Namara berjalan kembali ke kamar dengan perasaan murung. Di belakangnya ada sosok Lyco yang berjalan mengikutinya. Eros tidak membiarkan dia kembali ke istana Bulan sendirian karena tidak mau dia melakukan sesuatu yang aneh.
Terserah. Namara hanya memikirkan tentang tanda lahirnya. Itu sesuatu yang sekarang sudah menambah kadar keresahannya.
Setelah tiba di depan kamar, Namara langsung masuk. Dia mengabaikan Elise yang sudah berdiri di depan pintu.
"Kenapa Nona terlihat murung?" tanya Elise pada Lyco.
"Kenapa kau bertanya padaku? Tentu saja aku tidak tahu," balas Lyco sedikit ketus.
Elise menghela napas. Dia tidak bertanya apa-apa lagi dan membiarkan Lyco berlalu pergi.
Sementara itu, di dalam kamar Namara bergerak membuka tas yang dibawa dari rumah bordil. Kemudian dia mengambil buku kecil miliknya yang masih dipertanyakan apa fungsinya.
Dia menatap buku itu dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Apa mungkin buku itu ada kaitannya juga dengan tanda lahirnya? Namara menjadi semakin pusing karena didesak oleh perasaan ingin tahu.
"Barangkali ada sesuatu yang tersembunyi," gumam Namara pelan. Dia kembali membuka buku itu dengan penuh hati-hati dan ketelitian.
Namara membuka lembar demi lembar dengan sabar. Namun, akhirnya dia frustrasi juga ketika tak kunjung menemukan apa-apa. Dia meremas sampul buku itu dengan perasaan geram.
"Kenapa aku harus dibuat bingung seperti ini?!" seru Namara yang emosinya meninggi.
Dia menggaruk kepalanya dengan kasar lalu kembali mengamati buku yang kini sampulnya sudah kusut. Tiba-tiba dia melihat garis-garis samar berwarna putih dari bagian-bagian sampul yang kusut.
Namara mengangkat sudut alisnya dengan perasaan heran. Buku yang dia pegang memiliki sampul berwarna cokelat gelap. Jadi, garis-garis putih itu terlihat cukup menarik mata.
Dia mengusap garis putih itu beberapa kali. Kemudian langsung diperlihatkan dengan rontokan kecil sampul cokelat yang jatuh ke lantai.
Namara menjadi semakin tertarik. Dia langsung menggosok seluruh garis-garis putih itu sampai sampul aslinya yang berwarna cokelat mulai mengelupas lebar.
Semakin lama Namara menjadi merasa semakin penasaran. Ketika sampul cokelat itu mengelupas, dia bisa melihat sampul lain berwarna putih yang berserabut seperti awan.
"Apa ini? Kenapa aku baru tahu?" Namara bertanya pada dirinya sendiri. Setelah seluruh sampul cokelat itu terkelupas akhirnya dia bisa melihat sampul buku yang sebenarnya.
Ini sangat mengejutkan. Dia tidak pernah membayangkan ternyata sampul cokelat yang sudah jelek itu hanya melapisi sampul lain yang terlihat jauh lebih cantik.
Apakah sampul cokelat itu digunakan untuk melindungi sampul sebenarnya? Atau malah untuk menyembunyikan keasliannya?
Namara dijejali dengan banyak pertanyaan dan tebakan. Buku di tangannya itu terlalu tidak terduga. Bahkan sekarang penampilan buku itu terlihat sangat berbeda hanya karena sampul cokelatnya sudah lepas.
Apa yang membuat Namara semakin terkejut adalah adanya rune yang tertulis di sampul putih itu. Ini semakin membuatnya kewalahan. Jangan bilang kalau semuanya memang saling berhubungan?
Antara buku dengan tanda lahir … itu pasti bukan kebetulan. Apalagi orang tuanya pernah mengatakan jika buku itu merupakan bagian dari kelahirannya.
"Ahhh! Kenapa membingungkan sekali?!" seru Namara dengan frustrasi. Mungkin suaranya terlalu keras sehingga Elise yang berada di luar kamar bisa mendengarnya.
"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Elise dari luar.
Namara segera menjawab, "Ya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Rasanya dia ingin mengutuk dirinya sendiri. Dia harus tetap tenang, jangan membuat keributan yang tidak perlu. Dia harus menyimpan rahasia ini baik-baik.
Namara kembali mengamati bukunya. Sekarang buku itu sudah didominasi oleh warna putih. Rune yang tertulis di sampulnya ditulis dengan warna biru langit, sangat cocok dengan sampul putih berserabut itu.
Kalau dilihat-lihat, buku itu terlihat cukup unik. Sangat jarang ada buku dengan warna putih. Kebanyakan pasti cokelat dan warna-warna gelap lainnya.
"Sepertinya aku harus bisa memanfaatkan Eros. Kurasa pria itu juga tertarik dengan rune ini," gumam Namara. Dia diam dan berpikir selama beberapa saat.
