webnovel

Dia Memang Jodohku

Ketika mereka pulang dari restoran jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, orang-orang di rumah sudah pada tidur. Chloe dan suaminya pelan-pelan memasuki kamar mereka, membersihkan diri dan berbaring bersama di tempat tidur.

Namun setelah satu jam berbaring Chloe tetap tidak bisa memejamkan mata, sedangkan suaminya sudah terlelap. Dengan hati-hati Chloe melepaskan diri dari pelukan suaminya, entah sejak kapan suaminya sekarang tiap kali tidur pasti memeluknya seakan dia adalah boneka peluk kesayangannya.

Chloe bangkit dari tempat tidur, mengambil ipad dari tasnya dan berjalan ke balkon kamarnya. Chloe duduk di kursi balkon sambil mulai menggambar di ipadnya, pemandangan laut di depannya dengan cahaya bulan sangat menakjubkan, membuat kepalanya banjir dengan inspirasi.

Chloe asyik dengan ipadnya, tidak menyadari ada orang yang menatapnya di balkon kamar sebelahnya.

Setelah puas dengan beberapa gambar yang dia hasilkan, Chloe mengangkat kepalanya dan saat itu dia baru merasakan bahwa ada orang yang menatapnya. Dengan takut-takut dia menoleh ke arah balkon sebelah dan "uuuwwaaaa.... " dia hampir jatuh dari kursi karna kaget

"C...ini aku"

Mendengar suara yang telah akrab dia dengar masih dengan takut -takut dia bertanya "beneran kamu Andrew ?.....bukan hantu yang menyamar jadi Andrew ?"

"pffttt.....kamu masih takut sama hantu ?" Andrew tersenyum, Chloe mengangkat kedua bahunya dan mengeryit "kalau kamu tidak percaya....lihat ! kakiku menapak lantai" Chloe melihat kaki Andrew dan memang kakinya menapak lantai, tapi dia masih mengeryitkan keningnya "masih belum percaya ? nih cubit aku" Andrew menyodorkan tangannya dari balkon tempatnya berdiri ke arah Chloe yang masih ketakutan di balkon sebelah.

Ragu-ragu Chloe melangkah mendekat dan dengan tangan gemetar dia menusuk tangan Andrew, setelah merasakan bahwa yang dia tusuk terasa keras dia menusuk lagi untuk meyakinkan.

"bagaimana ? sudah percaya ?" tanya Andrew dengan senyum geli, Chloe mengangguk malu. "setelah bertahun-tahun kamu tidak banyak berubah, masih takut hantu, dan kalau sudah menggambar kamu mengabaikan yang lain"

"kamu, sejak kapan kamu ada di situ ?" tanya Chloe masih merasa malu

"sudah dari tadi waktu kamu mulai duduk dan menggambar"

"oh" Lalu Chloe kembali duduk di kursi "bagaimana kamu bisa kenal dengan Marco ?" tanya Chloe setelah beberapa saat mereka diam

"hmm...dulu waktu kuliah di luar aku satu asrama dengan dia....tapi kami tidak terlalu akrab"

"oh"

"lalu kamu bagaimana bisa akhirnya menikah dengannya ? Stefan yang mengenalkan kalian ?"

Mendengar pertanyaan Andrew, Chloe tertegun sejenak, dia tidak tau harus menjelaskan bagaimana, dia sama sekali tidak ada ingatan bagaimana dia dan Marco akhirnya menikah, tapi berdasarkan penjelasan Marco mereka menikah karna dia yang melamar Marco lebih dulu.

"sepertinya bukan, aku malah tidak tau kalau dia sepupunya Stefan"

"lalu bagaimana kamu bisa menikah dengan Marco ? setahuku dia tipe orang yang menjauhi wanita dan tidak mau di repotkan dengan wanita, apa dia jatuh cinta padamu lalu memaksamu untuk menikahinya ?"

