webnovel

Bahkan Cinta Lama Juga Tidak Pantas

Editor: Wave Literature

Lima menit kemudian, wanita itu sudah mengenakan pakaiannya kembali dan berdiri di depan Su Mohan. Matanya memerah dan rambut pirangnya yang keriting menjadi berantakan. "Tuan Su... Apakah aku melakukan suatu kesalahan?" tanyanya.

Manajer toko cepat-cepat menyetrika gaun itu lagi hingga rapi, membungkusnya, dan menyerahkannya di tangan Su Mohan dengan sopan. Su Mohan membawa tas belanja itu tanpa melihat wanita di depannya, lalu berbalik dan berjalan keluar dari pintu MJ.

Wanita itu mengikuti Su Mohan dengan enggan. Tidak, Tuan Su hanya sedang dalam suasana hati yang buruk, pikirnya. Su Mohan memperlakukannya secara berbeda sehingga ia yakin bahwa ia berbeda dari wanita-wanita lain. Padahal, Su Mohan sama sekali tidak peduli jika wanita itu mengikutinya.

Su Mohan meninggalkan gedung pusat perbelanjaan dan langsung masuk ke mobil yang sudah menunggu. Namun, wanita itu masih ingin menjilat Su Mohan dan terus mengikutinya. Tindakan wanita itu malah membuat Su Mohan mengerutkan keningnya.

Brak!

Su Mohan segera menutup pintu mobil hingga wanita itu kehilangan fokus dan hampir terjatuh ke tanah. Namun, ia cepat-cepat bangkit dari tanah dan mengetuk pintu mobil dengan cemas. "Tuan Su, apakah aku melakukan kesalahan…?" tanyanya. Suaranya gemetar karena penuh kecemasan dan ia terdengar hampir menangis.

Kaca jendela mobil diturunkan dan muncul sedikit harapan di mata wanita itu. Namun, sebelum ia sempat berbicara, sesuatu berwarna merah muda terlempar keluar sehingga wanita itu tanpa sadar menghindar. Ketika benda itu jatuh ke tanah, ia melihat bahwa itu adalah tas Chanel yang sengaja ia tinggalkan di mobil sebelumnya. Kemudian, mobil itu segera dinyalakan dan melewatinya tanpa rasa bersalah.

Wanita itu menghentakkan kakinya dan mengambil tasnya, kemudian berlari beberapa langkah ke depan. Untuk suatu alasan, Cadillac hitam yang baru saja pergi itu kembali mundur. Kaca jendela mobil itu diturunkan lagi dan memperlihatkan wajah dingin Su Mohan dari samping. "Aku lupa memberitahumu. Jika dia adalah cinta lama, kamu sendiri bahkan tidak pantas untuk disebut sebagai cinta lama."

Wajah wanita itu berubah menjadi pucat dalam sekejap. Matanya terasa perih dan ia ingin menangis. "Tuan Su… Aku…" Sebelum wanita itu menyelesaikan kata-katanya, kaca jendela mobil telah dinaikkan dan mobil melaju melewatinya lagi. Pria itu bahkan jelas-jelas tidak melayangkan pandangannya pada wanita itu.

Su Mohan bersandar di kursi dan wajahnya masih muram. Ia tidak mengerti mengapa ia tiba-tiba bersikap kekanak-kanakan dan bahkan sampai memarahi seorang wanita. Ia memejamkan matanya dengan gusar dan wajah cantik Ye Fei langsung muncul di benaknya. Selama dua bulan terakhir, Su Mohan menjadi lebih dan lebih serakah untuk menikmatinya. Bahkan, wanita-wanita lain kini menjadi hambar baginya. Ia kira dua bulan sudah cukup baginya untuk merasa bosan, tapi tidak satupun dari wanita-wanita di sekelilingnya yang dapat membangkitkan gairahnya. Tidak peduli mau mereka mempesona, polos, seksi, atau imut, tidak ada pengecualian.

Wanita sialan! Hanya dalam dua bulan, pengaruhnya bisa sangat luar biasa! pikir Su Mohan. Setelah ia membuka matanya, mata sipitnya masih penuh dengan kegelapan dan menunjukkan ketidaknyamanannya saat ini. "Kembali ke Dinasti."

Sopir itu dengan tenang menyeka keringatnya dan segera menjawab, "Baik, Tuan."

"Tunggu."

Pengemudi itu segera menghentikan mobilnya, meskipun ia tidak mengerti bagaimana tuannya bisa tiba-tiba berubah pikiran lagi. Su Mohan sedikit menurunkan kaca jendela mobilnya dan memandang ke samping. Ia melihat seorang wanita yang baru saja keluar dari pintu samping gedung pusat perbelanjaan.

Wanita itu mengenakan gaun berwarna anggur merah dengan potongan V-neck yang dalam dan renda di bagian pinggang. Gaun itu membuat sosoknya terlihat anggun. Warna anggur merah dan kulitnya yang seputih salju menunjukkan kontras yang tajam, seperti mawar merah yang merekah. Pemandangan indah ini membuat orang jadi ingin terus-menerus melihat, bahkan menggerakkan denyut nadi pria.

Siguiente capítulo