webnovel

Ch. 20 : Pertandingan Kedua

Key POV

Sejak berberapa kejadian buruk yang menimpa Sherly aku ragu membiarkan dia berjalan sendirian, apa aku berlebihan?. Setidaknya seperti saat ini aku mengantarnya menuju ruang ganti Tim Hufflepuff.

"Apa, aku bisa bertemu Cedric Diggory?" tanya Sherly pada salah seorang pemain Hufflepuff juga.

"Kau... " pria itu terkejut entah mengapa

"Sherly Holmes" Kata Sherly, pria itu mengangguk "Akan kupanggilkan dia kau tunggu saja disini"

Tak beberapa lama kami menunggu dia muncul lengkap dengan seragam Quidditch dan sapu tebang di genggamannya.

"Kau sudah sadar?" Cedric tampak girang, Sherly mengangguk

"Kau tidak menjengukku" tuduh Sherly

"Aku menjengukmu tapi kau bahkan tak sadarkan diri, mana bisa tau kedatanganku – lagipula… biar kutebak temanmu itu tak bercerita apa pun kan?" Cedric mengedikan kepala kearahku.

"Kau tau dan tak bercerita padaku?" kini Sherly menatapku kesal

"Aku tak sempat mengatakannya padamu – kau dan aku hanya sempat untuk bertengkar bukan?"

"benar juga" gumamnya

"Oppa... kau harus menunjukkan permainan terbaikmu, Fighting!!!"

"Kau mendukungku?"

"Tentu saja – tapi tetap saja aku akan lebih senang kalau asramaku yang menang" Kata Sherly sambil tertawa

"Mana bisa begitu?" Cedric mencubit ujung hidung Sherly

"Aku tak menyangka kau benar-benar bisa kehilangan taring dan cakarmu ketika bersama Cedric" Sherly melirikku kesal mendengar ucapanku barusan.

"Cemburu hah?" ejek Cedric "Tenang saja aku sudah punya pacar"

"Dia sepupuku"

"Tch… Tidak ada hubungannya denganku, untuk apa kau jelaskan padaku" jawabku sekenanya

Menyebalkan untuk mengakuinya tapi mereka benar – benar terlihat akrab dan manis sekali.

"Terima kasih, sebaiknya kau segera kembali karena aku harus bersiap – siap pertandingan akan dimulai"

"Okey..." seru Sherly lalu tunggu… mereka berpelukan, reflek aku membuang muka kesal, aku mengingatkan diriku sendiri kalau mereka hanya sepupu kucoba meredam benakku sendiri, yeah sepupu bahkan bukan sepupu kandung, sial… sisi lain dari diriku mulai memprovokasiku. Cedric terlihat terkekeh setelah merhatikan reaksiku barusan.

Kami pergi menuju tempat kami, aku mengumpat dalam hati begitu melihat Malfoy berada di sekitar tempat duduk kami.

"Aku yakin semalam tak bermimpi buruk tapi mengapa harus ada dia disini?" bisikku sementara Sherly hanya mengangkat bahu.

"Akhirnya kau sadar juga, kau tahu… Sherly aku benar-benar mengkhawatirkanmu aku heran apa kau tidak curiga pada Key? Bukankah pelayan itu bilang dialah yang memesankan minuman untukmu"

"Kau tak perlu memperdulikanku, kau hanya membuatku ingin muntah. Lagipula aku sudah tau siapa pelakunya – jadi hentikan ocehanmu" jawab Sherly.

"Hey, bung ada apa dengan wajahmu? Aku sungguh penasaran siapa yang menghajarmu hingga seperti itu" Malfoy kini mengomentari lebam di wajahku.

"bukan urusanmu" tukasku.

"Bukankah itu Dumbledore?" tanya Sherly

"itu bagus - Jadi mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan sabotase" ujarku sambil melirik ke arah Malfoy.

Snape baru saja memberi pinalti karena George Weasley melempar bludger kearahnya. Sherly menggigit bibirnya cemas sementara Hermione menyilangkan semua jarinya di atas pangkuan untuk mendapat keberuntungan. Kini Harry yang sibuk mencari Snitch karena keadaan Gryffindor mulai terjepit.

