Itulah kekuatan El Cielo sekarang, belum lagi kekuatan para 9 Jendral yang telah meningkat jauh dan Kekuatan Noah yang penulis sendiri tidak tahu sekuat apa dia sekarang.
Mari kita kembali kepermasalahan sekarang, Lana ingin pergi keluar, dan Noah hanya akan mengijinkannya keluar satu minggu kemudian, untuk sekarang, Lana akan di isolasi oleh Ibu dan adiknya dan menjadi mainan mereka.
Semoga Lana tidak gila karena diisolasi ahaha.
Malam hari.
Kamar Noah, Alaya dan Lisa.
Alaya dan Lisa bersender dengan didada Noah sambil bergumam.
"Noah, apakah ini baik baik saja? Lana masih berumur 11 tahun, dia belum harus pergi kemanapun"
"Aku setuju, Lana masih terlalu muda, meskipun dia kuat bagaimana dengan sifatnya? Bagaimana kalau dia bergaul dengan orang yang tidak benar? Bagaimana kalau dia ditipu?" Lisa juga mendukung opini Alaya.
Lana sedikit bersandar dan mengelus kepala mereka berdua.
"Kalian berdua, percayalah dikit pada Lana, itu tida susah bukan? Lana tidak akan menjadi anak yang naif seperti itu, dan Lana bukan anak yang mudah terpengaruh oleh orang lain, Kalian ibunya bukan? Taruh sedikit kepercayaan mu pada Lana, dia akan baik baik saja, Selama ada aku, Lana tidak akan mati"
"Tapi Lana akan berpergian sendiri, kamu tidak akan bersamanya" Alaya berbicara secara logis.
"Itu benar, tapi kita berbicara tentang aku, Noah, Aku bisa pergi ke Lana dengan segera jika dia berada dalam keadaan Hidup dan mati. Lana tidak akan mati, tenang saja, Lana kuat, hanya akan ada sedikit orang yang dapat melawannya" Noah mengelus kepala Alayad dengan lembut, Alaya dengan nyaman menerimanya.
"Haah, baiklah, aku benar benar tidak akan memaafkanmu jika terjadi sesuatu pada Lana" Alaya memelototi Noah.
"Ya ya, Percayalah padaku, Lana akan baik baik saja" Noah mengangguk dan tersenyum.
Alaya hanya bisa mengangguk, Lisa diseblahnya mendengar percakapan mereka dengan seksama.
"Sayang, aku juga mau" Lisa yang melihat kepala Alaya dielus cemburu.
"Ya ya, uuh sayangku manja sekali, sini kalian berdua tu tutututu" Noah mengelus kepala mereka berdua hingga mereka bertiga tertidur lelap.
.
.
.
6 Hari berlalu dengan cepat, Lana menghabiskan waktunya dengan keluarganya salama waktu ini, dia akan pergi untuk waktu yang lama, jadi Lana perlu melakukan hal ini.
Pada malam sebelum keberangkatan Lana Noah menemuinya dan memberinya sebuah tugas yang harus dilakukan selama perjalanannya.
Langit gelap menutupi dunia, besok akan menjadi hari keberangkatan anaknya untuk menjelajahi Dunia, Noah memandang langit dengan keraguan.
Noah mulai mengingat banyak hal.
Siapa yang tau, dia akan menjadi seorang ayah, siapa yang akan menebak dia akan menjadi seorang raja, siapa yang akan mengira dia menjadi seseorang yang begitu beruntung dikehidupan ini.
Noah mempunyai istri, anak, kerajaan dan rakyatnya, Hidupnya benar benar sempurna. Itulah yang dia pikirkan.
Tapi in semua belum cukup, Dunia ini belum menjadi apa yang diinginkannya, kedamaian belum mencapai ke setiap sudut dunia ini, masih banyak hal yang harus dikerjakan, banyak hal yang harus dituntaskan.
Hidup benar benar teka teki.
