Chloe sedang bingung memilih baju bayi yang menurutnya imut untuk di bawa pulang, Laura berdiri di sebelahnya memberikan beberapa saran. Secara Laura kan sudah punya anak jadi dia lebih berpengalaman dari pada Chloe.
"Chloe dari pada kamu bingung kenapa tidak beli semuanya saja ? bos gak bakalan bangkrut kalo beli satu toko baju bayi"
Chloe masih menatap baju bayi di tangannya "bukan itu masalahnya"
"lalu ?"
"di rumah sudah ada tiga lemari baju untuk si kembar" jelas Chloe
"ti...tiga lemari ?" Laura syok, Chloe mengangguk "memang bayimu kembar berapa ?"
"tiga, mama bilang masing-masing satu lemari, jadi tiap kali beliau pergi pulangnya selalu bawa oleh-oleh baju bayi...sekarang ke tiga lemari itu sudah penuh dengan baju bahkan sampai mereka umur dua tahun"
Laura mengelus dadanya syok lebih dalam lagi, 'horang kaya mah bebas....mau beli baju bayi yang seuprit tapi harganya langit berapa banyak juga gak ada yang ngelarang, gak bakalan kepikiran itu baju nanti bakalan di pake apa enggak' batin Laura.
"udah aku beli ini aja tiga, ambil warna netral aja, lagian aku ngajak kamu ke mall bukan untuk nyari baju bayi" putus Chloe akhirnya.
"trus mau nyari apa ?"
"cari jas buat bosmu" jawab Chloe sambil melirik baju anak "anakmu cewek atau cowok ?"
"cowok.....bukannya bos gak terlalu suka pake jas ?"
"jasnya yang kemarin aku buang"
"hah...kenapa ? bukannya jasnya harganya mehong ?"
"bau kuntilanak....anakmu umur berapa ?"
"satu tahun" jawab Laura, 'untung dia dulu tidak naksir sama bos sadis kek pak Marco, kalau enggak bukannya dia bakalan di anggap kuntilanak sama pasangan sadis ini ?'
Chloe mengambil lima pasang baju cowok dan membawanya ke kasir.
Keluar dari toko Chloe menenteng dua kantong tas baju dan menyerahkan yang satu pada Laura
"apa ini ?"
"buat anakmu, ambil aja gak usah sungkan...aku tau bosmu pasti gak pernah belikan hadiah buat kalian sekretarisnya, meski dia sudah memeras tenaga kalian dia tidak pernah memberikan hadiah sekecil apa pun"
"kok tau"
"jelas tau lah, aku kan istrinya, lagian kapitalis macam dia mana mau rugi"
Laura tertawa mendengar kata-kata Chloe, seandainya bos mendengar istrinya ngatain dia kspitalis seperti itu pasti dia akan menghukumnya.
"Chloe kamu baik sekali, kenapa bukan kamu saja yang jadi bosku ? kalau kamu jadi bosku aku akan mengabdikan diriku seumur hidup padamu"
"hah....dasar penjilat" Laura tertawa, setelah dekat dengan Chloe dia mulai kenal dengan sifat Chloe, dia bukan orang yang suka berbasa-basi, kalau ngomong kadang nylekit tapi pada dasarnya orangnya baik, mudah kasihan sama orang dan memperlakukan orang lain dengan tulus terlepas dari status sosial mereka.
"tapi ngomong-ngomong aku bersyukur punya bos kayak pak Marco, meski kadang tugas yang dia berikan tidak masuk akal tapi bos tidak pernah memperlakukan karyawannya dengan kurang ajar entah itu di kantor atau di luar kantor. Sekarang tentu kamu tau kan kalau banyak sekali sekretaris yang mendapat perlakuan buruk dari bosnya, menerima pelecehan dan di kejar sama istri bos. Pak Marco adalah bos pertama yang memperlakukan kami sebagai manusia, dan yang paling kami hormat sama dia, meski dia pintar, tajir, ganteng tapi dia gak genit, dia tidak pernah membiarkan teman wanitanya memasuki kantornya kalau bukan urusan kerjaan"
"memang berapa banyak mantannya ?" tanya Chloe penasaran.
