webnovel

BWW #5

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen membangun untuk perbaikan karya author ke depannya. Happy reading!

💝💝💝

Dengan napas terengah-engah diliputi rasa panik, Firda memacu motornya ke arah rumah warga yang sebelumnya mengadakan acara pengajian. Setelah memarkir motor dengan tergesa, Firda langsung menghambur ke arah bapaknya yang sedang berbincang dengan beberapa warga. Ada juga Dokter Arjuna di sana.

"Bapak- tolooong. Ibu Sita dikeroyok sama gengnya Joe hoss- hoss ... di ujung gang sana," pekik Firda diantara isak dan napas tersengal.

"APA???"

"Tolong Ibu Sita, Pak. Di sana."

Sekonyong-konyong semua berdiri dan berlari ke arah yang ditunjuk Firda. Gadis itu pun ikut berlari karena mengkhawatirkan keselamatan Ayushita.

Sementara di ujung gang sempit.

Tangan Ayushita telah dikunci di punggungnya oleh salah satu anak buah Joe. Lalu dengan terkekeh mesum Joe mendekati Ayushita dari arah depan. Tanpa Joe duga , Ayushita langsung menghujani sebuah tendangan lurus ke arah perutnya. Pemuda itu terhuyun ke belakang sambil memegang perutnya yang berdenyut. Anak buah Joe terkejut melihat bos mereka mendapat serangan mendadak.

Melihat kelengahan pemuda di belakangnya, Ayushita lalu mengayunkan kepalanya dengan keras kebelakang membentur wajah pemuda itu. Seketika si pemuda menjerit kesakitan saat darah mengucur dari hidungnya yang patah. Kuncian di lengan Ayushita terlepas.

Tanpa membuang waktu Ayushita kembali mengarahkan tendangan ke rahang Joe disusul dengan sodokan siku ke arah dada kanan. Ayushita menghindari titik mematikan di dada kiri pemuda itu.

Joe rubuh ke tanah. Dengan sigap Ayushita meraih tangan kanan Joe, memelintir ke arah belakang dan mengunci bahu Joe dengan salah satu lututnya. Pemuda itu mengerang sambil tengkurap. Anggota komplotannya tercengang melihat gerakan cepat Ayushita yang mereka anggap perempuan lemah.

"Stop!!! Kalau kalian maju maka aku akan mematahkan tangannya," bentak Ayushita saat anggota geng Joe akan maju menyerangnya setelah bos mereka terkapar di bawah kuncian kaki gadis itu.

Ayushita sengaja menekan tangan Joe menyebabkan pemuda itu mengerang kesakitan. Semua anak buahnya mundur karena tidak tega melihat bos mereka kesakitan.

Tak lama rombongan Kepala Desa dan beberapa warga tiba di tempat itu. Mereka segera mengamankan Joe dan kawan-kawannya dan menggiring mereka ke kantor desa. Joe terus mengerang kesakitan saat digotong oleh dua warga.

Sementara Firda langsung berlari memeluk Ayushita. Dengan sigap dia memeriksa kondisi sahabatnya itu.

"Aku tidak apa-apa, Fir," tukas Ayushita menenangkan Firda. Ayushita hanya menderita lebam di tangannya karena kuncian erat dan baju gamisnya robek dari bagian paha ke bawah saat melakukan tendangan. Beruntung dia selalu memakai celana panjang di dalam rok gamisnya.

"Alhamdulillah, untung kamu tidak kenapa-kenapa. Tapi kamu sendiri yang menghajar Joe?" tanya Firda dengan wajah syok.

Ayushita hanya tersenyum kecil. Dia menepuk-nepuk gamisnya yang berlumuran pasir akibat pergumulan dengan Joe.

"Ibu Sita tidak apa-apa kan?" Kini Pak Junaid yang bertanya dengan wajah cemas.

"Hanya lebam dikit, Pak." Ayushita memperlihatkan lengannya yang mulai membiru.

"Baiklah, Firda akan mengantar Ibu Sita ke Puskesmas agar diobati Ibu Dian," pinta Pak Junaid.

"Saya saja yang akan mengobatinya, Pak." Tiba-tiba sebuah suara berat menyela mereka. Itu Dokter Arjuna. Dia menawarkan jasanya.

"Tumben. Kok tiba-tiba jadi baik gitu sama aku,' batin Ayushita.

