webnovel

Sang Putri yang Kehilangan Sepatu Kristal

Editor: Wave Literature

"Apakah Nyonya Song harus melakukan ini?" tanya Jiang Huiru dengan enggan.

Ye Fei tidak memahami pertengkaran yang sedang didengarkannya, tapi ia tidak bisa menerima bagaimana ibu tirinya bertengkar dengan neneknya. Ia pun mempercepat langkahnya dan mencoba untuk mencegahnya. Namun, sebelum ia mencapai tangga, pintu kamar Jiang Huiru tiba-tiba terbuka. Neneknya keluar dengan wajah penuh amarah, lalu diikuti oleh ibu tirinya yang berpakaian hijau gelap dan ekspresinya cemas.

"Ayo pergi, Feifei!" Nyonya Song berjalan ke sisi Ye Fei dengan menggunakan tongkat dan menariknya untuk berjalan menuruni tangga tanpa mempedulikan apapun.

Ye Fei ditarik untuk berbalik, tapi ia masih bisa melihat dengan jelas Jiang Huiru yang mengulurkan tangan ke arahnya. Tangan Jiang Huiru yang terawat dengan baik dengan kuku dikikir halus yang tidak tahan mengerjakan pekerjaan yang berat. Tangan Jiang Huiru yang berhiaskan cincin zamrud ibunya mendorong neneknya dari belakang dengan kuat.

Brak!!

Ye Fei hanya ingat bahwa neneknya tanpa sadar melepaskan tangannya, lalu terguling menuruni tangga hingga jatuh ke lantai dengan keras. Kemudian, muncul noda darah merah di bagian belakang kepalanya yang perlahan-lahan menyatu dengan karpet merah. Ye Fei sontak terkejut hingga seluruh tubuhnya menegang setelah melihat warna merah di hadapannya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilakukan ibu tirinya. Namun, ketika ia berbalik, ia tidak menemukan keberadaan Jiang Huiru.

Ye Fei mendadak sangat ketakutan sehingga seluruh tubuhnya terus bergidik. Kemudian, ia berlari menaiki tangga dengan panik hingga kehilangan sebelah sepatu kristalnya. Ia ingat bahwa pacarnya sedang berada di kamar sehingga ia pun berlari masuk setelah membuka pintu kamarnya seperti kesetanan. "Ming Wei... Nenek, dia…"

Ye Fei berdiri terdiam dan membeku di tempat sambil menatap ranjang tuan puteri merah mudanya. Pacar masa kecilnya dan sahabatnya sedang bersama. Ye Fei bahkan sampai lupa untuk menangis dan hanya ada dua air mata tersisa di wajahnya. Ia berbalik dan pergi langkah demi langkah sambil berpikir, Dunia sudah gila! Tidak… Mungkin ini hanya mimpi. Mimpi buruk, dan bagaimanapun juga aku akan terbangun!

Ye Fei berlari keluar dari gerbang kediaman Ye tanpa alas kaki dengan panik. Ingatan akan tangan ibu tirinya, tatapan neneknya, dan pemandangan sahabat dan pacarnya kembali berputar dalam pikirannya. Ia hanya menutup mulutnya dan memegang sebelah sepatu kristal yang tersisa selagi seluruh tubuhnya menggigil. Air matanya seperti mutiara yang pecah dan ia tidak tahu harus pergi kepada siapa.

Kaki telanjang Ye Fei berdarah karena menginjak batu di jalan. Rasa sakit itu mengingatkannya bahwa semua ini bukan mimpi. Mahkota kristal tampak tidak beraturan di kepalanya sehingga ia terlihat seperti pengkhianat yang telah kehilangan baju zirahnya. Sejak saat itu, Ye Fei terpaksa untuk memahami bahwa ulang tahunnya yang ke 18 ditakdirkan untuk menjadi sebuah lelucon.

Entah sudah berapa jauh Ye Fei berjalan, tapi tiba-tiba sepasang tangan menjulur dari belakangnya. Sapu tangan berbau aneh menutup hidung dan mulutnya. Ia pun berjuang mati-matian dan rasa ketakutan semakin intens menyerang sarafnya yang menjadi mati rasa. Namunn, akhirnya ia jatuh ke dalam kegelapan.

Ketika Ye Fei bangun, ia terbaring di ranjang empuk yang besar. Ia sesaat terkejut dan berpikir bahwa itu benar-benar hanya mimpi buruk. Namun, setelah melihat ke bawah, ia menyadari bahwa ia terbaring di sisi lelaki yang asing. Pria itu menutup mulutnya dengan erat hingga seluruh tubuhnya gemetar dan ia hanya bisa meneteskan air mata.

Sebelum menunggu reaksi Ye Fei, seorang wanita asing masuk ke rumah bersama seseorang dan menamparnya dengan keras. Rasa sakit dari wajahnya yang membengkak membuatnya mengerti bahwa segala sesuatu selalu bisa lebih buruk daripada yang ia pikirkan!

"Apa hubunganmu dengan Sekretaris Zhang?" tanya polisi itu dengan tidak sabar.

Ye Fei memandang pria asing yang tidur di sampingnya, tapi ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak tahu juga siapa yang bisa membantunya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan panik dan menggila.

"Anda dicurigai terlibat kasus perselingkuhan dengan seorang pejabat. Tolong ikut dengan kami untuk membantu penyelidikan."

Siguiente capítulo