Sepertinya Harry melihat Snitch dan mulai mengejarnya sementara, Malfoy masih mengoceh dan terus menghina Harry, Neville dan Ron. Aku menutup telingaku mencoba tak perduli mengenai apa yang mereka bicarakan, andai saja aku tadi membawa headset.

Mereka tak berhenti Ron dan Malfoy terlibat baku hantam hingga berguling di bawah tempat duduknya.

"Ron.. Ron... hentikan... kau tak perlu berkelahi dengannya" teriak Sherly

"Ron dimana kau? Pertandingan sudah berakhir – KITA MENANG... Gryffindor memimpin" teriak Hermione melonjak-lonjak kegirangan memeluk Parvati yang berada di depannya.

Sherly dan aku berhadapan "KITA MENANG, kau dengar itu..." seru Sherly kedua tangan kami ber-high five sambil melompat kegirangan.

"ini gila – mereka bahkan baru beberapa menit yang lalu memulai pertandingan" mendengar ucapanku barusan reaksi Sherly berubah keceriaannya sirna seketika.

"Ini pasti pertandingan terburuk bagi Cedric" gumamnya murung

"Ayolah, haruskah kita membicarakan dia disaat seperti ini?" keluhku

"Tapi..." dia hendak protes

"Aku yakin Cedric sportif – kita memenangkan Quidditch meski poin kita masih tertinggal tapi kita masih punya kesempatan merebut Piala Asrama dari Slytherin"

"Kau sangat ambisius" balasnya. "terima kasih – aku anggap itu sebagai pujian"

Hermione menarik tanganku "Kau mau mengajakku kemana?" tanyaku.

"Ke asrama karena kalian bisa memberi pertunjukkan untuk kami dan itu akan memeriahkan kemenangan tim kita"

"Wooooo briliant ide bagus" Jerit Junho antusias

"kalau begitu aku akan menunjukkan pada kalian karya terbaruku – kalau responya bagus akan ku masukkan dalam materi kita selanjutnya" tambah Jihyun.

"Mereka begitu bahagia kan?, Apa kau mau merubah atmosfer ini?" bisikku pada Sherly. Dia hanya memberi tatapan pasrah.

Kami berjalan keluar dari lapangan agak mengantri karena sepanjang jalan agak ramai, maklum ini pertandingan final.

"Apa perlu kita menepi dulu, aku benci berjalan seperti siput" gumam Ron

Hermione mengangguk setuju lalu kami mulai menepi "begini juga tidak kalah membosankannya" keluhku

"Begini saja, beritahu siapa kau yang sebenarnya maka mereka akan dengan senang hati membukakan jalan untukmu Jeonha…" cibir Sherly

Aku melirik Sherly tajam dan mendengus kesal, kemudian terlihat Jessica dan teman – temannya menghampiri kami.

Wajah Jessica terlihat terkejut dan berseru "Key… Apa yang terjadi dengan wajahmu – kau berkelahi dengan siapa?" dia memasang wajah cemas penuh perhatian, Jessica menyentuh daguku mungkin berniat mengecek seberapa parah atau entahlah. Itu membuatku risih.

Aku mengelak dan menyingkirkan tangannya dari wajahku, menyebalkan sekali apa saat ini dia sudah merasa akrab denganku atau apa? Hingga bersikap demikian "Astaga – jangan merusak mood ku hari ini" geramku.

"Aku hanya mencemaskanmu – Aku ini fans mu, kudengar kau selama ini ramah terhadap fans tapi kenapa tidak padaku?" protesnya

Sherena muncul dan menarik lengan Jessica menjauh dari Key "Kau itu pengecualian" tandasnya.

"Aku tidak ada urusan denganmu" kata Jessica memberi tatapan sengit.

"O..ow" gumam Ron yang sepertinya was – was dengan apa yang terjadi dihadapannya.

"Aku juga yakin Key tak mau berurusan denganmu" jawab Sherena ketus

"Sebenarnya apa yang terjadi kau tak pernah bersikap seperti ini" bisik Harry di telingaku.

