webnovel

Masa Lalu Yang Menyakitkan

Malam ini Andrew berencana membawa Clarissa dalam acara makan malam bisnis yang diselenggarakan di salah satu hotel bintang 5 di Jogja. Clarissa memakai long dress dengan model atasan sabrina. Dengan sedikit makeup tipis saja, sudah membuatnya begitu cantik.

"Mas aku udah siap," ucap Clarissa yang membuat Andrew terpana dengan penampilannya.

"Sayang, kamu cantik sekali," jawab Andrew sambil mengecup bibir istrinya.

Mereka berdua berangkat menuju hotel yang sudah dipesan sebelumnya. Turun dari mobil, Andrew langsung merangkul pundak Clarissa dan menuju meja yang dipesannya.

"Selamat datang, Pak Andrew," ucap lelaki yang duduk di depan Andrew.

Clarissa sedikit terkejut, ternyata lelaki yang akan makan malam bersama ini adalah salah satu lelaki yang menyewanya dulu.

"Terimakasih, Pak Leo. Perkenalkan dia Clarissa .... " Belum juga Andrew menyelesaikan ucapannya, Leo sudah memotong pembicaraannya.

"Bagaimana Pak Andrew bisa mengenal wanita murahan ini? Anda harus berhati-hati, dia adalah wanita lebah, yang menghisap lalu meninggalkan Anda setelah sarinya habis," ucap Leo dengan senyuman sinis memandang Clarissa.

"Jaga ucapan Anda Pak Leo. Anda tidak berhak menilai siapa istri saya." Andrew terlihat menahan amarahnya.

"Apa istri? Ingat Pak Andrew, Anda harus berhati-hati dengan ular berbisa ini." Leo mengatakannya dengan sangat kasar.

"Sepertinya selera makan saya hilang begitu mendengar ucapan Anda. Saya permisi," ucap Andrew sambil menatap pria di depannya itu penuh arti. "Ayo Sayang kita pergi saja dari sini." Andrew menggenggam tangan Clarissa dan membawanya keluar dari tempat itu.

Clarissa terdiam tanpa berkata apapun, dalam hatinya dia kesal juga menyesalkan semua kejadian di masa lalunya. Hatinya menjadi sesak, matanya berkaca-kaca. Namun dia harus menahan tangisnya, dia tak mau terlihat lemah saat bersama lelaki yang dicintainya.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Andrew dengan tatapan lembut.

"Kenapa Mas Andrew tidak meminta penjelasan dariku?" tanya Clarissa dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya.

"Aku tak akan memaksamu menceritakan semuanya." Andrew mencoba tetap percaya pada istrinya. Dia tak peduli seburuk apa kehidupan yang sudah dijalani oleh wanita yang sudah menjadi pendamping hidupnya.

Clarissa terus saja terdiam dalam rasa penyesalannya. Dia merasa ragu untuk mengatakan tentang kebenaran dari masa lalunya. Andrew pun melihat kegundahan di hati Clarissa. Lelaki itu memutuskan untuk membawa istrinya itu ke tempat yang romantis. Mobil Andrew berhenti di sebuah cafe yang berada di Bukit Bintang Jogja.

Terlihat gemerlapan lampu-lampu rumah dan juga gedung yang tinggi di kota Jogja, serta kerlap-kerlip lampu pesawat yang sedang landing atau take off di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Suasana terasa begitu romantis dengan keindahan malam yang luar biasa. Tiupan angin malam sangat terasa dingin di kulit, Andrew pun melepaskan jas yang dipakainya untuk menutupi pundak Clarissa.

"Jangan biarkan kenangan masa lalu merusak keindahan malam yang sedang kita lalui saat ini." Andrew menggenggam tangan Clarissa untuk memberikan kekuatan.

"Aku tak tahu harus memulainya darimana. Beberapa tahun lalu, aku memiliki kekasih. Kami merencanakan untuk menikah. Namun 2 hari sebelum pernikahan digelar, dia membatalkan acara pernikahan kami. Padahal keluargaku sudah menyebar undangan. Aku mendatangi rumahnya ternyata kosong, penjaga rumah itu mengatakan pemiliknya baru saja berangkat ke Australia. Aku frustasi, aku sudah memberikan semua padanya. Dan dia malah meninggalkanku 2 hari sebelum pernikahan." Clarissa terdengar menarik nafasnya, Andrew masih menggenggam tangan serta menatapnya penuh cinta.