"ada beberapa, tapi kamu tidak perlu kuatir pak Marco tidak pernah lama jalan sama mantannya, dan aku yakin dia juga tidak pernah tidur dengan mereka"
"bagaimana kamu bisa seyakin itu, emang kamu nguntit mereka ?"
"tidak sih....tapi berapa kali aku ketemu sama pak Marco pas lagi jalan sama mantannya, jangankan gandengan tangan ke senggol dikit aja dia langsung menatap mereka dengan jijik kek mereka itu sampah yang penuh kuman, terus besoknya aku atau kalau enggak Yola langsung di suruh ngantar amplop untuk kompensasi katanya ha....ha...ha...."
"gila kan bosmu, mana ada orang ngajak putus ngasi kompensasi, saraf memang bosmu, tambah lagi otaknya mesum gitu"
"ha.....ha...ha.....biar saraf dan mesum tapi kamu kan cinta, lagian bos mesumnya cuma sama kamu" ledek Laura
"idih....siapa yang cinta ?" elak Chloe dengan wajah memerah
"iya....gak cinta tapi bucin"
"enggak"
"kalau enggak ngapain kamu mau punya anak sama dia ?"
"yah karna suka sama suka"
"sama-sama bucin kalee...ha.....ha....ha....."
💞💞💞💞💞
Marco memelototi nomor akun bank yang membayar Natasya, nama pemilik akun tersebut membuatnya mengerutkan kening.
Setelah lama berpikir akhirnya dia menelpon Ny. Suri.
"hallo sayang ?" sapa dari seberang begitu telpon tersambung
"mama lagi di mana ?"
"di rumah"
"emmm....mama tau kabarnya tante Jesica, di mana dia sekarang ?"
"en....tante Jesica ? mama juga tidak tahu"
Marco mengerutkan keningnya, setahunya mamanya dan tante Jesica adalah teman baik dan mereka selalu bertukar kabar dan posisi di mana mereka berada.
"ma apa ada yang salah ?" Marco bertanya langsung, meski dia bukan orang yang sangat dekat dengan mamanya, tapi dia tahu semua kebiasaan, sifat, dan karakternya.
Ny. Suri mendesah, memang sulit menyembunyikan sesuatu dari mata tajam anak sulungnya.
"Tante Jesica cerai dengan om Surya" jelas Ny. Suri sambil mendesah
"oya ? kapan ?" tanya Marco sambil menatap laptopnya, dia mengamati pesan-pesan yang tengah di kirim Natasya dari ponselnya yang telah di tanam virus oleh Marco.
"seminggu setelah Jocelyn di makamkan, Jesica bertengkar hebat dengan Surya dan dia menuntut cerai"
"lalu di mana tante Jesica sekarang ?"
"mama tidak tau, dia mengganti nomor ponselnya dan dia memblokir semua pertemanannya dengan mama di medsos"
"Lalu om Surya bagaimana ?"
"dia kacau.....itu lah sebabnya papamu ke Australia mengurus masalah cabang di sana"
"oh....oke" dan Marco mengakhiri panggilan.
Ny. Suri menatap ponselnya bingung, jadi sebenarnya Marco tadi telpon tujuannya mau nanyain siapa ?
Setelah mengakhiri panggilan Marco menelpon sepupunya, Stefan.
Saat panggilannya di angkat Marco mendengar suara lenguhan "uuugghhh..."
"lagi di mana kamu ?" tanya Marco to the point.
"di.....atas....perut" jawab Stefan dengan sedikit melenguh.
"tut....tut....tut..." Marco langsung mengakhiri panggilan.
