webnovel

Apakah Dia Merasa Tersentuh?

Editor: Wave Literature

Quan Rui adalah seseorang yang sangat terhormat. Bagaimana… Bagaimana bisa dia berlutut begitu saja di taman rumput bersamaku...? pikir Bai Ran berpikir. Apakah ia merasa tersentuh? Ternyata sangat mudah rasanya untuk tersentuh karena seseorang. "Kamu…" Bai Ran akhirnya tidak bisa lagi menahan diri dan membuka mulut. Ia ingin Quan Rui berdiri dan ia bisa mencari sendiri tanpa memerlukan bantuan Quan Rui. 

Sebelum Bai Ran sempat melanjutkan, Quan Rui segera menyela, "Harus fokus jika sedang melakukan sesuatu."

Quan Rui mengabaikan Bai Ran dan memberikan payung yang ia bawa ke tangan Bai Ran. Kemudian, ia mencari ke satu arah dan mulai meraba-raba rerumputan dengan teliti. Payung itu memang hanya bisa melindungi dua orang sehingga begitu Quan Rui bergerak sedikit menjauh, ia langsung keluar dari jangkauan payung. Padahal, hujan masih belum berhenti. Dalam beberapa detik saja ia pasti akan basah kuyup tanpa payung, 

Bai Ran sejenak membeku. Ia bahkan tidak berpikir panjang dan langsung bergegas menghampiri Quan Rui untuk melindungi pria itu dengan payung. "Aku bisa menemukannya sendiri, kamu tidak perlu—"

"Cincin pertunanganmu?"

Bai Ran tidak tahu apa maksud Quan Rui sehingga ia hanya bisa menjawab, "...Iya."

"Masih menyukai Xu Chenglin? Sampah itu?"

Aku tidak pernah menyukai Xu Chenglin. Selain itu, dia juga bisa disebut sebagai sampah, pikir Bai Ran. Namun, ia tidak menjawab Quan Rui. Bagaimanapun juga, ia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Quan Rui. Ia juga tidak mengerti mengapa seseorang yang luar biasa seperti Quan Rui mau melakukan hal seperti ini.

Bai Ran tidak menjawab, sementara tangan Quan Rui juga tidak kunjung berhenti bergerak. Quan Rui mulai menghitung dalam hati, Bai Ran sudah meraba hampir sebagian besar area di samping hampir dan area yang belum diraba juga tidak besar. Jika aku meraba sebentar, seharusnya aku bisa menemukan cincin dengan cepat. 

Pergerakkan Quan Rui sangat cepat dan ia berpindah dari satu sisi ke sisi lain dengan sigap. Sementara itu, Bai Ran tidak bisa fokus sama sekali mencari cincin karena tangannya masih memegang payung. Quan Rui bergerak tanpa henti, sedangkan Bai Ran hanya bisa mengikutinya dan memastikan Quan Rui tidak terkena hujan. Dengan begitu, situasi Bai Ran menjadi lebih pasif. Pencarian cincin itu terus berlanjut.

George sudah menyiapkan dan menunggu lama di luar pintu gerbang vila, tapi ia belum melihat bosnya keluar. Karena khawatir, ia pun kembali masuk untuk melihat apa yang terjadi. Ia tidak mengira sama sekali bahwa ia akan langsung melihat Luo Wei berdiri di sisi taman rumput sambil memandangi pria dan wanita di dalam. Aku tidak kenal wanita itu, pria… Bukannya itu Bos Quan? pikir George.

George benar-benar terkejut sampai hampir tersedak. Ia pun menghampiri Luo Wei dan bertanya, "Aku baru pergi sebentar, tapi keadaan langsung berubah drastis. Apa yang telah terjadi?" George bahkan tidak bisa mempercayai mata kepalanya sendiri sehingga ia bertanya-tanya dalam hati, Bos yang selalu tinggi di atas dan tidak banyak cakap ini sedang melakukan apa? Dengan seorang wanita asing, di taman rumput? Hm… Bagaimana aku harus mengatakannya? Mereka ini sedang mencari barang apa?

Luo Wei melihat sekilas George dengan tidak berdaya, lalu ia hanya bisa mengedikkan bahu dan menjawab, "Seperti yang kamu lihat."

Setelah George mendengar jawaban Luo Wei, barulah ia mulai memperhatikan wanita yang berdiri di samping Quan Rui lagi dengan saksama. Kemudian, ia tiba-tiba berseru, "Astaga! Bukannya dia orang yang di depan pintu tadi…?"

"Ya. Selain itu, dia adalah putri tidak sah Jiang Yuanshan sekaligus putri termuda keluarga Jiang," jawab Luo Wei. Ia sudah bekerja untuk Quan Rui bukan hanya dalam sehari atau dua hari. Ada beberapa hal dalam hati Quan Rui yang masih ia ketahui. Ia pun memberitahu George, "Bos tidak pernah menyukai Jiang Bangyuan. Apa kamu tahu soal itu? Bagaimanapun, Bos tetap harus menikahi putri keluarga Jiang. Sekarang, putri tidak sah ini sepertinya lebih cocok dengan selera Bos."

Siguiente capítulo