Namun, ternyata Su Mohan salah. Wanita yang menjadi mainan barunya hari ini tampak begitu berseri-seri dan memesona. Wanita itu terlihat seperti iblis dengan sentuhan kepolosan yang murni. Ia pasti wanita yang istimewa.
Su Mohan meninggalkan beberapa dokumen yang telah ditandatanganinya di atas meja, lalu berjalan ke kamar tidur selangkah demi selangkah. Bahkan, meskipun wanita ini adalah dewi yang datang dari langit, hari ini Su Mohan sudah bertekad untuk membuat wanita itu mengerti betapa bodohnya dirinya karena sudah berani memprovokasi Su Mohan.
Ye Fei mendadak merasa tegang saat mendengar suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Bulu matanya yang panjang sejenak bergetar dengan lembut. Namun, saat ia melihat bahwa Su Mohan yang berjalan masuk, ia kembali merasa seperti biasa. Ye Fei menoleh dan melihat pria itu menatapnya. Cahaya ruangan yang redup membuat wajah Su Mohan diselimuti bayangan sehingga Ye Fei tidak bisa melihat ekspresinya dan kesulitan menebak isi pikirannya.
Meskipun Ye Fei bingung, ia berusaha tetap tersenyum seakan menunggu sumber kesenangannya dengan sabar. Bagaimanapun, tidak ada yang tahu bahwa sprei yang telah disetrika dan menutupi ranjang dengan sangat rapi kini telah dibuat kusut olehnya. Setelah beberapa saat, Su Mohan mengerutkan kening dengan dingin dan membuka mulutnya, "Aku tidak tertarik untuk melakukannya hari ini."
Entah kenapa, tubuh Ye Fei tak lagi terasa tegang setelah mendengar perkataan Su Mohan yang seakan baru saja menyingkirkannya. Namun, entah mengapa ia tetap saja merasakan sedikit kekecewaan.
"Jadi, cobalah untuk membuatku tertarik."
Segera setelah Su Mohan berkata seperti itu, Ye Fei kembali tertegun dan langsung menoleh. Pria itu sudah duduk di sofa dan kembali berkata, "Jangan buat aku mengatakannya lagi!"
Sudah sangat jelas bahwa Su Mohan sedang tidak dalam suasana hati yang baik hari ini. Ye Fei yang terlambat karena tidak langsung bergerak hampir membuatnya kehabisan kesabaran.
"Tuan Su terlalu terburu-buru…" rajuk Ye Fei. Ia cepat-cepat mengubah ekspresinya, lalu membuka selimut dan perlahan menginjakkan kakinya di karpet. Ia berjalan selangkah demi selangkah ke arah Su Mohan. Hatinya terasa dingin dan tegang. Meskipun selama ini ia telah merayu banyak pria, ia tidak pernah sekalipun melakukan hal-hal serendah ini.
Apakah kamu murah? Ya, murah! Terjadi pergolakan dalam batin Ye Fei dan bahkan kini ia merasa jahat pada dirinya sendiri. Namun, apa salahnya menjadi murahan? Menjadi murahan hanya akan menyakiti tubuh dan tidak menyakiti hati. Ia hanya akan menyakiti dirinya sendiri dan tidak menyakiti orang lain.
Su Mohan yang terduduk di sofa itu membeku. Ekspresinya terlihat tidak sabar, seperti seorang kaisar yang mampu berkuasa memerintah semua orang. Ye Fei berjalan ke arahnya dengan tersenyum. Jari kakinya tampak mungil dan indah sehingga setiap ia melangkah kakinya, seakan ia berjalan di atas bunga teratai yang mekar. Su Mohan yang sedikit tak sabaran sempat tertarik untuk sejenak. Ia merasa bahwa tak ada wanita yang terlihat begitu indah hanya dengan mengambil beberapa langkah pendek seperti itu.
Setelah Ye Fei berhenti di depan Su Mohan, ia merasa kaknya sedikit kram. Namun, ia masih berusaha untuk mengangkat kaki mulusnya dan duduk di depan Su Mohan. Su Mohan menyipitkan matanya sambil menyalakan sebatang rokok. Api yang membakar rokok itu menerangi ruangan yang gelap dan membangkitkan rasa asing yang ambigu.
Ruangan itu terlampau sunyi hingga Ye Fei merasa harus berhati-hati meskipun napasnya kembang kempis. Ia tetap diam membeku dan hanya menatap mata tampan Su Mohan. Tampaknya, ia tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya. Su Mohan pun menatapnya dengan dingin. Di bawah cahaya yang redup, mata Ye Fei yang mirip kucing tampak jernih seperti air. Su Mohan mulai merasa kesal karena menahan nafsu dan keluh kesah yang mulai bangkit di dalam dirinya.
Su Mohan bisa melihat bahwa Ye Fei bukan tipe wanita yang murahan. Namun, meskipun Ye Fei ternyata seorang gadis polos atau seorang wanita baik-baik, semua itu tidak ada hubungannya dengan Su Mohan. Ia tidak punya waktu untuk menyelamatkan semua orang, apalagi untuk menyelamatkan gadis-gadis muda. Pasti ada banyak orang yang menderita selama Su Mohan hidup. Sayangnya, ia bukan seorang penyelamat.