Mendengar rentetan pertanyaan Andrew, Chloe tersenyum geli "sepertinya justru aku yang memaksanya untuk menikahiku"

Andrew terpana mendengar jawaban Chloe "kamu apa ?...kamu yang memaksanya menikahimu ? apa dia melakukan hal yang tidak senonoh padamu yang membuatmu memaksanya ?"

"tidak"

"lalu apakah kamu jatuh cinta padanya dan dia menolakmu ?.....tapi terakhir kali kita bertemu kamu mengatakan kalau tidak mencintainya, dan seingatku kamu tidak akan menikah tanpa cinta" Andrew terus menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

"ya.....memang terakhir kali kita bertemu aku belum menyadarinya" saat berbicara ada kilatan cinta memenuhi matanya "cinta tumbuh karna terbiasa dan cinta bisa di pupuk setelah menikah"

Andrew terdiam oleh kata-kata Chloe, sepertinya perkataan itu sangat mengena padanya. Pernikahannya dengan Felicia memang karna kesalahan, tapi Felicia selalu mengklaim kalau dia melakukan itu karna dia mencintainya, apakah dirinya terlalu tak berperasaan setelah menikah bertahun-tahun dia masih mempertahankan cintanya pada Chloe dan mengabaikan Felicia yang statusnya adalah istrinya.

Mungkin memang sudah saatnya dia mulai memupuk cintanya untuk Felicia dan melupakan Chloe.

"apakah itu berarti kamu sekarang mencintai Marco ?" tanya Andrew pahit.

"hhmm..." gumam Chloe "oke....sudah larut....ah....mungkin malahan sudah hampir pagi.....aku mau tidur" Chloe mengambil ipadnya dan masuk ke kamarnya.

Setelah ke kamar mandi terlebih dahulu lalu Chloe berbaring miring menghadap suaminya.

Chloe menatap wajah suaminya, meski hanya cahaya samar dari luar yang masuk ke kamar mereka, tapi Chloe bisa melihat wajah tampan suaminya.

"apakah melihat wajahku membuatmu makin jatuh cinta padaku ?" Marco tiba-tiba membuka matanya

"siapa yang jatuh cinta padamu ?" jawab Chloe mencoba mengelak

"aku mendengar semuanya" Marco tidak mau mengalah

"kamu salah dengar, kamu mimpi....sudah kamu tidur lagi, aku mengantuk" kata Chloe sambil menutup mata.

Marco tau wajah istrinya saat ini pasti merah karna malu, jadi dia berhenti menggodanya, dengan senyum di bibir dia menutup matanya dan meraih istrinya dalam pelukannya.

🌺🌺🌺🌺🌺

Chloe masuk ke coffee shop dengan wajah kuyu tidak bersemangat

"hai kekasihku bagaimana bulan madumu ?"

Chloe baru membuka pintu masuk dan Mr. Lim sudah menyambutnya dengan kedua tangan terentang, tapi Chloe mengabaikannya. "hei....mana pelukan selamat pagimu untukku ?" tuntut Mr.Lim sambil mengejar Chloe yang berjalan ke dinding kaca untuk mulai menggambar.

Gambar di dinding kaca tidak berubah sejak terakhir kali dia masuk kerja.

"Chaoo.....aku merindukanmu" Delfi berlari dan memeluk Chloe dari belakang "kapan kamu kembali ? mana oleh-oleh untuk kami ?"

Tanpa menoleh Chloe menyerahkan tas kertas yang tadi dia letakkan di meja dan berkata "sudah aku tulis nama kalian masing-masing, jangan berebut" lalu Chloe menghapus semua gambar dan mulai menggambar yang baru.

Setengah jam kemudian Chloe selesai menggambar dan mengamati hasilnya untuk melihat kekurangannya, tiba-tiba suara Stefan muncul di belakangnya "kenapa wajah tokoh utama prianya berubah ?"

"hah ?" Chloe menoleh menatap Stefan lalu kembali menatap gambarnya dan mengerutkan kening "masa sih ?"