Dalam kehidupan sebelumnya Noah merupkan orang yang paling tidak beruntung di lingkungannya, siapa yang tahu dia menjadi orang yang paling beruntung didunia.
Hidup benar benar tidak bisa ditebak.
Noah membayangkan jika semua ini hanyalah sebuah mimpi, Noah membayangkan apa yang akan dilakukannya jika tahu ini semua hanyalah sebuah mimpi.
Jawabannya sederhana, itu adalah tidak melakukan apa apa, itulah Noah sebelum berpindah ke dunia ini, dia seorang pengecut.
Sekarang seorang pengecut telah menjadi seorang Raja.
Hidup benar benar gila.
Lana benar benar anak yang luar biasa, Noah bangga menjadi ayahnya, kuharap dia bisa menjadi penggatiku dan menjadi Raja yang baik dan melebihi ku.
Sekarang Anak Laki lakinya akan memulai perjalanannya, dan Noah akan memberikan beban berat yang harus dibawanya selama perjalanan ini, Beban ini akan sangat berat untuknya, tapi Noah masih akan memberikan beban ini.
Karena Noah percaya Lana mampu menyelesaikannya.
Di Taman kerajaan Noah dan Lana duduk bersebelahan, Noah dan Lana sedang menikmati angin malam dan pemandangan gelap ini, Suasana tenang dari malam memberikan rasa nyaman untuk mereka berdua.
Noah duduk bersandar Noah menepuk kepala Lana dan mengacak ngacak rambutnya.
"Ada apa ayah?"
"Bagaimana perasaanmu? Besok kau akan pergi dari sini"
"Entahlah ayah, Aku merasa bersemangat dengan apa yang akan ku temui, tapi aku juga merasa kesepian saat berpikir akan berada jauh dari kalian" Lana menyatukan kedua telapak tangannya
"Itu bagus, perasaan itu bagus, tidak perlu bingung, hanya nikmati dan rasakan"
"Itu bagus?"
"Yap"
"Hehe, Baiklah"
.
.
.
"Lana?"
"Ya ayah?"
"Aku punya sesuatu yang harus kuberikan padamu".
"Apa itu ayah?"
"ini" Noah memberikan sebuah sebuah benda berbentuk kotak padanya, Yap, itu adalah Smartphone.
"Apa ini Ayah?" Lana memegang Smartphone dan memeriksanya dengan penasaran.
"Ini adalah Smartphone, dengan ini, seberapa jauh kamu, kamu masih bisa terhubung dengan kita" Noah dengan bangga menyatakan.
"Benarkah? Bukankah kita masih mempunyai dendenmushi? Apa bedanya?" Lana membandingkan.
"Tidak tidak, jangan bandikan Smartphone dengan Dendenmushi, ini seperti membandingkan langit dan bumi, selain menelfon ini juga bisa melakukan banyak hal lainnya, seperti memfoto, berhitung, memainkan permainan dan mash banyak lagi"
"Woah, benarkah? Ini hebat" Lana kagum dan senang menerima ini, dia melihat kembali Benda yang disebut smartphone ini dengan hati hati.
"Itu benar, itu benar hehe" Noah senang dengan pujian anaknya.
Noah mulai menjelaskan cara memakai Smartphone pada Lana.
Keheningan malam menjadi jeda obrolan ayah dan anak ini. Noah menatap bulan yang jauh ada diatas. Bulan bersinar terang menjadi cahaya menerangi malam ini.
"Lana, Aku mempunyai tugas yang harus kamu selesaikan dalam perjalanan ini, ini mungkin berat, tapi tugas ini akan menjadi tujuan dari perjalananmu, Berpetualang tanpa tujuan membosankan bukan?" Noah tersenyum.
"hmmm jika dipikirkan itu benar juga, jad Apa tugas itu ayah? " Lana menjawab setelah beberapa saat berpikir.
"Kuasai Grand Line !" Noah menatap Lana dengan serius.
"Maaf?" Lana berpikir dia salah mendengar apa yang dikatakan ayahnya.
