Manis langsung tersenyum penuh arti, sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku. Aku benar-benar ndhak menyangka, jika seorang Manis akan mengatakan itu kepadaku. Lagi, kukerjapkan mataku berkali-kali, barangkali apa yang kudengar tadi adalah ucapan yang keliru. Akan tetapi, otakku selalu saja menolak tatkala melihat Manis sudah mendekat ke arahku.
"K... kamu...." kataku terhenti, saat bibirnya sudah menempel tepat di bibirku, mataku melotot tatkala tangannya sudah melepas kancing-kancing kemejaku. Duh Gusti, kenapa dengan istriku ini?
"Kenapa, Kangmas? Aku hanya butuh satu pembuktianmu, tapi kamu malah kaget seperti itu. Apakah Kangmas ndhak suka dengan permintaanku ini?"
Duh Gusti, bukannya aku ndhak suka. Bahkan kurasa, aku malah akan sangat menyukainya. Tapi aku ndhak habis pikir, bagaimana bisa tiba-tiba istriku berubah menjadi agresif seperti ini!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com