webnovel

DUCAN KAYLER (2)

"Jhon, panggil keluarga Ducan kemari. Ducan sudah tidur, mereka bisa melihatnya." ucap Dokter Avanz sambil memeriksa denyut nadi Ducan.

"Baik Dokter Avanz, aku akan panggil mereka." ucap Jhon kemudian keluar kamar untuk memanggil Orang tua Ducan dan Lucken saudara kembar Ducan.

Sambil menunggu keluarga Ducan, Dokter Avanz menghubungi cleaning service rumah sakit untuk membersihkan kamar Ducan yang berantakan.

"Dokter Avanz, aku sudah ada di sini. Bagaimana keadaan Ducan?" tanya Lucken dengan wajah serius.

"Di mana Tuan dan Nyonya Kayler?" tanya Dokter Avanz dengan alis terangkat.

"Daddy dan Momy masih pergi ke kantin. Sebentar lagi pasti datang. Bagaimana keadaan Ducan, Dokter Avanz? tolong jawab aku!" ucap Lucken dengan serius.

"Keadaan mental Ducan sudah sangat parah. Otak dan pikiran Ducan sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Semua yang ada di pikirannya hanya berisi ilusi dan emosi." ucap Dokter Avanz dengan sangat serius.

"Begitukah Dokter? apa hal itu tidak bisa di sembuhkan?" tanya Lucken dengan tatapan penuh.

"Sangat sulit. Untuk sementara ini, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menjauhkan obat-obatan yang membuatnya berhalusinasi dan membuat Ducan berbuat sesuatu hal yang tidak di sadarinya." ucap Dokter Avanz panjang lebar.

"Dokter, aku minta lakukan hal apapun yang membuat Ducan sembuh. Aku akan membayar berapapun yang Dokter minta." ucap Lucken dengan tatapan penuh harap.

"Aku bisa membantumu. Tapi proses itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Ducan membutuhkan waktu kurang lebih dua belas bulan untuk bisa melupakan semuanya. Dan selama itu kalian semua tidak boleh menemuinya." ucap Dokter Avanz menatap dalam kedua mata Lucken.

"Bagaimana bisa kita tidak boleh menemuinya Dokter?" tanya Lucken sama sekali tidak mengerti dengan permintaan Dokter Avanz.

"Biarkan Ducan melupakan masa lalunya. Itu hanya sementara saja. Rasa sakit dan kecewa yang di alami Ducan sangatlah dalam. Butuh waktu yang lama untuk penyembuhannya." ucap Dokter Avanz berusaha menjelaskan pada Lucken tentang keadaan Ducan.

"Aku sama sekali tak mengerti, kenapa hal ini bisa terjadi pada Ducan. Kematian Diana benar-benar telah membuat Ducan berubah." ucap Lucken dengan perasaan menyesal.

"Mungkin karena kematian Diana yang tragis dan saat itu Ducan mengharapkan bantuan kalian untuk bisa menolong Diana tapi kalian tidak datang hingga Diana meninggal." ucap Dokter Avanz dengan tatapan serius.

"Hal itu sama sekali tidak benar Dokter. Kita tidak bermaksud membiarkan Diana meninggal. Mungkin ini sudah jalannya Diana, saat kita mengetahui ada pesan masuk dari Ducan kita semua langsung pergi ke sana tapi semua sudah terlambat. Saat itu kita semua sibuk dan tidak melihat pesan masuk, Ducan sendiri Kenapa tidak menelepon saja? kenapa hanya kirim pesan kalau memang darurat." Ucap Lucken menyayangkan apa yang terjadi.

"Menurut cerita Ducan dia tidak bisa menghubungi kalian langsung karena tepat saat itu pulsanya tidak mencukupi. Ducan hanya bisa mengirim pesan saja." ucap Dokter Avanz sama sekali tidak mengerti kenapa Ducan seorang putra pertama dari seorang Ethan Kayler sampai kehabisan pulsa.

Lucken mengangkat wajahnya, dengan kedua alisnya terangkat.

"Bukankah itu bisa di namakan takdir Dokter Avanz? Kenapa Ducan sendiri tidak tahu kalau ponselnya kehabisan pulsa? padahal seandainya dia mengetahuinya pasti dia bisa menelepon kami. Dan seandainya saja kita tidak sibuk mungkin Diana masih bisa tertolong. Aku rasa semua sudah jalannya takdir." ucap Lucken sambil mengusap wajahnya.

Sungguh Lucken merasa lelah memberikan pengertian pada Ducan kalau semua itu bukan kesalahan semuanya.

