webnovel

JAga IMej

Valen merasa ada nyamuk diwajahnya yang sedang berjalan diatas bibirnya, dia menggoyang-goyang wajahnya agar nyamuk tersebut pergi. Beberapa saat kemudian dia merasakan nyamuk itu datang kembali dan sekali lagi dia menggoyang-goyangkan wajahnya. Tidak lama kemudian nyamuk itu berpindah di ujung hidungnya, Valen menggerak-gerakkan hidungnya, terdengar suara tawa kecil seseorang, tidur Valen terusik oleh tawa itu, perlahan dia membuka matanya, dilihatnya tangan lentik Tata menyentuh ujung hidungnya. Tata terkejut karena kepergok telah menggoda Valen.

" Gadis nakal! Apa kamu mencoba menggodaku?" bisik Valen lembut. Tata menggelengkan kepalanya. Tapi Valen yang sangat merindukan istrinya tersebut dengan lembut mencoba mendekati bibir Tata yang sangat menggoda bibirnya yag seakan meminta untuk dinikmati, tapi dia telah berjanji tidak akan menyentuh Tata sebelum dia memintanya. Tinggal beberapa mili lagi bibir mereka menyatu, dada Tata masih saja berdetak kencang jika seintim ini dengan Valen, entah kenapa pria itu membuat dirinya merasakan jatuh cinta berkali-kali. Tata memejamkan matanya berpikir Valen akan memberikan ciuman lembut yang selalu membuatnya merasa bergetar di sekujur tubuhnya. Kenapa lama sekali? Bukankah bibir kita hanya berjarak beberapa mili saja! batin Tata, perlahan Tata membuka matanya, dilihatnya Valen telah menjauhkan wajahnya dan tersenyum.

" Apa kamu berharap aku akan menciummu, sayang?" goda Valen. Pipi Tata seketika menjadi merah mendengar godaan Valen.

" Tidak!" jawab Tata malu.

" Kenapa Nyonya Abiseka wajahnya merona? Padahal suhu ruangan ini terasa biasa saja!" goda Valen lagi. Tata yang malu menyembunyikan wajahnya di dada Valen.

" Hahaha! Istriku sangat menggemaskan jika seperti ini!" ucap Valen lembut.

" Kamu selalu menggodaku!" ucap Tata tanpa melihat Valen.

" Maaf, sayang! Aku sudah janji padamu kalo aku tidak akan menyentuhmu!" ucap Valen dan membuat Tata teringat akan kejadian dua hari yang lalu. Tata sadar jika itu adalah kesalahan dirinya karena telah menantang Valen untuk tidak menyentuhnya. Tata berpikir pria seperti Valen tidak akan sanggup jika harus menahan nafsunya, tapi dia salah besar, karena sebenarnya dia yang tidak bisa menahan gejolak jiwanya saat berdekatan dengan pria itu. Arghhh! Dasar kamu otak mesum, Ta! Bergaya menantang, malah dia sendiri yang sekarang jaim meminta disentuh Valen! batin Tata menyesal.

" Aku mandi dulu, sayang!" ucap Valen mengecup kening Tata dengan sangat lembut, membuat tubuh Tata berdesir sejenak. Tata hanya bisa menganggukkan kepalanya pasrah. Valen bangun dari brankar Tata dan menuju ke dalam kamar mandi, sedangkan Tata harus menelan gelora dalam dadanya. Tata duduk dan membaca pesan dalam ponselnya, saat sedang asyik membalas pesan, Valen keluar hanya dengan memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya saja. Tata hampir saja menjatuhkan ponselnya saat melihat tubuh seksi suaminya.

" Bisakah kamu tidak melakukan itu didepanku?" ucap Tata menelan salivanya. Valen menghentikan kegiatannya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

" Melakukan apa?" tanya Valen pura-pura tidak tahu sambil menatap Tata.

" Kamu sangat menyebalkan sayang!" jawab tata cemberut.

" Hahaha! Istriku ternyata sangat merindukan suaminya tapi gengsinya sangat tinggi!" kata Valen tertawa.

" Jangan terus menggodaku! Pakai bajumu! Aku tidak mau ada wanita lain yang menikmati tubuh indah suamiku!" kata Tata sebel.

" Aku hanya milikmu, sayang!" jawab Valen mencoba menenangkan istrinya yang moodnya naik turun akibat hormon kehamilannya. Valen memakai pakaiannya sementara Tata tidur dengan posisi miring menghadap ke jendela agar tidak semakin tergoda untuk melompat ke tubuh suaminya itu. Huh! Dasar pria seksi! Apa aku sangat frustasi ingin kau sentuh? batin Tata sebel.

" Selamat Pagi, Bu Tata!" sapa perawat itu.

" Pagi!" jawab tata pelan.

Seorang perawat masuk beberapa saat kemudian untuk memberikan vitamin. Perawat itu tidak sengaja melihat kearah Valen, pandangan perawat itu tidak terlepas dari Valen yang sedang melihat ponselnya. Astaga! Tampan sekali! batin perawat itu, Tata sangat cemburu melihat perawat itu menatap suaminya.

