Saat aku terbangun Nick masih berada di sisiku. Aku memandang ekspresi tidurnya yang rileks sambil tersenyum, beberapa helai rambutnya jatuh menutupi sebagian wajahnya. Rambut Nick sudah mulai memanjang tanpa kusadari. Sebelumnya Ia tidak pernah terlambat memotong rambutnya setiap dua minggu sekali. Rahangnya juga mulai menggelap karena bakal janggut yang tumbuh.
Jariku menelusuri kedua alis tebalnya yang biasanya berkerut serius, perlahan kelopak mata Nick terbuka menatapku lalu sebuah senyuman mengantuk menghiasi wajah tampannya. "Apa tidurmu nyenyak?" tanya Nick dengan suara serak lalu memejamkan matanya lagi.
"Iya." balasku sambil terus menelusuri garis wajahnya dengan ujung jariku. Walaupun kedua matanya terpejam tapi senyuman di wajah Nick semakin melebar. "Geli?" tanyaku, ikut tersenyum. Kali ini ujung jari telunjukku menyusuri bibirnya yang tersenyum.
Tiba-tiba kedua matanya terbuka lebar lalu tangannya meraih kedua pergelangan tanganku dan menahannya di atas kepalaku, dengan masih bertelanjang dada Nick mendorongku hingga punggungku menempel di ranjang. Kedua mata biru gelapnya berkilat saat memandangku, lalu wajahnya mendekat hingga aku harus memejam mataku. Nick menyapukan bibirnya sekilas di bibirku sebelum menciumku, salah satu tangannya menangkup rahangku untuk menahanku lalu Ia mendorong lidahnya dalam ciumannya. Aku hanya bisa membalasnya dengan desahan tertahan sementara kedua tanganku masih berada dalam cengkeramannya. Setelah Ia puas dan aku hampir kehabisan nafas, Nick menarik wajahnya menjauh dan menatapku. Pandangannya membuat jantungku berdebar lebih keras, kedua mata birunya yang setengah terpejam terlihat seperti ingin melahapku bulat-bulat... seperti predator yang sedang kelaparan. Ia melepaskan tangannya dari tanganku lalu menyelipkan sebagian rambutku ke balik telingaku.
Ibu jarinya menyapu ujung bibirku yang masih sedikit basah. "Eleanor, apa aku sudah pernah memberitahumu bahwa kau sangat cantik?" bisiknya. "Saat pertama kali melihatmu rasanya aku ingin menyembunyikanmu dari semua orang di dunia ini dan menyimpanmu untukku sendiri."
Aku tidak bisa menahan senyumanku saat mendengarnya, "Apa kau tidak pernah melihat cermin?"
Kedua alisnya berkerut bingung mendengar pertanyaanku.
Kuraih tangannya yang menangkup rahangku lalu mencium jarinya perlahan, "Aku juga ingin menyembunyikanmu dari dunia ini untukku sendiri."
"Apa sebaiknya kita bersembunyi di tempat terpencil, hanya berdua saja? Aku tahu beberapa pulau privat yang dijual." tanyanya dengan ekspresi yang membuatku berpikir Ia tidak sedang bercanda.
"Berdua? Apa kau lupa kita sudah hampir bertiga?" tanyaku sambil menatap perut hamilku yang sudah mulai terlihat jelas, padahal ini baru hari ketujuhku hamil.
"Ah..." gumamnya seakan Ia baru ingat lalu ekspresinya berubah sedikit kecewa. Nick berguling ke sebelahku lalu turun dari tempat tidur.
Aku tertawa melihatnya lalu ikut bangun dari tempat tidur. "Nick, apa kau lupa sudah membuatku seperti ini?" tanyaku sambil menunjuk perutku yang sudah terlihat seperti hamil 5 bulan.
Ia terlihat sedikit bersalah saat memandangku, "Aku tidak berpikir kau akan... hamil secepat ini." Nicholas Shaw yang biasanya terlihat percaya diri, kini berdiri dengan ekspresi bersalah dan tidak yakin di wajahnya. Melihat sisinya yang seperti ini membuat hatiku melunak. "Sangat sulit bagi Volder untuk memiliki keturunan." tambahnya dengan cepat. Alice juga pernah memberitahuku hal yang sama.
"Apa kau menyesalinya?" tanyaku sebelum bisa kucegah.
Nick berjalan mendekatiku lalu memelukku, "Tidak, tentu saja tidak. Aku hanya sedikit belum siap. Kupikir aku akan punya lebih banyak waktu berdua denganmu."