"Lebih baik kita pergi saja" ujarku muak melihat pertengkaran aneh ini.

Jessica melangkah menghalangi jalanku "Tunggu, kalau aku meminta maaf atas perbuatanku pada Sherly tempo hari – apa kau akan merubah sikap dinginmu terhadapku?" Aku melirik Sherly sekilas, kulihat dia memasang mimik seakan – akan tersedak sesuatu seolah mengatakan 'mengapa menyeretku?'.

"Apa kau pikir minta maaf hanya sebuah negosiasi? Kau hanya menjadikanku sebagai alasan dan kau sama sekali tidak terlihat menyesali perbuatanmu pada Sherly"

"Lalu aku harus bagaimana?" tuntut Jessica

"Mengapa kau tanyakan pada Key? Kau membuat kesalahan pada Sherly" Sherena berteriak kesal. Aku cukup terkejut melihat Sherena begitu emosional membela Sherly – sejak kapan dia berpihak pada Sherly?

"Jadi aku harus mendapat maaf darinya begitukah?" Jessica menghela napas.

Dia menghampiri Sherly "Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkanku" Sherly hanya diam entah berpikir atau melamun.

"Kenapa kau diam saja-Apa perlu aku berlutut?"

"Tidak perlu, asal kau minta maaf dengan benar kurasa itu sudah cukup" Kata Sherly. Aku heran mengapa Sherly bersikap lunak pada Jessica?

"Aku menyesal mengajak teman – temanku mengeroyokmu, Aku minta maaf… kupikir aku hanya salah paham terhadapmu. Aku tak ingin kita ada permusuhan" Ujar Jessica sambil mengulurkan tangganya. Sherly menatap mata Jessica kurasa dia mencoba memastikan.

"Kau lihat… Dia benar – benar Drama Queen, apa kau percaya padanya?" bisik Sherena padaku.

"kalau harus jujur, tidak sama sekali" ujarku.

"Baiklah… kuharap tak ada lagi kesalahpahaman diantara kita" Sherly tersenyum.

Yeah, harus kuakui meskipun Sherly kerap bersikap dingin, bicara kasar dan tempramen, tapi dia pemaaf - tunggu apa aku barusan memujinya?

"Aku sudah mendapatkan maaf darinya… kau tak perlu bersikap dingin lagi terhadapku" Dia tersenyum padaku, entah mengapa aku sama sekali tak melihat ketulusan saat dia minta maaf barusan.

"Apa hakmu mengatur…" Sherly mencengkram lenganku erat dan dia sukses menghentikan luapan emosiku.

"Masalah yang seharusnya bisa jernih, mengapa diperkeruh lagi?" Ucapan Sherly ada benarnya.

Aku terpaksa tersenyum pada Jessica "Baiklah… kalau kau tidak keberatan aku dan yang lain harus pergi merayakan kemenangan Gryffindor" ujarku menahan segala ekspresiku hingga tetap datar.

"Hey... Sherena kenapa kau mengikuti mereka?" tegur Jessica

Shit, langkahku kembali terhenti aku bingung sebenarnya apa masalahnya? Mengapa gadis ini mencari ribut dengan setiap orang

"Apa aku harus memberi tahumu? Well, Gryffindor merayakan kemenangan mereka dan band kami yang memeriahkannya bagaimana mungkin aku tidak ikut?" Kata Sherena, ekspresi Jessica mengeras.

"Hey... ada apa denganmu kau kehabisan kata – kata ya?" cibir Sherena

Aku menarik tangan Sherena sebelum mereka saling menjambak atau mencakar mungkin "Ayolah, mereka pasti menunggu, kita harus bergegas" Kami pun beranjak pergi menjauh dari mereka bertiga.

"Aku heran darimana kau mendapat fans seperti dia?" Sherena mendengus kesal.

"Apa benar mereka yang menyerang Sherly?" tanya Ron.

