webnovel

Kejutan di pagi hari

Rose sudah selesai mandi setelah berkutat dengan pikirannya yang berkecamuk selama satu jam di kamar mandi.

Sekarang Rose sedang mencari gaun tidur yang mungkin ada didalam lemari seperti gaun-gaun yang ia kenakan ketika di perjalanan menuju tempat ini.

Dengan melirik kearah William yang sepertinya sudah terlelap, Rose akhirnya dapat merasa lebih santai terlebih ia hanya mengenakan jubah mandi sekarang.

"Tapi dimana gaun tidurnya?" Rose bertanya bingung, ia memilah-milah beberapa gaun berbahan sutra yang menggantung indah di dalam lemari.

Gaun berbahan tipis dan tembus pandang serta sangat minim dengan warna-warna yang mencolok.

"Dasar pria mesum!" Ucap Rose geram.

"Aku tidak akan menyentuh wanita yang masih mencintai pria lain." Ucap Rose mengulang bagaimana William tadi berkata demikian seperti pria terhormat tapi melihat deretan gaun tidur ini sama dengan melihat betapa mesumnya William.

Rose mengeluarkan sebuah gaun brukat berwarna merah yang tembus pandang lengkap dengan pakaian dalam yang sangat menantang.

Menggunakan gaun ini sama dengan tidak menggunakan apapun. Rose sungguh geram melihatnya.

Tidak mungkin jika ia hanya menggunakan jubah mandi saat tidur nanti, diatas tempat tidur yang sama dengan William.

Oh aku benci pikiranku sendiri. Rose tidak memiliki pilihan lain, ia akhirnya memilih gaun yang tidak tembus pandang berwarna hitam tapi memiliki belahan dada yang rendah dan sangat pendek, setidaknya hanya itu satu-satunya gaun tidur yang tidak tembus pandang sementara tidak ada lagi gaun lainnya entah besok ia harus mengenakan apa.

Cepat-cepat Rose mengenakan gaun tidurnya, ia tidak ingin William sampai melihatnya lalu kemudian segera naik keatas tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Tidak lupa Rose juga meletakan dua bantal guling sebagai batasan agar William tidak mendekat kearahnya.

"Aku tidak bisa tidur." Gumam Rose setelah membuka kembali matanya setelah beberapa saat mencoba untuk terlelap.

Ia kemudian melirik kearah William yang masih terlelap, terlihat wajahnya sangat gelisah. Dahinya penuh peluh dan air mata menetes disudut matanya.

"Maafkan aku." Igaunya membuat Rose sungguh terkejut mendengarnya.

Apa yang yang William mimpikan sehingga ia harus meminta maaf?

"Jangan... Jangan membenciku... Jangan membenciku." Igau William kembali yang semakin terdengar gelisah.

Rose akhirnya menggeser tubuhnya mendekati William dan mencoba membangunkannya.

"William..." Panggil Rose sementara William masih merancau.

"Bangunlah, semua hanya mimpi bangunlah William." Panggil Rose kembali yang mulai merasa cemas.

Mungkinkah William memimpikannya? Mungkinkah William merasa bersalah padanya?

Rose mendadak merasa bersalah kini.

"Jangan membenciku..."

"Aku tidak akan membencimu..." Ucap Rose menenangkan sambil menepuk-nepuk bahu William pelan.

Perlahan William mulai tenang dan akhirnya berhenti mengigau.

"Pria ini, apa benar-benar jatuh cinta padaku?"

....

William terbangun ketika matahari terasa hangat menerpa wajahnya dari balik celah jendela.

Semalam ia mimpi buruk, ucapan Jackson menghantuinya hingga terbawa mimpi jika adiknya sekarang semakin membencinya tapi kemudian terdengar suara seseorang yang menenangkan dan rasa takut itupun menghilang.

"Aku tidak akan membencimu..." Terdengar suara Rose mengigau.

William baru menyadari jika Rose terlelap dalam pelukannya.

Inikah sebabnya lengannya terasa pegal karena gadis ini tertidur di lengannya.

"Siapa semalam yang mengatakan jika aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku." Gumam William geli, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum mengingat bagaimana galaknya Rose semalam.

Tapi igauan Rose mengingatkan William akan suara yang menghilangkan rasa takut dalam mimpinya, mungkinkah suara itu adalah suara Rose?

William baru akan memindahkan kepala Rose ketika tendengar suara pintu terketuk, Jane kemudian muncul dari balik pintu yang tidak terkunci.

"Apa aku mengganggu?" Tanya Jane pelan setelah melihat Rose masih terlelap dalam dekapan William.