"Lucken? Dokter Avanz? bagaimana keadaan Ducan?" tiba-tiba terdengar suara Khaterine Ibunya Ducan dan Lucken.

"Nyonya Khaterine? Tuan Ethan? silakan duduk. Kita berbicara di sini saja sambil menunggu Ducan sadar." ucap Dokter Avanz sambil memberikan kursi pada Khaterine dan Ethan.

"Terima kasih Dokter. Jadi bagaimana perkembangan Ducan, Dokter? Aku sungguh tidak percaya kalau mental Ducan mengalami kemunduran lagi dalam lima bulan terakhir ini. Setelah kematian Diana beberapa bulan Ducan sudah mulai beraktivitas dengan baik, walau masih tersimpan kesedihan di hatinya. Tapi setelah pulang dari Bali, Ducan kembali mengalami trauma dan berubah total. Aku tidak tahu masalah apa yang terjadi lagi pada Ducan saat di Bali." ucap Khaterine memperhatikan perkembangan Ducan setelah mengetahui kalau Ducan seorang pencandu narkoba juga sakit mental.

"Aku rasa Ducan telah melakukan kesalahan lagi saat tinggal di Bali. Ducan menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Apa Ducan bercerita pada Dokter tentang hal lainnya selain tentang Diana?" tanya Ethan dengan wajah sedih.

"Aku rasa aku sudah mengetahui masalahnya. Bagaimana perasaan dan hati Ducan terguncang kembali. Ducan telah melakukan kesalahan besar pada seorang wanita. Ducan telah mengambil kesucian seorang wanita saat di Bali dan meninggalkannya begitu saja. Dan di saat Ducan kembali datang untuk mencarinya, wanita itu sudah pergi. Dan itu telah membuat Ducan merasa bersalah dan kembali hancur." ucap Dokter Avanz mengingat jelas saat Ducan mulai masuk ke tempatnya untuk menjalani rehabilitasi.

"Ya Tuhan!! Ducan!! bagaimana hal itu bisa terjadi? bagaimana dengan nasib wanita itu? apa wanita itu juga di sakiti Ducan?" tanya Khaterine dengan perasaan tak percaya juga cemas dengan keadaan wanita yang di tinggalkan begitu saja oleh Ethan.

"Hal itulah yang menjadi pikiran Ducan selama ini. Karena merasa bersalah mental Ducan kembali tidak terkendali. Ducan berpikir dia telah melakukan kesalahan pada wanita itu. Ducan di bayangi rasa bersalah dan merasa takut kalau wanita itu bisa saja hamil." Ucap Dokter Avanz dengan serius.

"Apa Ducan mengatakan siapa nama wanita itu Dokter?" tanya Lucken berniat untuk mencari wanita itu. Dia bisa saja mencari tahu di mana Ducan menginap.

"Ducan tidak mengenal wanita itu dan juga tidak mengingat namanya. Ducan sudah mencari-cari kemana-mana tapi tidak bisa menemukannya. Ducan merasa dia sudah mulai gila dan ingin menghancurkan semuanya." Ucap Dokter Avanz menatap wajah Khaterine, Ethan dan Lucken secara bergantian.

"Bagaimana Ducan bisa menemukan wanita itu, kalau namanya saja tidak tahu." ucap Lucken sambil menekan pelipisnya.

"Lalu bagaimana dengan keadaan Ducan sendiri dokter? Apa yang harus kita lakukan agar Ducan bisa disembuhkan?" tanya Khaterine dengan kedua matanya berkaca-kaca merasa kasihan pada putra pertamanya.

"Hanya waktu dan hati yang tenang yang bisa menyembuhkan Ducan. Karena itu, untuk sementara aku ingin menjauhkan Ducan dari semua masa lalunya. Termasuk untuk tidak bertemu dengan kalian. Biarkan Ducan melupakan sedikit demi sedikit tentang masa lalunya itu." ucap Dokter Avanz dengan tatapan penuh.

"Sampai berapa lama kita tidak bisa bertemu dengan Ducan, Dokter?" tanya Khaterine dengan perasaan sedih.

"Paling lama satu tahun." Ucap Dokter Avanz dengan suara pelan.

Khaterine menghela nafas panjang.

"Baiklah Dokter, kalau itu untuk kesembuhan Ducan. Kita datang dan melihatnya dari jauh, masih bisa kan Dokter?" tanya Khaterine dengan tatapan penuh harap.

Dokter Avanz menganggukkan kepalanya.

"Baiklah Dokter, lakukan saja yang terbaik untuk Ducan. Terima kasih Dokter." ucap Ethan sambil menyalami Dokter Avanz.

Siguiente capítulo