Mo Yesi mengangkat tangannya dan memotong perkataan Qiao Mianmian. "Karena Nona Qiao datang sendiri kepada saya, Anda seharusnya sudah tahu bahwa saya sudah bertahun-tahun tidak berkecimpung di dunia kedokteran."
"Saya tahu." Qiao Mianmian mengangguk, "Tapi, saya percaya bahwa Tuan Mo adalah pria yang baik dan tidak akan mungkin membiarkan orang nyaris mati tanpa membantu."
"Pria yang baik?"
Mo Yesi tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Ia meletakkan dokumen di tangannya, lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Qiao Mianmian. Kemudian, ia berhenti tepat di hadapan perempuan itu. Qiao Mianmian bisa melihat bahwa ia sangat menawan dengan tubuh tingginya yang kira-kira mencapai 188 cm. Qiao Mianmian memiliki tinggi 168 cm dan tidak terbilang pendek untuk ukuran seorang wanita. Namun, saat Qiao Mianmian berdiri di hadapannya, ia hanya mencapai setinggi leher pria itu. Qiao Mianmian sampai harus mendongakkan wajahnya saat berbicara dengan Shen Fanxing.
Jarak antara mereka kini sangatlah dekat. Qiao Mianmian bisa menghirup aroma dari tubuh Mo Yesi dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menarik di matanya. Setelah mereka saling berpandangan, wajah Qiao Mianmian memerah. Ia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. "Tuan Mo..."
"Nona Qiao, saya adalah seorang pengusaha," kata Mo Yesi sambil memandang Qiao Mianmian dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. "Dalam perhitungan bisnis, karena Nona Qiao yang membutuhkan bantuan saya, keuntungan apa yang bisa Nona berikan pada saya?"
Qiao Mianmian terdiam. Keuntungan? Mo Yesi terlihat seperti orang yang tidak kekurangan apa-apa. Keuntungan apa yang dapat diberikan Qiao Mianmian kepada Mo Yesi? Pikirnya. Ia pun berkata, "Tuan Mo, saya tidak tahu apa yang Anda inginkan…"
Mo Yesi memandangi wajah Qiao Mianmian yang lembut dan cantik sambil mengatakan kata demi kata dengan sedikit penekanan, "Menurut saya, saya menginginkan seorang istri. Apakah Nona Qiao bersedia memenuhinya?"
"Apa?!" pekik Qiao Mian sambil mendongak kaget.
Mo Yesi tampak tenang dan berkata santai, "Tidak ada yang gratis di dunia ini. Nona Qiao, saya dapat memenuhi permintaan Anda untuk mengoperasi adik Anda. Tapi, Anda harus menikah dengan saya terlebih dahulu."
Kali ini, Qiao Mianmian yakin ia tidak salah dengar. Ia semakin terkejut. Ia tidak pernah mengira bahwa permintaan Mo Yesi adalah untuk menikah dengannya. Ini terlalu… konyol untuknya. Ia tidak dapat mempercayainya. "Tuan Mo, apakah Anda serius?"
Mo Yesi mengangkat alisnya dan bertanya, "Apakah Anda pikir saya bercanda?"
"Kenapa?"
Mo Yesi bukanlah orang yang kekurangan harta ataupun tidak menarik dari segi penampilan. Tidak bisakah ia menemukan seseorang untuk dijadikan istrinya? Ia malah meminta wanita yang baru pertama kali bertemu dengannya untuk menikah dengannya? Atau, jangan-jangan masih ada yang disembunyikan dari Mo Yesi? Pikir Qiao Mianmian. Tanpa sadar, ia menatap ke arah Mo Yesi.
Setelah menebak apa yang ada di pikiran Qiao Mianmian, Mo Yesi melihat ke arah perempuan itu. Ia mengerutkan kening dan raut wajahnya agak berubah suram. Kemudian, ia meraih dan menarik tangan Qiao Mianmian.
"Ah!!!"
Kepala Qiao Mianmian menyentuh dada Mo Yesi yang hangat dan kuat hingga terbenam di dekapan pria itu. Rasanya seperti ada yang mengganjal saat kepalanya menyentuh dada Mo Yesi. Saat ia ingin memegang sesuatu yang mengganjal itu, hidungnya memerah. Ia belum bereaksi apapun ketika tangannya segera ditarik oleh Mo Yesi.
Terdengar suara rendah Mo Yesi yang seksi dan sedikit menyenangkan dari atas kepala Qiao Mianmia. "Nona Qiao tidak perlu khawatir untuk tetap menikah denganku. Anda sekarang bisa mempertimbangkan saya normal atau tidak."
Qiao Mianmian tersipu malu hingga kini seluruh wajahnya memerah. Ia perlahan melepaskan tangan Mo Yesi dan mendorong pria itu menjauh.
"Tuan Mo, tolong. Tolong jaga dirimu sendiri!"
Qiao Mianmian tidak menyangka bahwa pria yang tampak dingin ini bisa keterlaluan seperti ini. Saat Mo Yesi melihat wajah Qiao Mianmian memerah, tatapannya justru semakin mendalam. Wajah Qiao Mianmian sepertinya sangat mudah memerah, sama seperti tadi malam, pikir Mo Yesi. Saat Qiao Mianmian menangis dan memohon belas kasihan padanya, kulitnya yang putih berubah menjadi merah muda.