"Oh iya. Terima kasih Pak Dokter bersedia merawat Ibu Sita," tutur Pak Junaid.

"Tidak usah, Pak. Ini juga tidak parah. Nanti saya ke Puskesmas saja," tolak Ayushita segera. Tidak. Jangan sampai dia berinteraksi dengan dokter itu lagi.

"Ck, kalau tidak segera diobati nanti lebamnya akan membengkak," kilah Arjuna. Dia memandang tajam ke manik mata Ayushita seolah menekankan agar gadis itu menurut.

Ayushita pasrah saat Arjuna menarik salah satu lengan bajunya untuk ikut dengannya. Firda hanya terbengong sebelum menyusul di belakang mereka.

Keramaian itu berangsur-angsur sepi karena Pak Junaid dan warga telah berada di kantor desa bersama dengan geng Joe. Bapak Babinsa pun ikut bergabung untuk mengamankan para preman itu.

Bagaimana dengan Ayushita? Gadis itu kini tengah duduk di sofa di rumah Arjuna ditemani oleh Firda.

***

*Arjuna POV

Aku terkejut saat Firda datang dengan wajah panik dan berurai airmata.

"Bapak- toloooong! Ibu Sita dikeroyok sama gengnya Joe hoss- hoss ... di ujung gang sana," pekik Firda diantara isak dan napas tersengal.

Ayushita dikeroyok sama preman kampung? Astagfirullah. Jantungku langsung memacu cepat secepat kakiku melesat ikut berlari menyusul Pak Kepala Desa dan warga lain ke TKP.

Ku lihat Firda terus terisak sembari berlari. Dia tidak menghiraukan lagi motornya yang diparkir asal-asalan di tengah jalan tadi.

Sayup-sayup ku dengar pekikan suara perempuan di gang yang tidak jauh dari arah kami berlari. Lalu terdengar suara gedebuk dan rintihan kesakitan.

'Ya Allah, jangan-jangan preman itu sudah menghajar Ayushita. Alangkah pengecutnya mereka jika mereka berani melukai Ayushita. Aku akan menghajar mereka hingga babak belur. Sampai mati kalau perlu.'

Langkah cepat kami tinggal beberapa meter dengan tempat pengeroyokan saat aku melihat pemandangan menakjubkan. Pemandangan yang takkan pernah kubayangkan akan aku saksikan secara langsung bahkan dalam mimpi sekali pun.

Di sana, di antara kumpulan pria itu, Ayushita yang bergamis putih dan anggun tangannya sedang dikunci dari belakang oleh salah satu pemuda itu. Lalu preman bernama Joe itu mendekati Ayushita seakan ingin melecehkannya. Namun, tiba-tiba kaki gadis itu terayun ke atas menendang perut preman Joe. Preman bren**** itu langsung terhuyun ke belakang menahan sakit. Sukurin.

Ternyata tidak berhenti sampai di situ. Gadis itu membenturkan kepalanya ke hidung pemuda di belakangnya. Ow, itu pasti sakit sekali.

Aku sebenarnya berniat akan membantunya tapi detik berikutnya gadis lemah itu kembali melayangkan tendangan mautnya ke rahang Joe lalu menyikut dadanya dengan keras. Dalam remang cahaya bulan siluetnya begitu indah saat dia menerjang preman itu lalu mengunci tangan dan tubuhnya dengan sebelah lututnya.

Aksinya serupa dengan aksi aktris favoritku dalam film My Girlfriend is an Agent. Dan juga, gerakan tubuhnya luwes seperti Wonder Woman jagoan wanita di Justice League.

Aaakkhh!!!

Kenapa gadis lemah itu tampak mengagumkan. Seperti itulah seharusnya wanitaku. Baik hati, lembut tapi tangguh.

Apa? Tunggu. Apakah aku menyebutnya wanitaku. Arrrgggh.

Dan kenapa pula aku berdebar-debar saat menarik tangannya- maksudnya hanya lengan bajunya, saat dia menolak untuk ku obati. Dia benar-benar gadis keras kepala dan terus saja menolak kebaikan ku. Aku benar-benar kesal saat dia menolak ku. Sebelumnya dia menolak untuk berjabat tangan dengan ku. Sekarang dia menolak ku obati.

Mari kita lihat sampai kapan dia akan menolak ku.