"Tidak masuk di akal" gumam Harry "Mengapa sejak awal kau tak memberitahu kami?" lanjut Harry

Sherly membalikkan badan bersedekap menghadap kami berlima sambil berjalan mundur "Aku tak mau membuat masalah ini jadi besar – kalau orang lain tahu kalau mereka fans Key dan kita membalasnya itu merugikan image band terutama, Kau". Matanya tertuju padaku. Dia terlihat nyaman berjalan mundur seperti itu tapi aku yang cemas, bagaimana jika dia tiba – tiba terjatuh atau menabrak sesuatu.

"Kurasa gadis itu Phsyco. Mengeroyokmu lalu meninggalkanmu di kamar mandi dia bahkan tak memanggil penjaga. Kau bisa saja mati kedinginan disana, kalau aku jadi kau akan ku beri dia pelajaran" celoteh Sherena.

Sherly terkekeh "Kau berlebihan"

"orang – orang terlalu sibuk menonton pertandingan jadi kecil kemungkinan kau bisa ditolong, Gezzz mereka memang tak punya perasaan" geram Hermione.

"Mungkin dia memang phsyco jadi kita tak perlu meladeninya – kalau kita membalasnya dia pasti semakin membenciku" putus Sherly.

Sherly berhenti mengambil langkah mundur lalu berbalik tepat di depan pintu asrama Gryffindor.

"Hey, bagaimana kau melakukannya?" tanyaku melihatnya berhenti tepat di pintu asrama rupanya dia sudah benar – benar mengenal jalan ke asrama bahkan dengan berjalan mundur

"Ah... itu - kau bisa menyebutnya sebagai instinc.... dan intuisi" ujarnya sambil tersenyum jahil

"Kau meniru ucapanku?" Aku terkejut saat dia menirukan ucapan yang pernah aku namun dia hanya tersenyum.

"Kalian sungguh kekanak-kanakan" komentar Sherena

Kami masuk disambut oleh wajah cemberut Jihyun dan teriakannya

"Hyaaaa... kenapa kalian lama sekali, Dengar, kita harus merayakan kemenangan kita, Kau juga Harry harusnya sebagai penentu kemenangan kau tak boleh terlambat..."

Sherly meraup bibir Jihyun dengan telapak tangannya agar berhenti mengoceh.

"Mmmph..." Dia memukul tangan Sherly berulang – ulang

"Kau ini berisik sekali, ada sedikit gangguan tadi" Ujar Sherly sambil melepas tanganya yang membekap mulut Jihyun. Dia hanya membalas dengan melotot pada Sherly.

"Beberapa hari yang lalu aku sudah memberi kalian CD lagu yang sudah aku buat kita hanya menyanyikannya – kita coba apa yang lain menyukainya, kali ini tak usah pikirkan dance... kita hanya perlu bersenang – senang hari ini" Jihyun melanjutkan ucapannya dengan tempo cepat.

"Kau gila? Kau pikir aku sudah menghafalnya?" protes Sherena

"Okey, kalau begitu kali ini kau tidak ikut" sahutnya ketus.

"Ehm... Aku tak mengatakan kalau aku tak ingat sama sekali sih... tapi sepertinya bisa dicoba" ralat Sherena.

Aku, Jihyun, Sherly, dan Sherena bergabung ketengah kerumunan, rupanya selagi kami belum hadir, Junho dan Kevin bernyanyi dan mempertontonkan breakdance pada yang lain.

"Ehem... ehem.... HARRY POTTER sudah hadir.... pahlawan kita hari ini tentu saja" seru Jihyun heboh lalu musik pun mulai diputar kembali kami pun bernyanyi dan melonjak, bergerak mengikuti irama lagu.

Kurasakan seseorang menepuk bahuku, aku menoleh lalu berhenti bernyanyi yang memang lagunya akan berakhir begitu juga dengan Sherly. Kami mengikuti Harry yang tampak terkejut dan cemas.

"Ayo kita cari ruang kosong tunggu sampai kalian mendengar ini..." Harry sungguh terlihat aneh seperti ada hal penting yang mau ia sampaikan.

