webnovel

Menarik Perhatian

"Kau sedang apa?" tanya Emma, hampir tertawa geli. Ia merasa lucu melihat Haoran berdiri di depannya dengan tangan hendak mengetuk tetapi pintunya sudah dibuka, sehingga tangan pemuda itu melayang di udara.

"Aku hendak mengetuk pintu, tetapi kau sudah membukanya... Kenapa kita bisa berjodoh seperti ini?" tanya Haoran dengan nada gembira yang tidak disembunyikan. "Kau sudah baikan?"

Emma mengangguk. "Aku tidak apa-apa. Kau sangat pengertian dengan mengirim makanan ke kamarku."

"Itu bukan apa-apa," kata Haoran. Ia menunggu Emma menutup pintu dan menguncinya lalu mereka berjalan menuju lift. Ketika mereka tiba di lobi Haoran menanyakan apakah Emma mau naik taksi atau berjalan kaki sambil menikmati suasana kota Paris di musim panas. "Cuacanya sangat bagus."

"Kita jalan saja," kata Emma mengangguk. Haoran sangat menyukai pilihan Emma karena wajahnya segera terlihat berseri-seri. Ia sangat menyukai Emma dan berjalan kaki bersama di kota cinta dalam cuaca cerah adalah hal yang sangat menyenangkan.

Sebentar lagi matahari akan terbenam sehingga suasana juga akan menjadi lebih indah dan romantis, membuat perasaan semua orang yang berada di bawah langit menjadi dipenuhi kehangatan dan perasaan senang.

"Bagaimana pendapatmu tentang kota Paris sejauh ini?" tanya Haoran sambil berjalan. Kedua tangannya di dalam saku.

"Sangat ramai," jawab Emma sambil mengangkat bahu. "Tetapi kotanya sangat indah."

"Apakah menurutmu dulu kau pernah tinggal di kota ini?" tanya Haoran lagi. "Kau tidak teringat apa pun saat melewati jalan-jalan di kota ini?"

Emma menggeleng. "Sayangnya tidak."

Mereka berjalan menuju kios Pak Neville tanpa banyak bicara lagi. Sekeliling mereka terlalu indah untuk dilewatkan dengan mengobrol. Dua puluh menit kemudian Haoran dan Emma sudah tiba di Pont Neuf dan segera menuju ke kios Pak Neville yang tampak sedang ramai oleh pengunjung.

"Selamat sore, Pak. Kami datang untuk mengambil lukisan," sapa Haoran dengan ramah sambil menyeruak di antara orang-orang yang berkerumun di depan kios Pak Neville. Untuk sesaat ia tertegun. Ia telah melihat apa yang membuat orang-orang berkumpul.

Rupanya lukisan orang tua Emma dipajang Pak Neville di depan tokonya sekaligus menjemurnya di bawah matahari agar catnya cepat kering dan keindahan kedua manusia yang ada di atas kanvas menarik perhatian orang-orang yang lewat.

Arreya dan Kaoshin memang memiliki penampilan yang tidak biasa.

"Ada apa?" tanya Emma keheranan saat melihat Haoran berhenti. Ia ikut menyeruak masuk kerumuman dan kemudian berhenti tepat di samping Haoran. "Oh..."

Walaupun mereka adalah orang tuanya, Emma juga terpesona, sama seperti orang-orang lain yang ada di situ. Tanpa sadar air matanya menetes perlahan ke pipinya saat ia menghampiri lukisan itu dan menyentuh wajah ibunya.

Cat lukisan itu sudah kering dan gambar Arreya tampak sangat hidup, membuat Emma seperti menatap bayangan wajahnya sendiri di dalam cermin. Tangannya kemudian beralih pada Kaoshin dan meraba pipi ayahnya.

Sungguh ia sangat merindukan mereka dan berharap suatu hari nanti ia dapat menyentuh mereka secara langsung.

Orang-orang yang melihat seorang gadis berambut platinum disanggul kecil di atas kepalanya datang dan menyentuh lukisan itu segera memperhatikan Emma. Suara-suara keheranan mulai terdengar di antara mereka. Ternyata banyak yang kaget melihat kehadiran Emma karena tadinya mengira gambar di lukisan itu adalah tokoh fantasi yang tidak nyata.

Namun melihat ada seorang gadis yang sangat mirip dengan wanita dalam lukisan, mereka langsung dapat menduga bahwa Emma adalah inspirasi untuk wanita dalam gambar. Kalau begitu... lelaki yang ada di dalam lukisan itu.. apakah ia juga sungguh ada? Demikian mereka bertanya-tanya.

Haoran yang tahu bahwa Emma sangat tidak suka menarik perhatian orang buru-buru menghampiri Pak Neville dan bicara kepadanya untuk segera membungkus lukisan itu agar mereka dapat membawanya pulang.

"Ah, baiklah, aku akan membungkusnya," kata Pak Neville sambil tersenyum. "Apakah kalian sudah puas dengan hasilnya?"

"Sangat puas," Haoran mengangguk sambil balas tersenyum. Ia telah melihat reaksi Emma dan merasa sudah menemukan jawabannya. "Terima kasih."

"Sama-sama, Anak muda."

Emma mulai merasa terganggu saat melihat orang-orang di depan kios itu kini berganti memperhatikannya seolah ia adalah bintang sirkus, setelah Pak Neville mengambil lukisan itu untuk membungkusnya. Untunglah ia tidak perlu merasakan itu lama-lama karena lima menit kemudian Pak Neville sudah menyerahkan kantung berisi lukisan itu kepada Haoran.

Emma dan Haoran mengucapkan terima kasih dan buru-buru pergi dari situ. Setelah Emma dan lukisannya menghilang, para pengunjung kios Pak Neville pelan-pelan mulai berkurang dan kemudian menghilang. Tepat waktu pula, karena Pak Neville kemudian menutup kiosnya dan pulang.

***

Siguiente capítulo