Li Wenyan marah hingga wajahnya memerah. Ia memegang tongkat kayu dengan sangat kuat, sampai urat nadi berwarna biru di punggung tangan kanannya tampak menonjol.
Jika saat itu dia tahu ada anak haram ini, Li Wenyan tidak akan membiarkannya lahir tanpa ragu-ragu.
Jika demikian, Li Wenyan tidak akan emosi karenanya.
Setelah kembali ke kamar tidur utama, Ouyang Qian membantu Li Wenyan berjalan sampai duduk di tepi kasur.
"Lihatlah dirimu, baru sebentar saja sudah bertengkar dengan A Li. Kapan kalian bisa mengobrol dengan baik-baik?"
"Mungkin pada hari aku mati, atau kalau tidak, dia yang mati."
"Jangan asal bicara." Ouyang Qian menutupi mulut Li Wenyan dengan tangannya, "Apanya yang mati? Kamu akan panjang umur. Kelak, anak Xiaxia dan Yuan'er akan memanggilmu Kakek."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com