Kami sampai di tempat yang kosong disini hanya ada kami berlima "Jadi kita benar rupanya itu batu bertuah, dan Snape berusaha memaksa Quirrell membantu mencurinya. Dia bertanya kalau-kalau Quirrell tahu cara melewati fluffy – dan dia juga bilang soal 'hokuspokus' Quirrell - kurasa ada yang lain yang melindungi batu itu selain fluffy. Mungkin berbagai jimat dan jampi- jampi. Quirrell pastinya telah memberi mantra - mantra anti sihir hitam yang harus ditembus Snape." Ujar Harry terburu – buru.

Kami saling berpandangan mencerna ucapan Harry "ini gila..." komentar Sherly

"Kau yakin itu yang kau dengar?" tanya Sherly masih terkejut

"tidak salah lagi aku yakin itu yang kudengar" Harry bersikeras

"Apa Snape orang seperti itu?" Hermione ragu.

"Dia yang berusaha mencelakai Harry saat pertandingan apa itu belum cukup" Ron kini angkat bicara.

Aku juga mencurigai Snape tapi... menuduh tanpa bukti yang kuat tak akan ada gunanya.

"Tetap saja kita harus menyelidikinya lebih jauh dan jangan gegabah" aku memperingatkan.

"Kita butuh lebih banyak informasi, tanpa membuat snape dan Quirrell curiga" Hermione memijat – mijat pelipisnya tampak berpikir keras.

"HAGRID" seru Harry tiba – tiba "untuk saat ini, kurasa lebih mudah jika mendapat informasi darinya" yang lain mengangguk

"Ada yang lebih penting sudahkah kalian mengerjakan tugas dari Prof. Sprout?" Hermione mengingatkan.

"Aku tak tahu kalau kita punya tugas Herbologi" Sherly terkejut dan memandang yang lain bergantian.

"Kan ada Hermione disini" ujar Ron dengan santai yang mendapat hadiah tendangan di kakinya dari Hermione.

Ron mengerang kesakitan "Ayo kita ke perpustakaan dan mengerjakannya masih ada waktu sebelum makan malam" ujar Hermione sambil melotot ke arah Ron lalu berlalu pergi.

"Kapan dia menyingkirkan sifat menyebalkannya itu?" geram Ron.

"Ayolah... kau pikir hanya kau yang tak punya sifat menyebalkan?" balas Sherly sambil berjalan menyusul Hermione.

"Hah, ada apa dengan mereka berdua?" keluh Ron, Aku hanya menepuk – nepuk pundaknya lalu berjalan mengikuti mereka berdua.

Hemione pintar dan rajin, dia bahkan menyuruh kami melakukan hal yang sama dengannya membuat jadwal belajar dan menandainya dengan kode-kode warna pada catatanya, sedangkan kami mengerjakan PR. Sherly terkejut menyadari banyaknya tugas yang diberikan para pengajar selama dia sakit.

"Hermione, ujian kan masih lama"

"Dua setengah bulan lagi" tukas Hermione "itu tidak lama buat Nicolas Flamel itu Cuma sekejap"

"Tapi kita kan belum enam ratus tahun" Ron mengingatkan.

Hermione mendesah kesal "Belajar itu penting memangnya kau tidak ingin lulus ujian dan naik tingkat dengan nilai yang bagus"

Sherly spertinya merasa terganggu berdecak kesal sambil mengacak acak rambutnya "Kalian membuatku susah berpikir, berisik sekali" gerutunya.

"Apa kau tau aku bisa mencari buku seribu satu tanaman dan jamur gaib disebelah mana?" tanyaku.

"Kurasa disebelah sana" tunjuk Hermione.

Aku melihat ke arah yang dittunjuk Hermione, tak jauh dari deret tersebut Hagrid muncul "Hagrid, ngapain kau disini?" mendengar seruan Ron, Hagrid buru-buru menyembunyikan buku yang dibawanya kebalik punggungnya.

"Cuma cari sesuatu" katanya dengan suara mencurigakan, membuat kami tertarik "kalian sendiri ngapain?" dia menatap kami curiga "kalian tidak sedang mencari Nicolas Flamel kan"

Ron tersenyum mengesankan "Oh, kami sudah lama tahu siapa dia"

"Ah... dan kami tahu apa yang dijaga anjing itu, batu ber..."

