Setelah jogging, kedua orang itu kembali ke rumah dan masing-masing pergi mandi.
Saat sedang sarapan, Ou Zun berkata pada Mu Qianxun, "Karena hari ini kamu ada janji bertemu dengan Xin Liao, aku akan memberimu waktu satu hari untuk mempersiapkannya sendiri. Pergi berkeliling keluar juga hal yang bagus, apalagi seminggu lagi kamu akan memulai sekolah, jadi butuh mengakrabkan diri dengan ibu kota."
"Oke," jawab Mu Qianxun sambil mengangguk-angguk.
Setelah selesai memakan sarapan, Ou Zun lantas mengendarai mobilnya dan pergi keluar. Belakangan ini, dia selalu mengurus Mu Qianxun sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumpul dengan geng teman-teman bajingannya. Jadi, hari ini dia memberi waktu seharian untuk gadis itu dan juga untuk dirinya sendiri.
Mu Qianxun menatap Ou Zun pergi, lalu bergegas lari ke lantai atas dengan suara gaduh. Dia lantas menggeledah lapisan dalam kotak penyimpanan miliknya dan menemukan sebotol cola. Setelah itu, dia duduk di balkon, memutar botol cola hingga terbuka dan meneguknya dengan puas.
Wajah Mu Qianxun terlihat sangat puas karena bisa meminum cola. Betapa menyenangkannya, batinnya.
Ou Zun, memang terlalu otoriter, sampai-sampai Mu Qianxun sama sekali dilarang untuk menyentuh minuman berkarbonasi semacam cola. Saat ini begitu susah untuk meminumnya barang seteguk, lalu rasanya begitu nyaman bisa mendapat jeda waktu untuk istirahat. Menenggak minuman apa pun setelah jogging, rasanya menyenangkan sekali seperti melayang ke surga.
***
Hari ini, Mu Qianxun berjanji untuk bertemu dengan Xin Liao adalah saat jam makan siang, pukul 12 tepat. Dia pun kini telah sampai di Mei Shan Tang, bahkan dirinya terlambat sekitar 10 menit.
Setelah masuk ke dalam restoran itu, Mu Qianxun dipandu oleh pelayan menuju ke sebuah ruangan privat di lantai dasar. Rupanya di dalam ruangan tersebut telah duduk empat orang, yakni Xin Liao, sepasang suami istri berusia pertengahan dan juga dengan seorang pria muda.
Mu Qianxun mengernyitkan alisnya. Situasi seperti ini, benar-benar mencurigakan, batinnya.
Xin Liao mendapati Mu Qianxun berjalan masuk dan ekspresi wajahnya sedikit tidak bagus. Dia pun bertanya dengan terdapat kritikan di dalam nada bicaranya, "Kenapa terlambat?"
Mu Qianxun mengangkat bahunya, lalu menjawab, "Macet di jalan."
"Lantas kenapa kamu tidak berangkat lebih pagi?"
Mu Qianxun pun tidak bersuara.
Di sisi lain, mata Gao Wen tampak berbinar-binar saat menatap Mu Qianxun yang muncul. Hari ini, pakaian yang dikenakan gadis itu begitu kasual, yaitu sebuah sweater sederhana dan celana jeans, rambutnya juga diikat simpel berbentuk ekor kuda. Akan tetapi, justru dengan berpenampilan sederhana, malah menguatkan dan menambah aura kesegaran dan kecantikannya. Terutama pada sepasang matanya yang jernih dan berbinar, yang tampak sangat cantik.
Istri di masa depan ini benar-benar memiliki kualitas penampilan yang tidak memalukan jika dibawa ke mana-mana, batin Gao Wen yang merasa sangat puas.
Meskipun Gao Wen merasa puas, namun kesan pertama orang tuanya terhadap Mu Qianxun tidaklah bagus. Mendapatinya yang bahkan terlambat tiba di pertemuan dengan para orang tua yang merupakan urusan serius sehingga membuat orang satu ruangan menunggunya, menyebabkan ekspresi mereka jadi sedikit suram.
Xin Liao juga tidak banyak bicara, dia pun menarik Mu Qianxun ke sebelah tubuhnya dan mengenalkannya pada keluarga Gao, "Ini adalah anak perempuanku, Qianxun."
Belum sempat Tuan Gao dan Nyonya Gao mengatakan sesuatu, Gao Wen pun bangkit berdiri, lalu mengulurkan tangannya pada Mu Qianxun sambil berkata, "Halo, aku Gao Wen."
Mu Qianxun menyapukan pandangannya pada situasi di hadapan matanya. Dia lantas menyadari apa yang sedang terjadi. Ternyata ini adalah sebuah kencan buta untuk perjodohan. Dia tidak bisa menahan diri untuk membuat ekspresi wajahnya terlihat lebih baik.
Saat ini, Mu Qianxun masih memikirkan ada urusan macam apa Xin Liao mencarinya dan kelihatannya ayahnya itu ingin menggunakannya untuk menyatukan dua keluarga dengan perjodohan. Namun, tentu saja dia tidak akan menyetujui perjodohan itu.
Mu Qianxun hanya melirik sedikit pada Gao Wen dengan tidak peduli. Bahkan dia tidak menyambut uluran tangannya, melainkan hanya duduk seperti itu dan mengurus urusannya sendiri. "Ayah, bukannya kamu bilang ingin mengajakku makan? Tapi tidak bilang kalau ternyata sekarang ada situasi yang seperti ini. Aku sedikit lapar, ayo hidangkan makanannya dulu!"
Tuan Gao dan Nyonya Gao melihat Mu Qianxun yang begitu tidak memiliki sopan santun. Dilihatnya uluran tangan anak laki-laki mereka masih membeku di sana sehingga tidak bisa menahan ekspresi wajah yang sedikit kesal.
Gao Cheng menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Xin Liao, lalu berkata, "Direktur Xin, apakah ini anak perempuan yang Anda bilang lemah-lembut, ramah dan memahami situasi itu? Dan kulihat, dia sedikit pun tidak memahami aturan?"
Xin Liao tidak bisa mengontrol rasa malu yang menghiasi wajahnya, lalu dia membelalakkan matanya pada Mu Qianxun, "Waktu kamu masuk ke ruangan, kamu juga tidak tahu cara menyapa orang, kelakuan seperti apa itu?! Apa kamu tidak lihat kalau Tuan Muda Gao hendak berjabat tangan denganmu? Cepat berdiri sana!"