Ketika mereka masuk ke dalam rumah seorang anak laki-laki berlari ke arah nenek Margono
"nenek buyut" teriaknya
Lalu di susul oleh Meylinda di belakangnya
"nenek"
Nenek Margono memeluk mereka bergantian dan menggandeng Virgo untuk duduk di pangkuannya setelah beliau duduk di sofa.
Melihat makin banyak yang datang Marco mengerutkan keningnya. Huh makin banyak orang berarti makin banyak pengganggu, waktunya untuk berduaan dengan istrinya makin sedikit.
Kerutan di keningnya makin bertambah ketika dia mengedarkan pandangan dan istrinya sudah menghilang bersama 'si pirang'. Dengan tidak bahagia dia meletakkan tas belanjaan di sofa dan berjalan ke kamarnya.
Ketika membuka pintu kamar dia terpana, istrinya dan si pirang duduk di balkon sambil cekikikan. Gadis ini ! bisa-bisanya dia membawa orang lain masuk ke kamar mereka.
"apa yang kalian lakukan di sini ?" tanyanya dengan tampang dingin
Kedua gadis itu menoleh dan menatapnya dengan tampang polos
"keluar ! aku mau tidur" usirnya
"ck ck ck benar katamu EQ suamimu memang parah" kata-kata Febiola penuh sarkasme.
Marco menatapnya dengan mata dingin.
"oke kami keluar, tidak perlu memasang tampang seperti itu" Chloe mengalah dan berdiri sambil menarik Febiola yang tengah melotot penuh permusuhan pada Marco "yuk Bi, kita ke kamarmu"
Mendengar istrinya menyebutkan kata kamar hati Marco mencelos
"kenapa kalian harus ngobrol di kamar, masih banyak tempat di luar"
Chloe berhenti dan menatap suaminya dengan marah "Marco ! apa yang ada di otakmu ?.....kami masih normal, kami hanya ngobrol tidak melakukan hal lain"
Wajah Marco memerah mendengar teguran istrinya "yah siapa yang tau, jaman sekarang kan hal-hal seperti itu bisa terjadi" katanya dengan memalingkan wajahnya.
"huh" dengus Chloe, lalu dia berbalik meninggalkan kamar di ikuti Febiola yang menahan tawa
"awas kalau aku lihat kalian berduaan di kamar, aku akan membawamu pulang" peringat Marco
Chloe mengabaikannya, dia menutup pintu kamar dengan bantingan keras.
Begitu pintu tertutup Febiola tidak bisa lagi menahan tawanya "ha...ha....ha...." dia tertawa sampai perutnya terasa sakit.
Chloe menatap sahabatnya dengan penuh tanda tanya "apa yang lucu ?"
Febiola tidak menjawab dia masih tertawa dan memberi tanda dengan tangannya agar Chloe diam.
Setelah tawanya reda dia menarik Chloe menjauh dari kamar ke arah teras belakang
"suamimu lucu sekali" kata Febiola setelah mereka duduk.
Chloe mengerutkan keningnya tidak paham "dia.....cara berpikirnya agak ekstrim, aku jadi ingin menjahilinya"
"kamu !" Chloe menatapnya penuh peringatan "jangan pernah mencoba menjahilinya, dia akan menyiksaku kalau kamu sampai melakukannya"
Mendengar peringatan sahabatnya, mata Febiola menyala "bagaimana dia menyiksamu ?" tanyanya dengan seringai jahil.
"itu..." Chloe tidak melanjutkan kata-katanya
"apa dia menyiksamu di tempat tidur ?" seringai Febiola makin lebar
Wajah Chloe memerah "ti....tidak...bu....bukan"
"apa kamu menyukai siksaannya ?" Febiola makin semangat melihat Chloe tergagap.
"Bi ...." wajah Chloe makin memerah antara malu dan marah, bagaimana dia bisa membicaraka hal vulgar seperti ini dengan sahabatnya.
"bagaimana performanya di tempat tidur ? berapa kali dia bisa melakukannya"
"Bi....CUKUP....otakmu tidak ada bedanya dengannya" Febiola kembali tertawa melihat sahabatnya malu.
Chloe berdiri dengan marah dan mengabaikan Febiola yang masih tertawa.
Mereka tidak menyadari ada sepasang telinga yang sedang mencuri dengar obrolan sesat kedua sahabat itu.
❤️🧡💛💚💙
Sore hari mereka menyiapkan meja panjang di serambi belakang dan mengatur pembakaran. Nenek dan kakek Margono sangat senang karna cucu-cucunya berkumpul dan mereka tadi meminta mbak lastri untuk membeli ikan dan binatang laut yang lainnya untuk pesta sore ini.
Setelah semua persiapan selesai mereka duduk mengelilingi meja, mereka bahkan mengajak pak Wayan dan mbak Lastri untuk bergabung
Chloe adalah pecinta ikan sejati, ketika ada di depannya dia akan mengabaikan nasi, dan menyediakan ruang di perutnya hanya untuk ikan, di tambah dengan selera makannya yang luar biasa bahkan seekor ikan paus saja dia bisa menghabiskannya sendiri. Dan sekarang di depannya tersaji ikan dari berbagai jenis dan ukuran, sudah pasti air liurnya menetes tanpa terkendali.
Setelah berdoa Chloe menatap ikan d byi depannya dengan mata berbinar. Marco mengambil ikan seukuran telapak kakinya itu dan meletakkannya di piring istrinya, Chloe menatapnya dengan sorot mata bahagia. Tanpa menunggu lagi Chloe menikmati ikan di piringnya dengan rakus.