"Shshshh" Hagrid menghentikan ucapan Sherly cepat-cepat memandang berkeliling takut ada yang mendengar. "Jangan teriak-teriak soal ini, kau ini kenapa sih"

"Aku tidak berteriak" protes Sherly "Apa ada yang salah dengan suaraku? Volumenya memang segini"

"Ada yang ingin kami tahu sebetulnya" kata Harry "Apa yang menjaga batu itu selain Fluffy?..."

"SSHHHH!" kata Hagrid "Dengar-datang temui aku nanti, aku tidak janji mau kasih tau apa-apa tapi jangan buka rahasia disini murid tidak boleh tau. Mereka akan kira aku beritahu kalian"

"sampai ketemu nanti kalau begitu" Lalu Hagrid keluar dari perpustakaan.

Hermione terlihat berpikir "Apa yang disembunyikan Hagrid di balik punggungnya?"

"Apa mungkin ada hubungannya dengan batu itu" tebakku

"Aku mau tau dia tadi ada di seksi buku apa" Kata Ron yang sudah mulai bosan belajar, menelusuri tempat Hagrid barusan lalu kembali membawa setumpuk buku.

"Naga" bisiknya "Hagrid mencari informasi tentang naga!, lihat ini: Spesies Naga di Britania Raya dan Irlandia; Dari telur ke Neraka, Penuntun Pemelihara Naga"

"Sudah lama Hagrid pengen melihara naga begitu katanya waktu pertama kali aku ketemu dia" kata Harry.

"Tapi itu melanggar undang –undang" kata Ron.

"penangkaran naga sudah dilarang oleh Konvensi Sihir sejak tahun 1709, semua orang tahu itu. Susah menjaga agar muggle tak mengetahui keberadaan kita kalau kita memelihara naga di halaman belakang. Lagipula kau tak bisa menjinakkan naga. Bahaya. Coba kalau kalian bisa melihat luka bakar Charlie gara-gara Naga liar di Rumania"

Harry mengerutkan dahi "Jadi, tak ada Naga liar di Britania?" tanya Harry

"Tentu saja ada" kata Ron. "Naga Hijau Welsh dan Naga Hitam Hebridean. Kementrian sihir cukup repot menyembunyikan mereka, orang-orang harus terus-menerus menyihir muggle yang melihatnya"

"Kalau begitu apa yang sedang dilakukan Hagrid?" pikir Sherly.

Saat makan malam di Aula aku mendapat surat, seekor burung hantu menjatuhkannya tepat diatas piringku untung saja belum ada makanan yang aku ambil. Aku memandang surat tersebut dengan enggan amplop berwarna merah dengan garis emas ditepinya sangat mencolok sekali kurasa aku tahu dari siapa

"Kau mendapat surat dari…?" Harry bertanya namun terhenti dan menatapku was – was "keluargamu" akhirnya dia menemukan kata yang aman.

Aku memungutnya terdapat initial kakakku disana, "sudah kuduga" gumamku

Aku ingin bicara padamu, ini serius, jangan menghindariku lagi.

Nanti malam pergilah ke perapian.

Aragorn

Aku menghela napas panjang dan meremas surat tersebut hingga tak berbentuk. Sherly mengulurkan tangan memintanya dariku.

"Aku ingin lihat isinya" Aku melemparkan surat tersebut padanya isinya tak menyebutkan apa - apa tentang Sherly jadi aku tak mempermasalahkan jika dia membaca isinya.

"Apa ini? Mengapa kalian bertengkar sampai begini?" Sherly menatapku tajam menuntut penjelasan dariku.

"Bukan sesuatu yang harus kau hiraukan" Aku mencondongkan tubuhku padanya dan berbisik tepat ditelinganya mungkin lebih baik bersikap dingin padanya agar tak bertanya tentang hal ini lagi.