"Kuasai Grand Line Bagian Pertama!" Noah sekali lagi berkata.
"Ayah kurasa aku masih salah mendengar" Lana berpikir apa yang dikatakan ayahnya kesalahan, meskipun ini terdengar lebih baik , tapi ini masih gila, jadi dia memastikan untuk yang terakhir kalinya.
"Itu benar! Tidak ada yang salah! Kuasai Grand Line bagian pertama!" Noah memastikan dengan tegas.
"Tapi bagaimana mungkin? Itu merupakan tugas mustahil untukku sekarang" Lana mengeluh.
"Tidak! Kamu bisa melakukannya! Karena kamu adalah anakku!" Noah menepuk pundak Lana.
"Tapi itu tidak ada hubungannya, ayah" Lana bingung.
"Cukup! Ini adalah kondisiku, jika kau tidak mau menerima tugas ini kamu tidak diizinkan pergi" Noah mengancamnya.
"Tapi kenapa kau baru memberitahu hal ini sekarang? "
"Karena aku baru memikirkannya" Noah menjawab dengan datar.
"EEEH!?" Lana benar benar tidak bisa berkata kata mendengar jawabannya. Ayahnya membicarakan menguasai Grand Line seperti membicarakan hal yang sangat sepele. Ini terasa tidak benar.
"Hanya lakukan ini, percaya dirilah! aku tahu kamu bisa melakukannya Lana" Noah menepuk pundaknya.
Kepala Lana penuh dengan tanda tanya dan tidak tahu bagaimana harus merespon.
.
.
.
Keesokan harinya.
Noah, Alaya, Lisa, Amira, Luna dan Hera berkumpul di pelabuhan untuk mengantar kepergian Lana.
"Lana, Hati hati, jangan lupakan kakak" Amira memeluk Lana dan mengelus pundaknya.
"Ya kakak, tentu saja aku tidak akan melupakanmu, aku akan selalu merindukanmu" Lana menerima pelukannya.
Setelah beberapa saat mereka melepaskan diri, giliran Luna yang memeluk Lana.
"Kakak jangan pergi, tetap bermain denganku, huuu" Luna menangis dipelukan Lana.
"Jangan khawatir Luna, kakak akan sering menghubungi mu hehe" Lana mengelus kepala Luna untuk menenangkannya.
"Janji?" Luna menatap Lana dengan berkaca kaca.
"Ya, Janji" Lana menepuk kepalanya.
Lisa maju bersama Hera yang ada di dekapannya.
"Hati hati Lana" Lisa mendekati Lana dan mencium keningnya.
"Wuuu wuuu" Hera menggeliat dan memberikan senyum yang indah untuk Lana.
"Ya ibu, aku akan, dan untuk adik kecil ku yang manis, uuh aku akan merindukanmu" Lana mencium pipi Hera.
Hera tertawa karenanya.
Alaya mendekati lana dan mengelus kepalanya.
"Jangan lupa makan, jangan lupa untuk bermain, berhati hatilah dalam memilih teman, dan ingat Ibu akan berada di pihakmu" Alaya memberikan senyum yang dia perlihatkan pada Noah bertahun tahun lalu.
"Ya ibu, aku akan" Lana memeluknya dan menangis seperti anak kecil.
"Anak pintar" Alaya mengelus kepala Lana dengan lembut dan memberikan kenyamanan padanya.
Beberapa saat kemudian Alaya melepaskan Lana. Lana melihat Noah yang memiliki ekspresi datar selama ini.
Noah melihat ini dan merasa sedih dan ingin menangis, tapi dia bersikeras tidak menunjukannya dan bersikap Tsundere.
"Pergilah dan menjadi laki laki Lana!" Noah berteriak.
Noah menghapus air matanya juga menjawab dengan lantang.
"Ya Ayah!"
Lana berbalik dan menaiki pesawat terbang bertenaga cakra yang dibuat oleh Tony dan Tobirama.
Dimulailah Perjalanan Lana Menaklukan Paruh pertama Grand Line.
.
.
.