webnovel

Mengapa harus aku

Antara takdir dan nasib baik atau takdir dan nasib buruk yang tengah menimpa Haera. Akan menikahi lelaki yang bahkan bukan kekasihnya, namun tanpa sedikit keraguan Ia langsung menerima lamaran lelaki itu. Tepatnya, lamaran dari keluarga Hoseok yang secara tiba-tiba.

Tapi saat ini, Haera mulai ragu atas keputusannya menerima lamaran Hoseok beberapa waktu lalu. Sebab sebelum dunia sekitar membungkam sepi, Haera menerima sebuah pengakuan yang benar-benar menyayat hatinya.

Pria yang akan menikahinya berkata bahwa ia tidak memiliki dasar sebuah cinta atas lamarannya pada Haera. Ia menceritakan bahwa lamarannya berdasar atas usianya yang sudah lebih dari kepala tiga namun tak memiliki wanita di sisinya untuk dinikahi.

"Mungkin kau akan berfikir aku tidak serius menikahimu karena alasanku tadi." Ucap Hoseok memecah keheningan.

Haera masih terdiam mengarahkan lensa matanya ke berbagai arah pemandangan indah di hadapannya untuk meredakan nyerinya walau hanya sedikit.

"Kau satu-satunya wanita yang dekat denganku, Hae. Dan keluargaku menyukaimu serta berharap tentangmu." Lanjutnya.

Haera mengenal Hoseok karena pernah mengisi acara Variety Show bersama, dan Haera menjadi host acara waktu itu. Setelahnya mereka lumayan baik berhubungan di sosial media. Namun keduanya menganggap biasa atas hubungannya itu. Mereka hanya dekat layaknya seorang teman. Sampai di suatu hari Hoseok dan keluarganya menyambangi apartemen Haera untuk melamar Haera dan sempat membuat Haera juga keluarganya terkejut atas lamaran kilat Hoseok itu.

"Kau tak perlu susah payah memaksakan hatimu untuk terbuka padaku, Hae. Jika pun suatu saat nanti kau memiliki seseorang yang kau rasa bahagia bersamanya, kau bisa meninggalkanku. Aku tak membuat perjanjian apapun dalam pernikahan ini. Aku tak mau melarangmu melakukan apapun yang ingin kau lakukan. Aku hanya ingin menyambung hidupku dengan kau sebagai pasangannya." Tutur Hoseok.

"Jika pun dikemudian hari memang tak ada satupun yang bisa memberi rasa dalam hubungan hambar ini, kau bisa melepas ku." Ucap Hoseok.

'Namun mengapa harus aku, Seok?' Batin Haera yang ingin berteriak menyuarakan tangisnya. Haera berfikir alasan lamaran Hoseok karena pria itu mulai tertarik padanya. Namun kenyataan tak sesuai dengan prakiraan Haera. Karena nyatanya, Haera yang mulai tertarik dengan pria manis itu.

Pandangan Haera mulai memburam karena otaknya kosong tak mampu memikirkan kata yg ingin di ucapkannya. Hanya kalimat (mengapa harus aku yang kau jadikn kelinci percobaan?). Itu saja. Tapi tak dapat di utarakan sebab bibirnya gemetar karena menahan sakit tak terkira di hatinya.

Sungguh, pengakuan yang Haera terima lebih menyayat dari pada sebuah pengkhianatan. Setelah beberapa waktu lalu Hoseok membuatnya tertegun dengan lamaran kilatnya yang terkesan romantis dan tak bertele-tele, kini perasaannya yang mulai ditanamkan untuk Hoseok membusuk dan berubah keseluruhan menjadi benci.

Apa yang sudah aku lakukan terhadapmu, Seok? Hingga kau dengan sengaja mempermainkan apa yang sudah kau ucapkan di depan kedua orang tua ku? Aku tahu kau tidak membenci ku, Seok. Tapi bisakah kau fikirkan bagaimana perasaanku jika mendengar seluruh pengakuanmu ini? Setidaknya, jika tanpa dasar cinta, kau tak perlu berkata suatu saat kita harus rela untuk saling melepaskan jika tak ada perubahan apapun dari hubungan ini. Baru saja beberapa hari lalu kau utarakan niatmu, namun saat semuanya hampir terjadi, kau sudah mempersiapkan pengibaran bendera putihmu? Berfikirlah, Seok! Jika kau memang manusia yang mampu berfikir. Setidaknya tersirat bahwa suatu saat nanti kau harus bisa memberiku kasih sayangmu. Sebelum kau mengambil keputusan untuk membuat persepsi akan meninggalkanku!.