💞💞💞💞💞
Stefan terbahak sambil memegangi perutnya.
"Berhenti tertawa, ayo ikut mama ke perusahaan" Ny. Kim melotot pada putra tunggalnya yang masih tertawa.
"ke...ke.....napa...ha.....rus ke peru...sa.....haan ?" tanya Stefan masih sambil mengatur nafasnya.
"kamu harus membantu Jason"
"kenapa aku ? ada Marco dan om Suri"
"Marco ke luar kota mengurusi client yang merepotkan, kak Suri ke Australia membantu membereskan masalah di sana Surya lagi kacau, Jesica mencerikannya...."
"apa.....kenapa mereka cerai ?" Stefan menatap Ny. Kim.
Ny. Kim menghela nafas "sepertinya karna kematian Jocelyn.....huh.....Jesica ngotot mau menuntut Chloe, dia bilang anaknya meninggal karna Chloe, tapi Surya menolak dan mereka cekcok lalu Jesica meminta cerai. Sekarang dia membuat ulah di perusahaan menuntut bagian sahamnya, dia menghasut para pemegang saham yang lain dan petinggi perusahaan untuk mendukungnya"
Stefan merenung 'apa itu tadi alasan Marco menelponnya ?', Stefan jadi merasa bersalah tadi mengisengi sepupunya.
💞💞💞💞💞
Chloe masih memilah jas untuk suaminya, Laura berdiri di sampingnya dengan sabar, dia tidak berani mengeluh karena kesejahteraan, kenyamanan dan kebahagiaan istri bos adalah penentu masa depannya.
"Laura...." seorang wanita cantik, berdada montok menyapanya "kamu Laura kan.....? tanyanya memastikan.
Laura yang merasa namanya di sebut menoleh menatap wanita tersebut sambil menggali memorinya mencari identitas wanita yang menyapanya, setelah menemukannya dia langsung tersenyum "mbak Kia"
"kamu masih kerja sama Marco ?" Laura mengangguk, telinga Chloe langsung berdiri ketika nama suaminya di sebut, tapi dia tetap melanjutkan memilah jas, meski sekarang konsentrasinya mulai terbagi.
"gimana kabarnya Marco sekarang ?" wanita yang ternyata bernama Kia itu melanjutkan.
"kabarnya bapak baik" tangan Laura berkeringat dingin dalam batin dia mengutuk 'gila ini perempuan, nanyain kabar bos di depan istrinya'
"denger-denger dia dah nikah ya ?" lanjut Kia
"iya" sudah tau kalau bos dah nikah, kalau gitu gak usah sok-sok nanyain kabarnya lagi, dumel Laura dalam hati. Tapi wajahnya masih tersenyum.
"aku yakin istrinya cuma kedok deh"
"eh.....maksudnya ?"
"heh....kamu sebagai sekretarisnya harusnya dah tau lah"
"en...saya tidak paham dengan maksud mbak Kia"
"bosmu kan impoten" Mulut Laura menganga. "kamu gak tau ?....duh bosmu itu cuma gagah sama tajir aja, tapi dia gak punya kemampuan di ranjang"
Laura mulai panik, dia melirik Chloe yang menghentikan tangannya yang tengah memilah jas. "dulu waktu aku masih jalan sama dia, pernah aku sengaja elus pahanya, tiup telinganya aku menggodanya dengan dadaku, tapi barangnya gak berdiri"
Sekarang Laura benar-benar panik, keringat dingin mulai muncul di keningnya.
"coba kamu pikir kalau dia normal pasti dia akan terangsang donk dengan godaanku, pria mana sih yang gak akan tergoda denganku"
'plis...plis...berhenti' batin Laura
"dan aku dengar semua mantannya juga melakukan hal yang sama padanya, setelah ketahuan kalau dia gak bisa berdiri mereka di putusin"
'busyet....ini mulut kok gak ada remnya ya' dumel Laura, dia mulai merasakan hawa dingin di belakangnya 'mampus lo, yang punya laki ngamuk'
"atau jangan-jangan...dia...gay ?" terka Kia
"en.....mbak...."
