"Arjuna Sayang, ayo keluar," ajak Widuri. Tapi, tangannya yang hendak meraih tanganku langsung ditepis oleh Manis, kemudian Manis melotot ke arah Widuri.
"Kangmas, ayo ikut."
Duh Gusti, sebenarnya, permainan apa yang sedang mereka lakukan sekarang? Kenapa mereka kadang-kadang bisa sangat akrab, dan di saat yang lainnya mereka sangat mengerikan seperti musuh yang amat nyata? Apakah mereka sedang bersekongkol untuk mempermainkanku, toh? Aku benar-benar ndhak paham dengan yang namanya perempuan. Kurasa, sel-sel otaknya disusun dengan cara yang lebih rumit dari laki-laki, itu sebabnya baik pola pikir dan sifatnya jauh lebih ruwet, njlimet dan ndhak jelas seperti ini.
"Sudahlah, aku sama sekali ndhak mau percaya dengan kalian berdua. Iya aku keluar, tapi aku ndhak mau dekat-dekat dengan kalian. Paham?" kataku pada akhirnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com