Setelah perjalanan kami yang cukup jauh, akhirnya kami sampai di Purwokerto. Kami disambut oleh para abdi, Wangi, Setya, dan juga Pandu. Padahal aku ini ke Jakarta ndhak membawa apa-apa, kok ya bisa mereka menjemputku layaknya aku telah berpergian jauh dan membawa oleh-oleh saja. jadi sungkan, kenapa tadi ndhak aku belikan oleh-oleh, ya.
"Mana oleh-olehnya?" todong Setya. Aku hanya mengsem. Sudah kuduga, pasti manusia ndhak jelas ini minta oleh-oleh. Dasar, dia. "Iya, toh, tidak dibelikan oleh-oleh? Dia pergi ke kota Jakarta. Tapi tidak membelikan kita oleh-oleh, Juragan kita ini benar-benar perhitungan sekali!" sindir Setya lagi.
Aku langsung mondorong tubuhnya menjauh dariku kemudian aku memilih masuk ke dalam rumah. Memangnya dia pikir, kami pergi rekreasi apa, toh, pakai bawa oleh-oleh segala. Lagian juga, rumah dia itu Jakarta. Kok ya mau minta oleh-oleh itu lho oleh-oleh apa.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com