" Apa saya sudah boleh pulang, Suster?" tanya Tata sebel.

" E..eh, nanti bisa ditanyakan pada dokternya, Bu!" jawab suster itu gugup. Dasar wanita mata keranjang! batin Tata. Ben masuk membawa makanan dari RS.

" Permisi, Bu!" ucap perawat itu.

" Trima kasih, suster!" jawab Valen yang telah selesai dengan ponselnya dan melihat suster itu.

" Sama-sama, Pak!" jawab suster itu tersipu, lalu dia pergi keluar kamar rawat Tata. Tata semakin cemberut dengan kegenitan Valen, padahal Valen hanya bersikap seperti kebanyakan keluarga pasien.

" Selamat Pagi, Nyonya!" sapa Ben.

" Pagi, Ben! Trima kasih kamu sudah sangat perhatian padaku!" ucap Tata sepertinya ingin membalas suaminya itu. Valen yang sedang melihat ada pesan masuk, terganggu dengan sapaan lembut Tata pada Ben.

" Sama-sama, Nyonya!" jawab Ben tanpa melihat wajah gelap Bosnya yang telah melihat kearahnya dan Tata merasa puas karena dia tahu Valen paling tidak suka ada pria lain yang bersikap manis padanya..

" Bisa tolong kamu mengganjal punggungku dengan bantal?" pinta Tata.

" Iya, Nyonya!" jawab Ben yang akan berjalan mendekati brankar Tata, yang membuat mata Valen melotot.

" Ehemmm!" Valen berdehem dengan cukup keras, membuat Ben sadar akan kebodohannya yang telah dipermainkan istri Bosnya.

" Maaf, Nyonya, saya masih ada pekerjaan!" ucap Ben langsung pergi meninggalkan kamar Tata dan Tata rasanya ingin tertawa melihat sikap lucu Ben tadi, tapi dia menahannya dan hanya tersenyum saja.

" Puas mempermainkan asistenku?" ucap Valen sambil berjalan mendekati Tata.

" Siapa suruh menggoda perawat itu!" sahut Tata sebel.

" Kapan aku menggodanya, sayang? Aku hanya mengucap terima kasih!" jawab Valen yang sadar bahwa istrinya cemburu pada perawat tadi.

" Kenapa wanita hamil moodnya harus begini?" ucap Valen pelan.

" Apa? Kamu bilang apa?" tanya Tata kaget.

" Apa mood orang hamil itu harus naik turun begini?" jawab Valen belum menyadari jika Tata belum tahu tentang kabar kehamilannya.

" Aku...ha...mil?" tanya Tata terharu.

" Iya! Astaga, kamu belum tahu, ya, sayang? Maaf, ya! Iya Reva akan punya adik!" kata Valen lembut.

" Kita akan punya anak lagi!" ucap tata dengan mata berkaca-kaca dan memegang perutnya. Valen tersenyum bahagia.

" Terima kasih telah hadir dalam hidupku dan memberiku 1,5 malaikat kecil yang hebat!" ucap Valen memeluk Tata.

" Kok 1,5?" tanya Tata.

" Kan masih belum lahir!" jawab Valen. Tata memukul dada suaminya sambil tertawa. Sore harinya Tata sudah diperbolehkan pulang.

" Mamaaaa! Reva kangen!" teriak reva saat melihat mamanya datang.

" Mama juga kangen sayang!" jawab Tata.

" Gendong!" pinta reva.

" Mulai sekarang reva nggak boleh minta gendong mama dulu, karena mama nggak boleh angkat berat-berat!" jawab Valen yang langsung mengendong reva.

" Kenapa, pa?" tanya reva.

" Karena dalam perut mama ada dedek bayi!" jawab Valen. Reva mengangakan mulutnya.

" Dedek bayi?" ulang Reva. Valen menganggukkan kepalanya.

" Horeeee! Reva akan punya adekkkk! reva bisa main-main sama adek reva! Horeeee!" teriak reva girang. Semua yang mendengar sangat senang dan gembira. Tata melihat suaminya berdiri di balkon kamar apartementnya. Dia mendekati Valen dan memeluknya dari belakang, Valen tersenyum dan memutar tubuh Tata untuk berada didepannya dan ganti dia yang memeluk Tata dari belakang. Tata merasakan desiran dalam tubuhnya hanya dengan sentuhan tanpa nafsu Valen di perutnya karena melingkarkan kedua tangannya. Tata terkadang merasa bodoh dan marah, kenapa tubuhnya sangat tergila-gila akan sentuhan Valen. Padahal saat bersama Lewis dia sekalipun tidak pernah merasakan apapun walau lewis menyentuhnya dengan sangat lembut.

Hallo!

Karena kalian banyak yang ingin tahu kelanjutannya, jadi aku akan melanjutkannya

Tapi sabar ya karena author jg punya keluarga yang harus dijaga agar stay at home

Kalian jg ya cuci tangan 20 detik, jaga jarak 2 m, minum vitamin C& E, jaga kesehatan dan etika batuk,..

Semoga Allah segera mengangkat wabah ini...

Aamiin

Ms_Azrcreators' thoughts
Siguiente capítulo