersebut. Ia elus-elus punggung pria tua yang kulitnya sudah mulai berkerut tersebut. Meski begitu, entah bagaimana pria tersebut masih terus bisa memuaskan birahinya yang seperti tidak tertahankan.

"Kamu selalu bisa memuaskanku Anggoro," bisik Lisa di telinga pria yang ternyata adalah Om Anggoro ayahnya Angel.

Meski Lisa telah menikmati orgasme, namun penis Om Anggoro sepertinya belum mencapai puncak. Kemaluan berukuran cukup besar tersebut masih tegak berdiri, menyimpan cairan seperma yang belum dilepaskan.

Sadar akan hal tersebut, Lisa yang sudah cukup beristirahat pun langsung menjepit kemaluan Om Anggoro di antara kedua payudaranya. Ia terus menggesek-gesekkan buah dadanya sampai Om Anggoro merasa keenakan. Beberapa menit kemudian, Om Anggoro pun melepaskan air maninya.

Tanpa diperintah, Lisa langsung membersihkan seperma yang keluar tersebut dengan mulutnya. Ia menjilati setiap inci dari penis Om Anggoro, hingga ke biji pelirnya. Setelah itu, ia pun langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Om Anggoro masih merebahkan badan di ranjang ketika Lisa keluar dari kamar mandi. Tercium bau harum yang khas sekali dari tubuh Lisa. Meski hari masih siang, namun Lisa langsung mengenakan kembali kemeja putihnya yang cukup ketat, dan roknya yang berwarna biru tua.

"Kamu mau kembali lagi ke bank, Sayang?" Tanya Om Anggoro.

"Iya, Om. Lisa harus kembali ke bank, gak enak nanti dicariin anak buah. Terima kasih ya Om sudah memuaskan Lisa, dengan kenikmatan yang jauh lebih memuaskan dibanding suamiku," ujar perempuan keturunan Manado tersebut sembari mengecup bibir Om Anggoro.

Pria tua tersebut pun membalasnya hingga mereka akhirnya beradu lidah. Tampak pemandangan yang kontras seorang perempuan yang masih usia produktifnya, tengah menggali kepuasan dari seorang pria yang sebentar lagi memasuki usia pensiun. Beberapa menit kemudian, mereka pun mengakhiri adegan panas tersebut.

Lisa, seorang pimpinan bank swasta tempat Om Anggoro biasa melakukan transaksi bisnis. Awalnya hubungan mereka murni bisnis. Namun pesona dan gairh Om Anggoro akhirnya bisa memaksa Lisa untuk takluk, dan kini perempuan cantik itu pun sering menjadi pemuas nafsu Om Anggoro yang sudah beberapa tahun hidup tanpa istri.

Lisa sendiri sebenarnya sudah mempunyai suami dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia pun telah mempunyai jabatan yang cukup penting di bank tempatnya bekerja. Namun semua hal itu tidak menyurutkan gairhnya yang sudah dibangkitkan oleh seorang pria tua bernama Anggoro, yang merupakan duda beranak satu.

Selepas kepergian Lisa, Om Anggoro pun bangkit dari tempat tidur dan menuangkan minuman keras yang ia bawa sebelumnya ke dalam cangkir kecil. Ia pun beranjak ke arah jendela, dan memandang keluar. Dari posisi kamar yang berada di lantai delapan tersebut, ia bisa melihat kondisi Ibu Kota yang perlahan tengah memasuki senja.

Om Anggoro teringat kembali pertemuannya dengan Widia kemarin siang. Ia tidak menyangka bahwa teman baik anaknya yang terakhir ia temui ketika masih memakai seragam putih abu-abu tersebut kini telah berubah menjadi perawan dengan tubuh yang ranum. Untung ia menyanggupi permintaan anaknya untuk mengantar ke mall. Awalnya ia sempat tidak mau dan meminta Angel untuk berangkat sendiri dengan transportasi online.

Saat bertemu kemarin, Widia memang mengenakan semacam cardigan yang menutupi tubuh bagian atasnya. Namun ia juga mengenakan atasan berwarna hijau tua yang cukup ketat, hingga metampakan bentuk payudaranya yang bulat. Pipinya yang tembam dan senyumnya yang manis pun membuat perempuan muda tersebut terlihat begitu menggemaskan di mata Om Anggoro.

Dan yang paling membuat Om Anggoro terkesan adalah pantat Widia yang sekal dan montok. Tanpa diketahui Widia dan Angel, Om Anggoro tidak langsung pergi setelah mereka berpisah. Pria tua tersebut sempat berhenti sejenak untuk melihat keduanya dari belakang. Ia bisa bebas memperhatikan bentuk bkong Widia yang hanya tertutup celana jeans.

"Angel, sekarang teman kamu Si Widia itu kerja di mana?" tanya Om Anggoro ketika Angel dan Om Anggoro sudah sama-sama ada di rumah.

"Dia sekarang bantu bisnis keluarganya, Yah. Jualan pakaian gitu," jawab Angel sambil tetap serius menonton televisi di ruang tamu.

"Owh. Dia sudah punya pacar?" Tanya Om Anggoro lagi.

"Sudah, namanya Rezgy," jawab Angel. "Ayah ngapain sih nanya-nanya begitu?" Angel yang mulai curiga kemudian menolehkan kepalanya untuk melihat ekspresi wajah sang ayah.

"Ya nanya aja. Habis kamu sampai usia segini belum punya pacar juga," ujar Om Anggoro meledek. Angel yang kesal pun langsung melemparkan bantal ke arah sang ayah.

Karena obrolan itu, Om Anggoro pun mengetahui bahwa perempuan berusia 24 tahun tersebut telah mempunyai seorang pacar. Namun menurut pria tua tersebut, hal itu tentu bukan masalah. Lisa yang sudah mempunyai suami dan anak saja masih bisa ia taklukkan, apalagi anak bau kencur seperti Widia yang baru mempunyai seorang pacar.

Om Anggoro pun membayangkan sahabat anaknya tersebut masuk ke kamar hotel yang tengah ia inapi. Dengan masih mengenakan pakaian lengkap, ia membayangkan Widia naik ke atas pangkuannya dan mengizinkan tangannya yang sudah mulai keriput untuk meremas-remas payudara perempuan cantik tersebut yang begitu besar dan indah. Ia ingin perempuan muda tersebut mendesah binal di atas pahanya, sambil memejamkan mata menahan birahi.

"Ahh, Om Anggoro, puaskan Widia Om. Penis dan tubuh Om yang perkasa benar-benar membuat Widia ketagihan," begitu desah Widia dalam khayalan Om Anggoro.

"Iya Widia, Om akan puaskan kamu sampai kamu gak akan bisa puas dengan penis lelaki lain," jawab Om Anggoro sambil mengelus-elus kepala pasangan khayalannya.

Tanpa terasa, Imajinasi itu membuat kemaluan Om Anggoro kembali berdiri tegak.

^^^

Siguiente capítulo