"hmmm....." gumam Stefan, dia melipat tangannya di dada lalu mencubit dagunya dan keningnya berkerut, Chloe melakukan hal yang sama.

"apa yang kalian lakukan ?" tanya Sam heran ketika melihat gerakan yang di lakukan kedua orang itu.

"hei...Chao apa ini tokoh utama pria ?" Delfi ikut bergabung untuk melihat dinding kaca, Chloe mengangguk. "kenapa wajahnya berubah menjadi wajah bos di atas ?"

"hah ?"

"benar"

"benar"

Chloe, Stefan dan Sam memberikan reaksi bersamaan

"Delfi benar !" Stefan menyeringai sambil menatap Chloe

"apa ?" Chloe langsung curiga dengan seringai di wajah bosnya

"C...akui saja...apakah kamu jatuh cinta pada Marco ?" seringai Stefan makin lebar

"omong kosong, siapa yang jatuh cinta pada sepupu mesummu ?" Chloe mengelak dengan wajah memerah.

"cieee...ada yang malu....." goda Sam dan Delfi bersamaan.

Tanpa mereka sadari Stefan mengeluarkan ponselnya dan memotret gambar Chloe lalu mengirimnya ke sepupunya dengan tambahan teks [ini gambar terbaru tokoh utama pria di toko, jadi apakah itu berarti dia sudah jatuh cinta padamu ?]

Tak lama ada balasan [ 😁😁😁😁😁 ]

Stefan terpana melihat balasan sepupunya, sejak kapan manusia tak berperasaan ini menggunakan emoji lalu dia membalas [aku bisa membayangkan sekarang kamu tengah tersenyum mirip orang bodoh ck....ck.....ck.....ini bisa masuk rekor MURI]

[kamu iri ? makanya cepat nikah]

[kamu sudah merebut calon istriku]

[kalian sudah kenal lama dan dia tidak melirikmu, jadi dia memang jodohku 😁]

[.....]

🌺🌺🌺🌺🌺

Di lantai atas

Sejak pesta pernikahan Yola kantor jadi penuh dengan gosip, di tambah lagi hari ini bos mereka baru masuk kerja sejak terakhir mereka melihatnya di pesta Yola.

Jadi ketika mereka melihat bos besar keluar dari lift mereka langsung bergosip lewat chat group di komputer kantor. Mereka berani melakukan itu karna bos besar tidak ada di dalam grup chat itu.

Yang tidak mereka ketahui adalah sebenarnya bos besar ada dalam chat dengan nama samaran Marcela, bahkan Yola sebagai sekretaris pribadinya tidak tau, Marco melakukan itu untuk memantau anak buahnya.

[bos datang, kalian lihat ?]

[jadi bos baru pulang honeymoon ?]

[apa benar bos sudah menikah ? kalau benar kenapa tidak ada pesta pernikahan ?]

[mungkin pernikahannya di rahasiakan karna pacarnya hamil duluan]

[tidak mungkin...bos tipe pria sejati, dia tidak akan mengambil keuntungan dari pacarnya]

[tapi ada yang perhatikan tidak kalau pacar bos mirip barista di lantai dasar]

[ah...benar...bahkan mereka tidak masuk kerja di hari yang sama]

[dari mana kamu tau ?]

[aku selalu mampir beli kopi di bawah sejak pestanya Yola]

Marco melirik obrolan di komputernya dengan sudut bibir terangkat, lalu ponselnya berbunyi dan sebuah pesan WA dari sepupunya. Setelah melihat pesan senyumnya melebar sampai bibirnya hampir mencapai telinga.

Lalu Marco menelpon sekretaris yang manggantikan Yola

"ya pak ?"

"hmmm...sampaikan pada semua pegawai, mereka boleh mengambil 1cup kopi dari coffee shop di lantai bawah, aku yang traktir"

Setelah pesan di sampaikan seisi kantor langsung heboh dan mereka langsung berlari menuju lift untuk mengambil kopi gratis mereka dan untuk memastikan apakah barista di bawah adalah pacar bos besar.

Siguiente capítulo