Dini hari keesokan harinya, Su Mohan masih belum bangun. Namun ia mendengar suara isak tangis, kemudian ia mengerutkan kening dan menatap Ye Fei yang berbaring di sampingnya dan menemukan bahwa tubuh Ye Fei terus-menerus gemetar. Air mata di wajahnya telah membasahi bantal besar.
Su Mohan mengulurkan tangannya dan menyeka air mata di wajah Ye Fei. Setelah menyeka wajah Ye Fei, Su Mohan menemukan bahwa pipi Ye Fei sangat panas. Su Mohan pun mengerutkan kening dan mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Ye Fei dan segera bangkit dari tidurnya.
Su Mohan tidak menyangka bahwa Ye Fei ternyata sedang demam.
Su Mohan bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil dua buah handuk dan meletakkannya di dahi Ye Fei. Su Mohan berpikir dalam hati bahwa Ye Fei tidak bisa minum obat selama kehamilannya. Kali ini Ye Fei mungkin harus menahan demamnya.
"Jangan … Jangan … Anakku—Anakku!"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com