Di saat keduanya sudah tidak bisa lagi menahan gelora hasratnya, terdengar suara pintu terketuk.
"Tok...Tok...Tok"
"Sial...kurang ajar!!"
"Cepat kamu duduk di sana!" ucap Alvino pada Georgina sambil menaikkan celananya dan menutup resletingnya.
Dengan cepat Georgina duduk di sofa sambil menurunkan roknya dan mengancing kancing kemejanya.
"Masuk." teriak Alvino dari dalam setelah menekan tombol remote pintu.
Tidak berapa lama muncul seorang pelayan sambil membawa segelas minuman jeruk yang sebelumnya di minta oleh Georgina.
"Siapa yang minta minuman?" tatap Alvino tajam.
"Nona Gina yang minta tadi Tuan Vino." jawab pelayan itu dengan wajah takut.
"Ya sudah letakkan di situ, dan cepat pergi." ucap Alvino dengan datar.
Dengan takut-takut Pelayan itu meletakkan minuman jeruknya dan bergerak mundur meninggalkan tempat.
"Sial, ini gara-gara kamu aku tidak bisa melepaskan hasratku." ucap Alvino dengan wajah dingin.
"Kita lanjutkan saja Vin." ucap Georgina mendekati Alvino.
"Aashh, tidak usah!! sekarang aku mau ke rumah Bara untuk mengambil berkasnya sekalian ke rumah Dealova." ucap Alvino sedikit menepis tangan Georgina yang memegangnya.
"Vino, kalau kamu ke rumah Dealova hati-hati, jangan sampai kamu tergoda." ucap Georgina dengan nada yang tidak suka.
Alvino tertawa melengeh.
"Paling-paling dia nanti yang bertekuk lutut." ucap Alvino dengan sebuah senyum meremehkan.
"Ya sudah, aku percaya kamu adalah seorang Alvino pangeran pemikat wanita." ucap Georgina sambil memagut bibir Alvino dengan beringas.
"Ya sudah, aku berangkat dulu..dan kamu jangan menunjukkan batang hidungmu saat aku di rumahmu." ancam Alvino yang tidak ingin hubungannya di ketahui Bara.
***
Setelah mengambil berkas dari rumah Bara, Alvino langsung meluncur ke rumah Dealova.
Dealova yang sendirian di rumah sedikit kaget saat benar-benar di datangi seorang laki-laki yang berpenampilan seperti orang kantoran.
"Selamat sore Nona Nita, atau bisa aku panggil Nona Dealova yang bekerja pada seorang gigolo yang sangat terkenal Frans Johan, kenalkan namaku Alvino...apa boleh aku masuk dan duduk?" ucap Alvino yang terpana saat melihat wajah Dealova secara langsung di banding cerita-cerita temannya.
"Ada apa tujuanmu kemari? kalau kamu ingin mengajakku berkencan, maaf aku sudah berhenti dari pekerjaan itu, karena sebentar lagi aku akan segera menikah dengan Johan." ucap Dealova dengan asal.
"Oh ya...selamat kalau begitu Nona Dealova, tapi sayang sekali, aku datang ke sini sebagai pengacara Tuan Bara Febriansyah untuk memberikan surat panggilan pada Nona untuk ke pengadilan besok pagi jam sepuluh siang, atas tuduhan dua pasal yang telah kamu langgar." ucap Alvino tanpa berkedip menatap wajah cantik Dealova apalagi bibir indah Dealova ingin Alvino melumatnya.
"Tuduhan apa itu Tuan Alvino?" tanya Dealova dengan bibir bergetar membuat Alvino menelan air ludahnya ingin sekali menggigit bibir kenyal Dealova.
"Hm, tuduhan yang pertama Nona Dealova dengan sengaja telah meracuni Tuan Bara Febriansyah dan itu ada bukti videonya, dan tuduhan yang kedua Nona Dealova telah melanggar perjanjian kontrak kerja pada Tuan Bara, dengan tuduhan itu Nona Dealova tinggal pilih kembali bekerja, masuk penjara, atau membayar denda seratus juta." ucap Alvino dengan jelas dan gamblang.
Dealova terhenyak dari duduknya menatap Alvino dengan emosi yang masih di tahannya.
"Dengar Tuan Alvino, aku tidak perlu dengan pasal-pasalmu atau tuntutanmu, katakan pada Si Bengis Tuan kamu, aku Dealova tidak akan pernah takut pada siapapun, coba saja tuntut aku." ucap Dealova sebagai histeris sambil melempar Alvino dengan gelas plastik yang kebetulan ada di atas meja bekas dia habis minum es.