"Papaku yang merasa telah dipermalukan, tiba-tiba mendapat serangan jantung. Saat akan dibawa ke RS, Papa meninggal di dalam perjalanan. Aku sangat terpukul dalam rasa bersalah. Sedangkan Mamaku yang tidak bisa menerima kepergian Papa menjadi depresi. Berulang kali Mama mencoba untuk bunuh diri. Aku tak sanggup mengurusnya di Semarang, karena aku juga harus mengurus kuliahku di Jogja. Akhirnya atas saran dari kerabat dekat, menyarankan untuk membawa Mama ke Panti Rehabilitasi. Biaya perawatan Mama sangat besar, aku menjual seluruh harta yang ditinggalkan oleh Papa. Ketika semua uang telah habis untuk kuliah juga membayar biaya perawatan Mama, kuputuskan menjadi SPG di Jogja. Ternyata penghasilan SPG tidak mencukupi kebutuhanku, aku mencoba mencari pekerjaan tambahan. Temanku menawarkan jasa teman kencan, dengan bayaran yang lumayan. Aku pun menggeluti kedua profesi itu. Aku mulai berkencan dengan banyak pengusaha di Kota Jogja, namun dalam perjanjian awal itu tertulis tidak ada sex. Saat berkencan dengan Leo rekan bisnismu itu, dia hampir saja memperkosaku. Untung saja temanku datang menolongku. Leo pun harus membayar ganti rugi atas perbuatannya itu." Mata Clarissa mulai berkaca-kaca bibirnya mulai gemetar.

"Dan apa yang aku dapatkan dari semua pengorbananku? Mamaku ditemukan gantung diri di kamar perawatannya. Rasanya seperti ribuan beton menghancurkan tubuhku seketika. Aku tak punya apapun dan siapapun, hatiku hancur tak bersisa. Setelah pemakaman Mama aku kembali ke Jogja dan tak mau lagi berada di Semarang. Kota itu terlalu memilukan bagiku. Aku memulai kuliah dan menjadi SPG untuk membiayai hidupku. Hingga aku bertemu dengan sosok hangat seperti Om Ferdinand. Dan sekarang aku menjadi istri dari lelaki yang sangat kucintai." Air matanya meneteskan kepedihan yang selama ini tersimpan rapat.

"Sayang kamu benar-benar wanita hebat yang pernah ku miliki. Kamu bisa melewati semua cobaan terberat dalam hidupmu. Aku tak pernah salah memilihmu menjadi pendamping hidupku. Aku sangat mencintaimu," ucap Andrew sambil mengecup keningnya.

"Terima kasih, Mas, telah mencintaiku dan menerima kisah kelam masa laluku." Clarissa memeluk erat Suaminya. Hatinya menjadi lega, setelah menceritakan kisah hidupnya.

Setelah malam semakin larut mereka berdua memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Suasana di luar menjadi semakin dingin.

"Bagaimana perasaanmu sekarang Sayang?" Andrew bertanya sambil mengemudikan mobilnya.

"Rasanya aku sangat lega, tidak ada lagi yang aku simpan di hadapan suamiku," jawab Clarissa dengan sebuah senyuman kecil yang mulai menghiasai wajah cantiknya.

"Apa keinginanmu yang belum tercapai?" tanya Andrew.

"Aku hanya ingin menjadi istri yang baik dan juga wanita yang hebat yang selalu bisa membuat Mas Andrew bangga telah memiliki aku." Clarissa tersenyum dengan sangat cantik.

"Tanpa kamu melakukan apapun, aku sudah bangga pada istriku." Andrew tersenyum senang menatap wanita yang berada di depannya itu.

Sampai di apartemen setelah membersihkan diri, Clarissa langsung tertidur di ranjangnya. Andrew yang baru selesai memeriksa pekerjaannya, menghampiri istrinya. Dipandanginya sosok cantik yang menjadi istrinya itu.

"Aku tak menyangka hidup terlalu kejam terhadapmu. Aku berjanji akan membahagiakanmu dengan caraku. Tak akan kubiarkan kamu terluka untuk kesekian kalinya. Aku sangat mencintaimu Clarissa, apapun itu tak akan pernah merubah perasaanku terhadapmu," gumam Andrew sambil terus menatap wajah istrinya yang tertidur.

Andrew pun tertidur memeluknya, sampai pagi menjelang. Clarissa yang terbangun duluan, mendapati suaminya memeluk tubuhnya. Sangat pelan dia lepaskan pelukan itu. Lalu beranjak ke dapur, memasak sarapan untuk Suaminya. Saat sedang asyik memasak nasi goreng, Andrew pun menghampirinya.

"Selamat pagi Sayang, kenapa tak membangunkan aku?" tanya Andrew sambil memeluknya dari belakang.

"Biar sekali-kali istrimu ini yang menyiapkan sarapan," jawab Clarissa sambil menata makanan di piring.

"Aku kan juga boleh memanjakan istri sendiri," ucap Andrew sambil menciumi lehernya.

"Ayo Mas kita sarapan dulu, sebelum makanannya dingin," ajak Clarissa pada lelaki yang sangat dicintainya itu.

Mereka berdua menikmati menu sarapan yang pertama kali dimasak oleh seorang istri. Andrew merasa sangat bahagia menikmati momen indah di pagi hari yang penuh cinta.

Happy Reading

Siguiente capítulo