Sekarang dia duduk di depan ku, menerima pengobatan pada lengannya yang lebam dan mulai membengkak. Saat ku oleskan salep dia meringis nyeri. Aku jadi emosi mengingat bagaimana mereka menyakitinya. Rasanya aku ingin pergi menghajar mereka hingga mati. Dasar preman pengecut.

Sambil merawat memarnya aku melirik wajahnya yang ayu. Cantiknya sederhana namun mempesona. Bahkan dalam keadaan meringis kesakitan pun dia tetap cantik.

Dan aksinya malam ini bikin aku tambah kagum padanya. Tapi aku harus tetap jaga imej agar tidak terlihat terlalu mengaguminya. Biarlah dia penasaran denganku. Hehehe.

***

Author POV.

Waktu hampir menunjukkan pukul dua malam saat Ayushita tiba di rumahnya. Setelah memarnya dirawat, Ayushita harus ke kantor desa terlebih dahulu untuk memberi keterangan tentang kejadian yang dia alami. Firda dan Pak Jaja juga memberi keterangan tentang kejadian beberapa hari yang lalu di pinggir tambak Pak Jaja.

Pak Junaid awalnya berencana membawa Joe dan kawan-kawan ke kantor polisi, namun Ayushita melarang dan meminta Joe dan salah satu temannya yang patah tulang hidung dirawat terlebih dahulu.

Akhirnya mereka bubar setelah mengantar Joe ke Puskesmas. Atas kesepakatan Pak Junaid dan Bapak Babinsa setempat, Joe dan gengnya diberi sanksi melakukan pelayanan masyarakat selama sebulan. Hal tersebut atas permintaan Ayushita yang sudah memaafkan Joe dan gengnya serta tidak berniat memperkarakan mereka di jalur hukum.

Ayushita merasa iba saat kakek dan nenek Joe datang menjenguk cucunya di kantor desa. Neneknya meraung sambil memukul bahu Joe yang terkilir. Kedua pasangan lansia itu bahkan berlutut memohon maaf pada Ayushita. Spontan Ayushita ikut bersimpuh menenangkan keduanya dan berjanji tak akan menyeret Joe ke kantor polisi.

Sekarang permasalahnnya dengan geng Joe telah selesai. Ayushita merebahkan tubuhnya yang letih setelah mengganti gamisnya yang sobek dengan piyama tidur.

Seulas senyum terulas di bibirnya yang kemerahan. Dia kembali mengingat pergumulannya mengalahkan Joe yang beringas dan lumayan bertubuh tegap.

Dia bersyukur karena Kak Ayub telah membekalinya dengan dasar ilmu bela diri.

"Dek, kamu itu anak gadis. Gadis itu rawan mengalami kekerasan dan tindak kriminal. Makanya gadis juga harus punya pertahanan diri," nasehat Kak Ayub saat mulai mengajari Ayushita ilmu dasar bela diri di usia 16 tahun.

Ayub Ramadhan adalah kakak Ayushita Ramadhani yang bertugas di kesatuan kepolisian. Selain sebagai seorang perwira berbakat, dia juga seorang pemegang sabuk hitam karate dan menguasai bela diri Muay Thai. Itulah mengapa dia membekali adik perempuan satu-satunya dengan ilmu bela diri agar mampu menjaga dirinya dalam keadaan darurat.

"Ilmu bela diri itu bukan untuk dipamerkan tetapi digunakan saat keadaan darurat atau untuk menolong orang lain," pesan Kak Ayub.

Ayushita kembali tersenyum mengingat kakaknya yang tampan namun masih betah membujang itu.

'Ah, aku jadi kangen sama Papa, Mama dan Kak Ayub,' keluhnya dalam hati.

Dengan perlahan dia bergerak hendak menggapai bantal guling. Kedua lengannya masih terasa nyeri. Sambil memeluk bantal Ayushita mencoba memejamkan mata.

Sesaat kemudian layar ponselnya berpendar tanda ada sebuah pesan masuk. Diraihnya ponsel tersebut dan membuka pesan yang baru saja masuk.

📩

081xxxxxxxxx

Bagaimana keadaanmu? Apakah memarnya masih sakit?

Nomor tak dikenal. Ini bukan nomor kontak Firda. Lalu siapa?

Ayushita mengabaikan pesan tersebut, meletakkan kembali ponsel di samping bantal lalu memejamkan mata.

Bersambung ...

💝💝💝

See you next chapter tomorrow 😘

Siguiente capítulo