webnovel

Part 6

"Aku hanya menganggapmu teman Randi. Tak lebih." Ujarku.

"Ohh.. jadi kamu lebih memilih pasangan lesbimu itu." Tegas Randi padaku.

"Behentilah memaksakan mau mu Randi, aku tak menyukaimu." Jawabku sedikit memelas.

"Baiklah, jika kau terus menolakku mau tak mau foto ini akan ku sebar di grup chatting sekolah."

"Biar orang tuamu tau kelakuan anaknya yang menyimpang ini." Ancamnya.

"Berhenti bermain main denganku Randi.!" Bentakku padanya.

"Aku tak bermain main sayang. Aku bersungguh sungguh." Ucapnya sambil nyengir licik.

"Berhenti mengganguku Randi." Air mataku kini tak tertahan.

Mengapa dia tega mengancamku?

Jika benar dia mencintaiku, lalu kenapa dia berani menyakitiku?

Laki laki sungguh rumit.

Aku semakin ingin menjauhi laki laki.

Yang tadinya aku biasa saja dengan laki laki.

Kini aku mulai membencinya.

Kenapa laki laki di kehidupanku mereka semua bajingan.

Mereka semua egois, ingin menang sendiri.

Aku benar benar kesal dengan semua ini.

"Teeettt..." (Anggap saja itu bunyi bel sekolah) menandakan jam pelajaran akan dimulai.

"Baiklah sayang, sampai bertemu di kelas." Ujar Randi sambil menepuk bokongku.

"Sialan kau Randi!!! Aku benci kamu." Teriakku.

Membuat semua murid yang ada di kantin memandangku.

Malu bercampur sedih.

Aku benar benar kalut saat ini.

Sesampainya di kelas Jessica menyambutku dan langsung menarikku ke bangku kami.

"Rania."

"Apakah kau mendapat penyelesaian dari masalah ini? Tanya Jessica.

"Entahlah Jess, aku bingung." Jawabku lesu.

"Seharusnya kamu lebih berhati hati Ran."

"Bagaimana jika di beritau Randi ke guru." Lanjutnya.

"Entahlah Jess, aku benar benar bingung."

"Bukankah katamu ada kakak kelas kita yang lesbian juga?" Tanyaku pada Jessica.

"Benar Ran, tapi tak ada yang mengadukan itu ke guru. Kami semua merahasiakannya, hanya murid murid saja yang tau." Jelas Jessica.

"Bagaimana ini Jess." Tanyaku sambil menahan sesak.

"Rania." Suara Nia memenuhi kelas.

"Randi, bajingan kau!! Beraninya menyakiti sahabatku!" Teriak Nia.

Aku segera berlari ke Nia dan menghapus air mataku.

Aku berusaha menenangkan sahabatku.

"Sabar Nia, jangan seperti ini."

"Ini akan mempersulit keadaanku." Rayuku padanya.

"Tapi Ran?" Ujar Nia sambil menghapus air mata ku.

"Wahh,,, drama para lesbian terjadi." Ujar Randi sambil bertepuk tangan.

"Lihatlah teman teman, Rania dan Nia seperti pasangan kekasih bukan?" Tanya Randi pada semua murid di kelas.

"Berhenti mengurusi urusan orang lain Randi!" Sentak Putra.

"Apa yang kamu mau Put, kamu takkan bisa memacari Rania. Dia tak menyukai kont*l." Ujar Randi.

"Aku muak padamu Ran." Ucap geram Putra pada Randi.

Aku tak tau kapan Putra berlari menuju Randi.

Tiba tiba Randi tersungkur dan memengang sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan Putra.

Spontan aku berlari ke putra dan memeluknya.

"Cukup Put, jangan terlibat. Aku tak mau kau kena masalah karenaku." Pintaku pada Putra.

"Hapus air matamu Ran, aku tak suka melihat air mata perempuan megalir karena laki laki bajingan ini." Jawab Putra dengan nafas memburu menahan emosi dan mata yang semakin memerah menandakan marahnya semakin tak terkendali.

"Aku mohon Put." Ujarku memelas.

"Baiklah, terserah kau saja Ran." Jawab putri sambil melepas pelukan ku dan berlalu meninggalkanku.

Tiba tiba guru datang.

Kami berlarian menuju tempat duduk kami masing masing.

Jam sekolah pun berakhir.

Di perjalanan menuju asrama terdengar seseorang memanggilku.

"Rania sayang." Suara itu memecah lamunanku.

Aku melihat ke arah suara dan tersenyum ke arahnya.

Wanita tampanku, berlari menujuku dengan senyum yang selalu mengjangatkan suasana.

"Kemana kamu sayang, tadi kakak tunggu di kantin sekolahmu kok ga ada?" Tanya kak Verra.

"Maaf kak, aku sedang tak enak badan." Jawabku lesu.

Siguiente capítulo