Aku tersenyum lalu menyandarkan kepalaku di dadanya.
***
Aku berpikir menjadi Leech saat hamil akan lebih mudah dibandingkan dengan hamil saat masih menjadi manusia. Tapi ternyata aku salah. Selera makanku kembali lagi setelah memasuki hari ke enam. Awalnya aku sangat ingin makan roti bagel cream cheese buatan Julio yang dulu sering kubeli sebelum berangkat kerja. Nick sampai harus bangun sangat pagi untuk membelinya sendiri tepat saat tokonya baru buka. Pagi itu Ia harus bolak-balik tiga kali karena rasa laparku belum menghilang hingga aku makan bagel yang ke enam.
Lalu aku tidak bisa berada jauh dari Nick selama lebih dari dua jam karena aku membutuhkan darahnya lebih sering dari sebelumnya. Kini Nick harus minum darah hampir tiga kali lebih banyak dari yang biasanya Ia minum, kadang melihatnya minum darah sebanyak itu membuatku merasa bersalah.
Belum lagi sekarang Ia harus mengerjakan semua pekerjaannya dari penthouse karena tidak bisa meninggalkanku disini sendirian walaupun kantornya hanya satu lantai di bawah penthouse ini. Erik lah yang setiap pagi mengantarkan berkas-berkas yang harus diperiksa atau ditandatangani oleh Nick. Jadi biasanya aku menemaninya bekerja di ruang tengah, Nick berkutat dengan tumpukan kertas dan file sedangkan aku bergelung di sofa sebelahnya.
Di hari ke sembilan perutku terlihat semakin membesar hingga aku berpikir ada alien yang hidup di dalam tubuhku. Rasanya sedikit menakutkan saat melihat perubahan drastis tubuhku, tapi Nick meyakinkanku bahwa semuanya normal bagi Volder. Kini seluruh pakaianku sudah tidak ada yang muat, aku hanya bisa mengenakan kemeja kerja milik Nick seharian sedangkan Ia memakai piyamanya saat bekerja. Nick hampir memesankan pakaian khusus wanita hamil di salah satu butik yang berada dekat dengan gedung ini, tapi untungnya aku berhasil mencegahnya. Untuk apa membeli baju baru yang hanya akan kupakai kurang dari 45 hari?
"Kau bisa memakainya kembali saat hamil lagi, Eleanor." kata Nick setelah kami bertengkar kecil masalah baju hamil.
Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, "Kau bilang Volder tidak akan hamil dengan mudah."
Nick berkedip sekilas, sebuah senyuman samar tiba-tiba menghiasi wajahnya. "Tapi bukan berarti aku akan berhenti mencoba."
Kubuka mulutku untuk membalasnya, tapi tidak ada kalimat yang bisa kuucapkan padanya.
Akhir-akhir ini Nick juga lebih protektif padaku, Ia akan berdiri dari pekerjaannya dan mencariku jika aku hilang dari pandangannya selama lebih dari 15 menit. Tidak ada yang boleh menemuiku selain Erik dan Alice. Sedangkan Greg menghilang entah kemana, kurasa saat ini Ia bersama Lana di San Fransisco. Alice datang beberapa kali untuk memberitahu kabar selanjutnya mengenai Alastair, pada akhirnya klannya memutuskan untuk menjatuhkan hukuman pengasingan padanya. Aku tidak terlalu paham apa artinya, tentu saja aku merasa lega tapi aku juga merasa sedih untuk Alastair. Bagaimana pun juga apa yang sudah dialaminya sangat menyedihkan.
Nick tidak terlihat puas saat mendengarnya. Tentu saja.
Aku sempat bertanya padanya apa yang akan Ia lakukan jika berhasil membunuh Alastair, karena aku tahu sebagai Leechnya aku juga akan ikut mati jika Alastair mati. Nick terdiam sangat lama sebelum menjawabku, "Ada satu cara yang pernah dilakukan oleh salah satu Volder... Dulu aku merendahkannya dengan berpikir Ia adalah makhluk paling bodoh yang pernah kukenal." Nick memandang teras penthouse dengan pandangan menerawang, seakan sedang berusaha mengingatnya.
"Bagaimana caranya?" tanyaku sambil menyandarkan kepalaku di bahunya, dengan otomatis salah satu tangannya menarik pinggangku hingga aku berada lebih dekat dengannya.