"C....kendalikan dirimu ?" tegur Meylinda, Chloe melirik kakaknya dan tersenyum, lalu melanjutkan makannya. Meylinda menggelengkan kepalanya menyerah
"tidak apa kak Mey, aku suka kalau istriku banyak makan, biar aku juga bisa memakannya"
"pfftt...." Chloe tersedak makanannya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya. Febiola terbahak, Marco menepuk punggung istrinya pelan sambil menyerahkan air minum. "pelan-pelan, aku tidak akan langsung melahapmu, aku akan memakanmu pelan-pelan"
Wajah Chloe memerah karna malu, dia melotot ke arah suaminya "hentikan omongan sesatmu"
"ha.....ha.....ha..." kakek dan nenek Margono ikut terbahak
Chloe memelototi kakek dan neneknya sebagai tanda protes. "asal kalian tau, waktu muda kakekmu kelakuannya mirip Marco"
"berarti harusnya Marco jadi cucunya kakek" kata Chloe
"lah....kan sekarang sudah jadi cucu kakek" bela kakek Margono.
Obrolan akhirnya mengarah untuk membongkar semua kelakuan memalukan para cucu, tapi ternyata Chloe yang memiliki paling banyak kelakuan memalukan.
Merasa sedikit di rugikan karna di bongkar kebusukannya, Chloe berusaha kabur dengan alasan mengambil puding di kulkas. Namun ketika dia menutup pintu kulkas dan berbalik, Andrew berdiri di depannya.
"kamu perlu sesuatu ?" tanya Chloe saat dia melihat Andrew tidak bergeser dari posisi berdirinya.
"aku perlu bicara denganmu ?"
Chloe mengangkat alisnya "apa lagi yang perlu di bicarakan ?" tanyanya acuh
"apa kamu tidur dengannya ?"
"siapa yang kamu maksud ?"
"Marco"
Chloe menatap Andrew dengan pandangan mengejek "kenapa kalau aku tidur dengannya ? toh itu sah-sah saja, secara hukum dia suamiku"
"apa kamu mencintainya ?" kejar Andrew
"apa itu penting ?"
"kalau kamu tidak mencintainya kenapa kamu tidur dengannya ?"
Mendengar pertanyaan Andrew rasanya Chloe ingin tertawa "bukankah banyak orang yang bisa tidur bersama bahkan tanpa ada perasaan cinta ? apa lagi kaum adam, bukankah kalian menyukai hubungan yang demikian ?"
"aku tidak melakukan itu, bukankah sudah ku katakan saat itu aku ada dalam pengaruh obat bius" bela Andrew
"aku tidak mengatakan itu kamu, tapi kenapa kamu merasa kalau aku menyinggungmu ? bukankah itu berarti kamu memang melakukannya ?"
Kata-kata Chloe terasa menusuk jantungnya, rasa bersalah yang selama ini dia pendam membuat dia makin frustasi dan kehilangan akal sehatnya. Andrew mendorong Chloe sampai punggung Chloe menempel di kulkas dan berkata
"C.....aku masih mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, secepatnya aku akan menceraikan Felicia dan kamu akan menceraikan Marco, mari kita lupakan kesalahan masa lalu dan kita mulai lagi dari awal"
Chloe tertegun mendengar pengakuan Andrew. Bukankah seharusnya dia senang mendengar Andrew masih mencintainya ? tapi mengapa dia merasa ada sesuatu yang salah. Chloe tersadar dari lamunannya tepat saat kepala Andrew di depannya dan bibirnya hampir menyentuh bibirnya, dengan refleks Chloe memalingkan muka sehingga bibir Andrew mengenai pipinya, dan untung Chloe masih memegang puding di tangannya.
Tiba-tiba perasaan marah dan jijik meliputi dirinya, tanpa berpikir dua kali Chloe mengangkat lututnya dan menendang selangkangan Andrew.
"aaaddduuuhh.....C.....kamu....." erang Andrew sambil menahan rasa sakit yang menyengat
Chloe mengangkat kedua bahunya tanpa rasa bersalah "bukankah kamu yang mengajarkan padaku untuk melakukan itu ketika ada orang brengsek yang mengangguku ?...bukankah aku murid yang baik ?" bela Chloe lalu betjalan meninggalkan Andrew yang masih mengerang kesakitan sambil memegang kaki ketiganya.
🍓🍓🍓🍓🍓
Felicia menyusul masuk ke dalam, tak lama setelah Andrew masuk. Dia punya firasat kalau pamit Andrew ke toilet hanya alasan, sebenarnya dia hanya ingin mengejar Chloe, dan firasatnya benar.
Dia mendengar percakapan mereka dari awal dan merasa sangat marah dan cemburu, kebenciannya pada Chloe membuatnya ingin menghancurkannya.
Felicia mengeluarkan ponselnya berniat untuk menelpon Meylinda untuk memberitahukan perselingkuhan Andrew dan Chloe tapi dia berubah pikiran. Dia mengarahkan kamera ponselnya tepat ketika Andrew mencium Chloe.
Felicia menyeringai licik dan menyimpan foto itu. Posisinya untuk memgambil foto sangat tepat, sehingga dalam foto terlihat seakan Chloe memberikan pipinya untuk di cium oleh Andrew. Chloe tunggu saja ketika perselingkuhanmu di ketahui seluruh keluarga, seluruh keluarga Margono akan mengutuk dan mengusirmu. Felicia tersenyum puas dan pergi meninggalkan dapur sebelum mereka menyadari keberadaannya.