Sayangnya kalimat itu hanya mampu tersampaikan dengan air mata Haera yang semakin bercucuran deras dengan iringan isak nafasnya menahan rasa sakit.

Hoseok beranjak dari tempat duduknya. Mengayunkan langkahnya beberapa langkah sembari menghela nafasnya kasar berharap mampu membuat syarafnya stabil untuk berfikir kalimat apa yang layak menjelaskan maksud Hoseok sesungguhnya kepada Haera.

Sedang Haera, dirinya masih belum mengerti atas maksud Hoseok melamarnya tiba-tiba. Tanpa ada ungkapan perasaan maupun kencan terlebih dahulu. Sepengetahuannya, Hoseok memang orang yang sulit untuk diterka. Tapi mengapa harus melamar tanpa meminta pendapat Haera terlebih dahulu? Setidaknya Haera bisa memikirkan jawabannya saat Hoseok melamarnya.

"Jika kau bertanya apakah aku menyukaimu. Mungkin, saat ini aku belum memiliki jawaban." Hoseok menambahkan.

Sungguh semakin menyayat kalimat Hoseok tadi yang membuat wanita di sampingnya tak mampu lagi membendung genangan matanya. Sial, Hoseok tak memberi sedikit celah untuk tidak menyayat seluruh bagian hati Haera.

~

"Aku berjanji, akan mencintainya sepenuh hatiku, sepanjang hidupku, tanpa rasa sakit, tanpa rasa ragu, tanpa rasa kecewa. Aku berjanji akan membahagiakannya, selalu bersamanya, menjalin ikatan kasih suci dalam biduk rumah tangga. Tidak akan pernah menyakitinya, mengecewakannya dan mengkhianati cinta kita. Aku akan mencintainya sepenuh hatiku, segenap jiwaku hingga akhir dunia!." Ikrar suci terucap lantang oleh Hoseok. Bagai aktor ternama yang tengah membaca narasi dengan baik sebagai seorang pendusta.

"Aku berjanji akan selalu menopangnya, berada di sisinya dalam tinggi dan serendah apapun derajatnya. Menyayanginya sepanjang hidupku. Menjalin kasih ikatan cinta kita hingga dunia berakhir." Haera berusaha menahan air mata dan rasa sakit di dadanya. Ini pertama kalinya Ia berdusta di hadapan Tuhannya. Sungguh jika wanita lain akan bahagia di hari pernikahannya, berbeda dengan Haera. Ia tak bahagia sama sekali. Bahkan Ia benci mendengar Hoseok mengucap lantang ikrar suci dengan wajah tak punya dosa di hadapan semua tamu, keluarga, kerabat, dan pastur yang hadir.

Mungkin sudah prosedur setelah mengikrarkan janji suci, kedua mempelai menautkan bibirnya satu sama lain. Begitu pula Hoseok dan Haera. Meski keduanya dengan nyata terpaksa menikah namun keduanya sama-sama berfirasat harus mengikuti prosedur ini. Dengan lembut Hoseok menautkan bibirnya dengan bibir Haera dan diterima dengan Haera tanpa menyembunyikan tangisnya. Jika seluruh orang di ruangan ini merasa itu adalah tangisan bahagia dari seorang mempelai wanita, salah besar. Haera tidak merasa bahagia sama sekali dan tidak menikmati sama sekali pautan itu.

Setelah ini, luka yang kau tanamkan akan ku perbaiki sebaik mungkin. Akan ku buat segalanya terlihat netral dan biasa saja. Akan ku perlakukan diriku sebaik mungkin untuk menerima ikatan dusta ini. Aku tidak peduli padamu, pada dosa yang tertuang dalam ikrar suci yang kau ucapkan. Karena aku hanya akan perdulikan diriku sendiri. Dosaku sendiri. Aku akan mempertanggung jawabkan janji suci yang ku ikrarkan. Aku akan menebus dosaku, salahku pada kedua orangtua ku. Aku tak akan mengecewakan mereka. Dan tak kan ku biarkan mereka mengetahui rahasia dibalik pernikahan ini. Cukup hatiku yang kau sayat. Bukan orang tuaku.

Haera menuangkan seluruh perasaan emosinya dalam membalas pautan Hoseok. Seluruh tamu yang hadir menatap kedua pasangan itu layaknya tengah diburu nafsunya masing-masing. Hoseok tahu apa yang tengah dilakukan Haera. Ia tak ingin semua orang menganggap Haera gadis yang agresif. Ia pun menyeimbangi pautan Haera hingga keduanya terengah untuk menetralkan nafasnya masing-masing.

Tepat saat itu juga, mereka resmi menjadi pasangan suami istri.

Siguiente capítulo