"Semua Leech bermula dari manusia. Saat mereka sekarat karena Volder yang mengubahnya hampir mati, Leech akan kembali menjadi selemah manusia. Saat itu aku harus memompa keluar seluruh darahmu yang sudah tercampur dengan darah Alastair lalu menggantinya dengan darahku."
Aku mendongak dari bahunya dengan pandangan terkejut, "Tapi... bukannya kau akan mati?"
Nick menoleh padaku lalu tersenyum, "Aku tidak akan mati semudah itu. Mungkin sangat melemah, tapi tidak akan sampai mati."
"Lalu apa setelah itu aku akan menjadi Leechmu?"
"Tidak." Jawabnya dengan lembut, "Kau akan menjadi Volder."
"Volder? Apa maksudmu?" Keningku berkerut kebingungan. "Bukankah manusia hanya bisa menjadi Leech setelah diubah?"
"Secara legal manusia hanya bisa diubah menjadi Leech. Tapi dalam beberapa kasus yang sangat jarang terjadi, Volder juga pernah mengubah manusia menjadi sederajat dengannya tapi dengan cara yang sedikit ekstrim. Karena itu banyak Volder yang menganggap praktik seperti itu illegal."
"Kenapa illegal? Bukannya mengubah manusia menjadi Volder lebih mudah daripada memiliki keturunan?"
"Memilik keturunan artinya menciptakan sesuatu yang baru seutuhnya. Mengubah manusia menjadi Volder berarti memindahkan hampir seluruh kekuatan dan jiwa Volder itu pada manusia. Keduanya adalah hal yang sangat berbeda." balasnya.
Nick memandang wajahku lalu tiba-tiba mengecup bibirku sekilas, "Dalam legenda Vampir, mereka dapat mengubah manusia menjadi Vampir hanya dalam sekali gigitan. Bagi Volder tidak semudah itu, walaupun kami juga bisa mengubah manusia menjadi Leech tapi setiap Leech yang diubah akan menyerap sedikit kekuatan Volder yang mengubahnya. Dulu banyak Volder memiliki Leech untuk digunakan sebagai pelayan pribadi atau pasukan dalam berperang... kadang Leech juga digunakan sebagai sarana untuk memiliki keturunan. Tapi di jaman modern seperti ini kami sudah tidak memerlukannya karena memelihara Leech untuk hal-hal seperti itu sangat tidak... efisien."
"Tapi aku Leech juga..." kataku padanya dengan sedikit bercanda. Nick sedikit tersentak saat mendengarnya, kedua sudut mulutnya sedikit ditarik ke bawah. "Aku tidak pernah memandangmu sebagai Leech, Eleanor. Aku tidak peduli apa kau manusia atau Leech. Bagiku kau adalah partnerku... Tidak, kau lebih dari itu. Saat ini kau adalah hidupku."
Aku tersenyum geli padanya, "Aku hanya menggodamu."
Cemberut di wajahnya malah terlihat semakin dalam, "Aku bisa mengubahmu menjadi Volder." katanya dengan serius.
Ouch. Jika aku tidak menghentikan, Nick pasti akan merencanakan memburu Alastair lagi. "Nick, aku tidak ingin jadi apa-apa. Aku hanya ingin berada di sisimu." kataku sambil memeluknya. Nick meletakkan dagunya di puncak kepalaku, aku bisa mendengar suara detakan jantungnya dengan jelas di telingaku.
"Mungkin aku terlalu serakah..." gumamnya dengan suara rendah hingga aku hampir tidak mendengarnya.
-PEMBERITAHUAN agak PENTING-
Akhirnya Volder volume I sudah hampir selesai *\('O')/*
Terimakasih untuk semua pembaca, terutama yang sudah review dan ngelemparin power stone ;) Volume II nanti fokus di cerita Gregory&Lana, tapi pastinya Nick&Eleanor masih muncul juga. Karena Volder barusan dikontrak, ada kemungkinan Volume II nanti masuk chapter premium alias berbayar/berkoin.
Mungkin sebagian teman temin ada yang keberatan atau belum pengen baca pakai koin/berbayar, karena itu aku mohon bantuannya untuk dukungan review di halaman utama & power stonenya sebanyak-banyaknya ya ;D biar nanti aku bisa pertahanin Volume II nya tetep gratis. Bisa share juga ceritanya ke temen-temen lain yang suka baca genre fantasy.
Sebelumnya maaf kalo permintaannya agak ngerepotin hehehe, tidak lupa sekali lagi terimakasih banyaaakkkk untuk dukungannya selama ini! ;)
*cium satu-satu*