Dengan wajah sedikit takut Alvino berdiri dan mencoba menghadapi Dealova dengan yang hampir mengamuk.
"Tenang... tenang Nona Dealova, aku bisa membantumu, tapi aku mau kamu menemaniku sehari saja." ucap Alvino mencoba negosiasi dengan Dealova.
Dealova mengangkat wajahnya, dengan wajah merah padam.
"Apa yang kamu bilang barusan, sungguh kamu tidak punya rasa malu sebagai Pengacara, pergi kamu dari rumahku!!" teriak Dealova mendorong tubuh Alvino untuk keluar dari rumahnya.
"Kamu laki-laki yang tidak tahu malu, baru kali ini melihat seorang pengacara yang tidak punya harga diri." teriak Dealova setelah berhasil mendorong tubuh Alvino keluar dari rumahnya.
Alvino menoleh ke kiri dan ke kanan, semua tetangga melihat Alvino yang tengah di amuk Dealova.
Dengan perasaan malu, Alvino mengusap wajahnya sambil menatap Dealova dengan penuh amarah.
"Lihat saja besok Dealova, kamu akan masuk penjara, dan nikmati kesombonganmu di penjara nanti." ucap Alvino pergi dengan hati yang gusar.
"Katakan pada Si Bengis sombong itu!! aku tidak takut!!" teriak Dealova sambil melempar batu ke mobil Alvino.
Setelah mobil Alvino keluar dari halaman rumah Dealova, Johan yang baru pulang dari Night Club nya sedikit terheran-heran melihat mobil yang keluar dari halaman rumahnya, dan melihat Dealova yang berdiri sambil berkacak pinggang.
"Love? kamu kok sudah pulang? apa yang terjadi Love? siapa barusan yang datang?" tanya Johan dengan perasaan cemas melihat mata Dealova yang berkaca-kaca dengan dada yang naik turun menahan amarah.
Tanpa menjawab pertanyaan Johan, Dealova masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan sangat keras.
Johan yang masih di luar hampir saja kena hempasan pintu. Dengan perasaan kuatir Johan membuka pintu dan masuk ke dalam rumah mengikuti Dealova yang masuk ke dalam kamar.
"Love apa yang terjadi padamu? dan kenapa kamu sudah pulang? dan siapa orang itu tadi?" tanya Johan lagi memegang pundak Dealova, namun dengan keras Dealova menghempaskan tangan Johan.
"Ini semua salahmu!! aku mendapat masalah seperti ini karena kamu!! hidupku semakin hancur semua karena kamu!!!" teriak Dealova histeris dengan tanpa sadar apa yang di ucapkannya sangat melukai hati Johan.
Tubuh Johan bergetar, dengan kedua tangannya terkepal, tatapannya berkabut menatap Dealova yang terisak duduk di pinggir ranjang.
"Aku memang yang bersalah pada hidupmu Love! aku yang patut bertanggung jawab dengan semua yang terjadi padamu, aku matipun tidak akan bisa mengembalikan masa lalumu, aku mohon maafkan aku love, atau kamu bunuh saja aku agar aku bisa menebus kesalahanku padamu, bunuh aku sekarang Love." ucap Johan seraya memegang kedua tangan Dealova dan di letakkannya di lehernya berharap Dealova mau mencekiknya agar Johan bisa lepas dengan perasaan bersalahnya dan terbebas dengan raga cinta yang menyiksanya.
Dealova semakin menangis terisak-isak mendengar ucapan Johan yang terlihat putus asa.
"Johannnn." tatap Dealova dengan tiba-tiba merangkul leher Johan dan menangis di dada Johan.
"Love." sahut Johan dengan suara serak membalas pelukan Dealova dengan mengusap punggung Dealova dengan perasaan sedih.
"Maafkan aku Jo, maafkan aku..aku tidak bermaksud marah padamu, aku kesal pada mereka Jo." ucap Dealova menangkup wajah Johan yang terlihat sedih.
Happy reading kk...
Mohon maaf sebelumnya...
Novel ini akan di kunci di bab 20
Ada privi dengan harga murah karena ada diskon 50 persen.
NOTE :
yang sudah baca bab sampai 175, coin di simpan saja dulu untuk buka bab di bab yang baru bab 176