Akhirnya dia memutuskan. Dia harus memanfaatkan Eros. Pria itu memiliki kekuatan dan pastinya memiliki banyak koneksi. Dengan begitu dia akan lebih mudah mendapatkan informasi.
Namara mengangguk beberapa kali. Kemudian dia menyimpan buku itu baik-baik. Barangkali ada banyak rahasia dan makna yang tersimpan di balik rune antik itu.
***
Saat ini hari sudah malam. Namara tidak berharap banyak seandainya Eros akan datang. Jadi, dia mematikan lampu di kamar dan hanya menyisakan lampu yang paling kecil.
Suasana kamar menjadi remang-remang. Namara menarik selimut dan bersiap untuk tidur. Dia menutup mata, tetapi sebelum benar-benar tidur dia mendengar suara pintu yang terbuka.
Namara langsung terkesiap. Dia menoleh dan pandangannya menangkap sosok bayangan pria yang berjalan mendekat. Seketika itu juga jantungnya langsung berdebar.
Akhirnya pria itu datang. Tidak salah lagi, itu memang Eros.
Eros berhenti di sisi ranjang lalu duduk di sana. Tiba-tiba tangannya meraih tangan Namara dan menariknya hingga wanita itu terpaksa bangkit.
Tanpa memerhatikan respons Namara, Eros langsung meraup bibir Namara dan mereguk rasa manisnya. Kali ini dia melakukannya dengan lembut, tidak sekasar sebelumnya.
Namara hanya diam membeku. Dalam situasi yang remang itu dia tidak bisa melihat ekspresi Eros. Namun, dia bisa merasakan ciuman pria itu yang terkesan menuntut.
Tangan kanan Eros mendarat di punggung Namara dan bergerak naik turun membelainya. Sementara itu tangan kirinya menyentuh tengkuk Namara dengan lembut.
Setelah beberapa saat dia melepaskan ciuman bibirnya. Namun, itu bukan berarti dia akan berhenti. Dia hanya beralih ke leher Namara dan menyapunya dengan lembut.
Darah Namara langsung berdesir. Bagaimanapun juga dia adalah wanita normal dan perlakuan Eros sudah membangkitkan sisi kedewasaannya.
Eros sama sekali tidak menahan diri. Dia mengecap leher Namara dan menciptakan jejek-jejak merah sebagai tanda kepemilikan. Hal ini berarti hanya dia yang akan memiliki tubuh molek itu.
Tangan kirinya turun menyusuri pundak Namara hingga tiba di dadanya yang berukuran ideal. Tanpa merasa malu dia mulai meremas benda kenyal itu secara bergantian.
Namara langsung melenguh. Sorot matanya berubah menjadi sayu. Dia berusaha menjaga kewarasannya dengan susah payah.
Tiba-tiba pria itu membaringkan tubuhnya dengan perlahan. Dia bisa merasakan tangan Eros yang mulai melucuti pakaiannya. Sedikit demi demi sedikit kain penutup itu meninggalkan tubuhnya.
"Tuan," Namara melirih.
Eros tidak memedulikan panggilan itu. Dia kembali mencium bibir Namara lalu ciumannya turun ke leher dan area dadanya. Hari ini dia ingin melepaskan hasrat kelelakiannya.
Perasaan Namara menjadi semakin tidak keruan. Dia menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan yang memalukan. Ternyata ini sesuatu yang sangat sulit baginya, apalagi ketika pria itu memainkan lidah di dadanya.
"Peraturan terakhir adalah ...." Tiba-tiba Eros berbicara.
Namara menjadi cukup terkejut. Dia kembali teringat pada peraturan-peraturan yang sempat Eros katakan. Ternyata pria itu masih memiliki peraturan lagi.
Pada saat itulah tiba-tiba Eros mengambil kain hitam yang cukup panjang. "Kau tidak bisa melihat tubuhku," ucap Eros yang lalu menutup mata Namara menggunakan kain itu.
Namara hanya bisa terdiam. Sekarang dia semakin tidak bisa melihat apa-apa. Hanya kegelapan tanpa akhir yang bisa dia temui.
Bibirnya dicium lagi, tubuhnya disentuh lagi. Namun, kali ini pria itu melakukannya dengan lebih gila. Dalam kegelapan itu Namara tidak bisa bertahan lebih lama.
Mulutnya terbuka mengeluarkan desahan serta lenguhan yang menggairahkan. Gejolak api telah tumbuh yang membuat tubuhnya semakin panas.
Dengan mata yang tertutup rapat, Namara merasakan sesuatu yang mulai memasuki bagian bawahnya. Napasnya tertahan. Rasa sakit dan hasrat kenikmatan menyerang tubuhnya, sebelum akhirnya mulai melebur menjadi satu.
Tanpa sadar butir bening keluar membasahi kain yang menutup mata Namara. Ini adalah jalan yang sudah dia pilih. Apa pun yang terjadi, dia akan bertahan hingga akhir.