webnovel

Menolongnya

Editor: Wave Literature

Dia tidak suka bertemu dengan orang-orang diluar, namun saat mengetahui hari ini wanita itu akan datang, dia sengaja turun untuk melihat-lihat. Tidak disangka begitu dia turun, wanita itu justru memberikan 'kejutan' kepadanya.

"Bawa turun," perintah pria itu. Ketika masih di atas, pria itu sudah mengetahui seorang pelayan diam-diam mengikuti wanita tersebut.

"Baik, Tuan Muda," ucap Meng Ze. Dia menuruti perintah pria itu, lalu membawa turun pelayan yang dari tadi kakinya sudah lemas karena ketakutan itu.

Pria itu rupanya adalah Lu Yuchen. Dia menggendong wanita yang setengah tubuhnya dari tadi sudah bersandar padanya.

"Jangan pergi, tolong aku…" ujar Tang Xinluo. Tubuhnya tiba-tiba melayang, dia mengira bongkahan es batu yang diberikan kepadanya untuk menghilangkan rasa panas tubuhnya akan pergi. Jadi dia pun segera menjulurkan tangannya dan mengaitkannya pada leher Lu Yuchen.

"Tidak pergi, aku akan membawamu naik ke atas." Karena memiliki banyak pengalaman, hanya dengan melihat keadaan Tang Xinluo yang berada dalam pelukannya tersebut, dia mengetahui bahwa wanita ini telah terkena obat perangsang.

Terakhir kali, perlakuan Tang Xinluo membuatnya sangat puas, bahkan Lu Yuchen menyukai identitasnya. Wanita ini paling cocok di antara kandidat yang dicari oleh Meng Ze untuk menjadi pengganti kehamilan, agar dia mempunyai keturunan. Bahkan wanita ini merupakan pilihan yang pas untuk menjadi Nyonya Lu.

Tanpa ragu Lu Yuchen menggendong Tang Xinluo ke atas, sebenarnya dia ingin membawanya naik ke kamarnya di lantai empat. Tetapi baru sampai lantai dua, wanita yang berada di dalam pelukannya itu terus menggodanya akibat pengaruh obat perangsang.

Kemudian, tanpa ragu Lu Yuchen membuka salah satu pintu kamar tamu dan langsung meletakan Tang Xinluo di atas ranjang.

"Jangan pergi, aku sungguh tidak nyaman…" Tang Xinluo merasa bongkahan es batu tersebut tiba-tiba pergi, dengan rasa tidak nyaman dia pun mengerang.

Suara Tang Xinluo yang lembut itu membuat hati Lu Yuchen luluh. Dia mengunci pintu dari dalam, tanpa ragu dia berjalan ke sisi ranjang.

"Tidak enak..." Tang Xinluo tidak pernah merasa tersiksa seperti ini.

"Tenang, sebentar lagi kamu akan merasa enakan." Dengan lembut Lu Yuchen memijat bahu Tang Xinluo agar membuatnya merasa lebih nyaman.

"Jangan pergi, tolong aku…" ucap Tang Xinluo dengan tidak jelas. Dia tidak mengetahui apa pun, telapak tangan yang memijat bahunya sama sekali tidak membuatnya merasa jijik ataupun tidak suka. Telapak tangan itu terasa familiar, lebar dan kering dengan ujung jari yang sedikit tebal, tetapi memberikan rasa aman.

Tang Xinluo tidak dapat menahan dirinya untuk menggosok satu sisi wajahnya ke telapak tangan tersebut. Dia telah kehilangan kesadarannya, dia tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan merupakan suatu bentuk 'ajakan'.

Awalnya Lu Yuchen tidak ingin bersabar, rencananya dia memberikan waktu kepada Tang Xinluo satu minggu untuk berpikir hanyalah sebuah sikap gentleman yang ingin dia tunjukan. Dirinya sejak dulu bukanlah orang suci, terhadap wanita yang dia sukai, tidak ada alasan untuk mengalah baginya. Bahkan Tang Xinluo yang sedang mengurus perceraiannya dengan suaminya, walaupun wanita ini telah menikah dan pernikahannya bahagia, dia pasti tetap akan merebutnya.

Tanpa ragu…

Ini bukanlah pertama kalinya mereka bertemu, tetapi tetap membuat Lu Yuchen memujanya.

"Mengapa kamu tidak memedulikanku?" Wajah Tang Xinluo masih terbenam di dalam bantal, tetapi tanpa disadari mulutnya mengucapkan keluhan dan terdengar lemah. Bahkan ketika marah pun masih begitu lembut.

Tanpa disadari Lu Yuchen menaikan sudut mulutnya, dia merasa wanita yang ada di hadapannya memiliki aura membuatnya ingin menyayanginya. Dia pun menundukan kepala dan mencium bibirnya, membungkam napas Tang Xinluo dengan lembut. Dia tidak pernah berciuman dengan siapa pun, tetapi pada saat pertama bertemu wanita satu ini, dia tidak dapat menahan diri untuk menciumnya. Dan selanjutnya semakin ingin menciumnya karena dia menyadari bahwa perasaan saat menciumnya sangat menyenangkan.

Kali ini, Lu Yuchen kembali mencium bibirnya. Tang Xinluo sepertinya tidak dapat menahannya, dia tidak menemukan jalan keluar sehingga hanya dapat meronta dan berteriak. Tetapi bibir lembutnya di bungkam oleh pria itu, jadi suara protesnya dibungkam oleh bibir tipisnya.

Mata Tang Xinluo yang indah seperti bunga persik sudah basah oleh air mata sedari tadi, lensa kontak miliknya pun tidak tahu telah hilang ke mana. Saat ini otaknya terasa tidak sadar, dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria di hadapannya, dia hanya menggunakan instingnya untuk meminta tolong.

"Apa yang kamu ingin aku lakukan untukmu, hm?" Sudah tahu masih bertanya, batin Lu Yuchen

Tang Xinluo tidak tahu, dia hanya menatapnya dengan tatapan kasihan dan mata yang berkaca-kaca.

Siguiente capítulo