"siapa yang kamu bilang gay dan impoten" suara bariton Marco terdengar di balik rak baju di belakang mereka, memotong kata-kata Laura.
Dalam hati Laura membatin 'mati aja kamu Kia, kamu ketahuan menghina pak Marco, sekarang kamu bakalan di adili sama pasangan sadis ini, mudah-mudahan nyawamu selamat'
Marco menyibak jas di depannya menunjukkan wajah tampannya yang 'bbrrrrrr.....' dingin.
Kia yang tengah berdiri membelakangi menoleh "hai Marco gimana kabarmu ?" sapa Kia dengan senyum palsu untuk menutupi kecanggungannya.
"apa hakmu tanya kabarku ?" jawab Marco dingin sampai sanggup membekukan tulang "siapa kamu ?"
"a.....aku...Kia, kita dulu pernah kencan" Kia tergagap
Chloe membalikkan badannya mengamati wanita bernama Kia yang menuduh suaminya impoten gara-gara gak terangsang sama dia. Chloe menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, melihat dada besarnya yang menyembul dari kaos ketatnya. Lalu Chloe beralih melirik suaminya yang berdiri di belakang Kia dengan tampang murka, pria mana yang tidak akan murka saat di bilang impoten sama mantan pacarnya ?.
"kenapa kamu di sini ?" tanya Chloe pada suaminya.
"aku merindukanmu" jawab Marco dengan wajah melas.
Mulut Laura kembali menganga melihat dewa Siwa di depannya merajuk pada istri kecilnya.
"cih.....alasan" cibir Chloe "bagaimana kamu menemukanku ?"
"benihku di perutmu yang membimbingku padamu" jawab Marco sambil melangkah mendekati istri mungilnya, melewati Kia begitu saja, lalu mengecup puncak kepala istrinya.
Lalu dia menoleh pada Kia "maaf kalau aku mengecewakanmu, tapi aku tidak pernah tertarik dengan wanita mana pun meski dia menari erotis di depanku dengan tubuh telanjang, aku hanya terangsang oleh wanita ini, lagi pula dadamu palsu, pantatmu palsu, hidungmu palsu, bibirmu palsu, dan aku rasa wajahmu juga palsu" Marco mengatakan semua itu dengan santai namun sorot matanya penuh dengan rasa jijik, seakan wanita yang dia ajak bicara adalah daging busuk yang di kerubungi lalat.
Laura yang sudah biasa mendengar kata-kata nylekit bosnya mengelus dada, 'kasihan kamu mbak' batinnya sambil menatap Kia dengan simpati.
Lalu bagaimana ekspresi Kia ?
Jangan di tanya.....wajah wanita itu berubah dari pucat lalu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.....yup persis warna pelangi, tapi warna pelangi cantik, kalau ini buram karna marah, kesal, tersinggung dan campuran emosi yang lain.
Chloe juga bersimpati pada Kia. Wanita mana yang tidak tersinggung di bilangi palsu sama pria yang di kejarnya.
"ayo balik hotel" ujar Marco sambil meraih pinggang istrinya "waktunya makan siang" lanjutnya dengan senyum cabul.
Chloe melotot "brengsek ! isi otakmu cuma sperma saja, kamu sudah memakanku sejak masuk kamar kemarin sampai tadi pagi, sekarang kamu minta di beri makan lagi ? dalam mimpimu" sergah Chloe dengan muka merah menahan marah. "kita cari makan, abaikan manusia cabul itu" Chloe menarik tangan Laura keluar dari toko.
"sayang tunggu !" Marco mengikuti dengan langkah lebarnya.
Sedangkan Kia....ah.....abaikan saja wanita berwajah palsu itu 😀😀😀😀