"tapi kau terus saja menghindarinya dan lari dari masalah kalian? Lalu mau sampai kapan? Bukankah kalian bersaudara" Sherly masih saja mendesakku, Aku kembali bersandar di kursiku dan minum, kurasa aku sudah kehilangan nafsu makan seketika.

"Saudara? Pernahkah kau bermasalah dengan saudaramu? Kau bahkan tak memiliki saudara bagaimana kau bisa menasehatiku begini"

"Menurutku...."

"Aku tak minta pendapatmu sama sekali, Sherly" potongku sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

Sherly terlihat semakin emosi padaku, ya... apa yang salah? Aku memang jarang memanggilnya formal seperti itu, tapi itu bukan hal buruk kan? Membuatnya marah mungkin sudah jadi bakatku.

"Baik, kau tak mau menyelesaikannya – aku yang akan membereskannya untukmu dan Aragorn" Dia bangkit dari tempat duduknya. Aku menyambar pergelangan tangannya.

"Apa yang kau lakukan? Duduk...! jangan campuri urusanku, aku melarangmu bertemu Aragorn" Aku membentaknya tak bisa menyembunyikan kecemasanku, bagaimana jika Sherly tau penyebab perselisihanku dan Aragorn adalah karena aku yang tak mau menjauhinya.

Kulihat murid yang lain tak menghiraukan kami mereka sibuk dengan makanannya masing - masing mungkin mereka kelewat sering melihat kami bertengkar, sepertinya hanya Harry, Ron dan Hermione yang makan sambil memerhatikan kami dengan bersitegang.

"Lepas" berusaha mengimbangi suaraku namun aku tak menurutinya. "Aku tak boleh mencampuri urusanmu tapi kau selalu mencampuri urusanku mengapa kau bersikap berlebihan seperti ini" Aku merasakan ketegangan diantara kami yang tak mau mengalah satu sama lain.

"Kalian bertengkar lihat – lihat situasi donk, ini ditempat ramai – kita berada di Aula dan kita sedang makan" Keluh Hermione bahkan tak berani bersuara sekeras suaraku dan Sherly.

Sherly menggerak–gerakkan tangannya mencoba lepas dariku.

"sudah kukatakan ini bukan urusanmu aku akan menyelesaikannya sendiri tapi tidak sekarang" tegasku.

Dari matanya tampak amarah, entah beberapa detik kusadari matanya berubah memerah bukan karena menangis. Aku merasakan sekilas pancaran keji tersirat dimatanya aku juga mendengar geraman, aku tak mungkin salah dengar dia... bukan Sherly yang kukenal mungkinkah aku memancing sauron? Bagaimana ini?

"S... well, kita akan menyelesaikan urusan dengan kakakku bersama-sama, apa sekarang kita langsung ke perapian saja" Aku berkata padanya lebih mirip membujuk anak kecil, melihat perubahan sikapku dia tiba-tiba terdiam "hey... kau dengar aku?" Dia hanya mengerjapkan mata dan kini terlihat berpikir sambil menatapku.

"Key... kita harus ketempat Hagrid" bisik Harry mengingatkanku.

Sherly terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkannya, kurasa dia menyadari ada yang aneh pada dirinya.

"Kalian bertiga saja ke tempat Hagrid – Aku harus menemui kakakku, bagaimana denganmu S?" Aku coba menawarinya saja aku sendiri tak tau dia mau ikut atau malah marah – marah lagi padaku, aku tak peduli jika Sherly tau apa masalahku dengan kakak, daripada dia berubah seperti barusan.

"Aku ikut denganmu" tangannya meraih lenganku dan mengenggam erat aku merasakan dia agak gemetar, saat ini dia terlihat pucat dan ketakutan.

"Kita bisa ke Hagrid lain kali saja" usul Hermione "kurasa aku mencemaskanmu" Hermione memandang Sherly mulai khawatir.

"Aku akan menanganinya kita tidak bisa menunda urusan menyangkut batu itu, karena kalau kita terlambat... " Aku tak perlu melanjutkannya Hermione, Ron dan Harry mengangguk lalu bergegas pergi.

Siguiente capítulo