Sesaat suasana hening, Ale tampak kebingungan dengan isi hatinya sendiri.
Kejadian yang menimpa dia empat tahun lalu, semua itu akibat dari perbuatan jahat sang kakak, dan itu masih membekas dalam relung jiwanya.
Pertemuannya bersama Zio memang seperti sebuah disain Tuhan untukknya, karena memang seharusnya malam itu Alea bersama dengan bandot tua. Bukanlah Zio.
"Apa Lea ingat bagaimana kondisi orang tersebut?' tanya Papi Alex sambil menatap putrinya yang kini terlihat begitu layu.
"Pria itu mungkin sudah mati di tangan Zio, Lea melihat Zio mengamuk dan bahkan memukuli pria tua itu sampai babak belur dan terluka." Alea menceritakan hal itu dengan mata yang basah.
"Zio itu teman dekat kamu, Sayang?' tanya mami Alexa dengan tatapan yang tajam.
"Emh, ka-kami hanya, Lea tidak mau membahas itu," ungkap Alea dengan wajah yang mendadak memerah seperti tomat.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com