Jane tidak mengijinkan William menghampirinya, ia hanya berkata dengan pelan "Kami semua akan pergi, nikmatilah bulan madu kalian. Ibu memindahkan gaun-gaun Rose di kamar sebelah. Nikmatilah hari kalian disini." Ucap Jane sebelum kembali menutup pintu kamar rapat.

Gaun-gaun? William tidak mengerti mengapa ibunya memindahkan gaun Rose di kamar sebelah, ia kemudian melihat ke balik selimut dan pemandangan yang seharusnya tidak dilihatnya terlihat dengan sangat jelas dibalik selimut membut wajah William merah padam.

William semakin ingin segera memindahkan Rose agar menjauh darinya tapi Rose malah semakin memeluknya erat.

Oh Tuhan...

William hanya dapat menelan salivanya, ia mencoba mengatur nafasnya, mengalihkan pandangannya kesegala arah ruangan namun tidak bisa membuang pikiran liarnya sementara deru hangat nafas Rose terasa menyentuh tengkuknya.

"Bangunkan, tidak... Bangunkan, tidak..." Ucap William menimbang-nimbang.

Rose masih terlelap tapi William sudah hampir kehabisan nafasnya jadi dengan hati-hati ia meletakkan kepala Rose keatas bantal.

Akhirnya William dapat menjauh dari Rose, ia beranjak bangun dari tempat tidur untuk bergegas menuju kamar mandi tapi langkahnya terhenti ketika mendengar bunyi bel.

Siapa yang membunyikan bel sepagi ini? Apa tamu yang terlambat datang tapi sepertinya Jane turut membawa pelayan mansion bersamanya dan hanya meninggalkannya bersama dengan Rose di pulau ini.

Bel yang tidak berhenti berbunyi sungguh mengganggu tapi William tetap mengabaikannya dan memilih untuk mandi.

Tapi bel terus berdentang membuat Rose akhirnya terbangun, sayup-sayup ia menyeka kedua matanya dan melihat kearah sekeliling yang terlihat sudah pagi atau mungkin sudah cukup siang.

William sepertinya tengah mandi, terdengar dari suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi.

Dengan malas Rose beranjak bangun dari tidurnya, ia berniat untuk membukakan pintu tapi melihat pantulan dirinya di cermin yang menggunakan gaun tidur yang minim membuat Rose tidak berani untuk keluar, ia tidak ingin ada yang melihat mengenakan gaun sialan ini.

Tapi bel itu terus-menerus berdentang sungguh bising dan mengganggu. Rose kemudian melangkah kearah lemari baju William dan memutuskan mengenakan kemeja William yang hasilnya kebesaran ditubuhnya tapi setidaknya lebih panjang dan dapat menutupi belahan dadanya.

Dengan bertelanjang kaki, Rose keluar dari kamarnya, menuruni tangga untuk membukakan pintu sementara ia belum menyadari jika kondisi mansion sudah sangat sepi.

"Pintunya besar sekali." Butuh tenaga bagi Rose untuk menarik kedua gagang pintu agar terbuka lebar.

Pintu telah terbuka lebar, Rose mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang datang berkunjung, apakah salah satu kerabat William juga atau...

"Rayhan."

Sebuah kejutan yang tidak diinginkan, Rayhan datang dengan wajah pucat dan saat ini menatapnya lirih.

Mengapa Rayhan harus datang hari ini dan bukannya kemarin.

Air mata Rose hampir menetes dan tubuhnya hampir terhuyung jatuh jika saja William tidak datang dan merangkulnya.

"Sepertinya ada tamu yang terlambat datang. Sayang sekali pesta pernikahan kami sudah usai kemarin." Ucap William dengan nada suara ramah dan penuh senyuman tapi bukan sebuah senyuman hangat melainkan senyumnya mengejek.

"Ponselmu." Ucap Rayhan seraya menyodorkan ponsel milik Rose pada Rose.

Tapi belum sempat tangan bergetar Rose meraihnya, William sudah mendahuluinya lebih dulu.

"Terimakasih." Ucap William.

"Sayang, sebaiknya kamu mandi. Aku tahu kamu menyukai aroma tubuhku tapi kita telah bersatu, aroma tubuh kita sama sekarang, kamu tidak perlu terus menerus memakai kemeja ku." Lanjut William seraya mengecup pipi Rose hangat.

Rose tidak dapat menjawab untuk membantah selain berlari menuju kamarnya.

"Masuklah, kelihatannya hatimu sedang sakit." Ajak William melangkah meninggalkan Rayhan yang masih berdiri diambang pintu.

.....

Siguiente capítulo