webnovel

Hujan Turun

"Hah?"

Aku langsung membelalakan mataku karena terkejut dengan ucapannya Bryant.

Rasanya semua badanku langsung menjadi panas, dan detik itu juga aku mendorong melepaskan diri dari pelukkannya Bryant dan langsung bangkit berdiri, dan langsung meninggalkan Bryant yang masih terbaring di lantai dengan keadaan bingung.

"Ah, Vino I'm so sorry,  Vino, Wait me!" (Ah, Vino maafkan aku, Vino, Tunggu aku!)

Suara Bryant terdengar semakin mengecil beserta menjauhnya aku meninggalkannya dan bergegas keluar dari rumah wow ini.

"Hei tunggu sebentar!"

Aku langsung berhenti, pada saat tangan halus itu menggenggam lengan kiriku.

"Hei,  Forgive me please, I'm so sorry, because Am like, like my mind is lost control and I can't control it. I don't know why! Everytime I see you, I always want to keep you. Keeping you from everyone, I just want to protect to you. Am Sorry if I said that 'Words'"

(Hei, Tolong maafkan aku, Aku sangat menyesal, karena aku seperti, seperti kehilangan akal sehatku dan aku tidak bisa mengontrolnya. Aku tidak tahu mengapa! Setiap aku melihatmu, aku selalu ingin untuk menjagamu. Menjagamu dari setiap orang, aku hanya ingin melindungimu. Maafkan aku kalau aku mengatakan 'Kalimat' tersebut)

Jelas Bryant memohon kepadaku.

Namun entah mengapa aku hanya diam dan tidak meresponnya sama sekali. Dan detik itu juga aku melepaskan diri darinya, dan langsung meninggalkan rumahnya, aku tidak menoleh dan langsung menaiki motor dan pulang.

Maafkan aku Bryant, bukannya aku tidak suka denganmu, namun aku menjaga hati seseorang karena aku telah jatuh Cinta kepadanya duluan. Aku tidak bisa membiarkan kamu menyukaiku, karena aku takut kamu akan tersakiti olehku.

Aku tidak mau kalau hal itu terjadi, karena aku telah mencintai seseorang terlebih dahulu.

Semoga kamu masih mau berteman denganku. Alu cuma kaget saja dengan ungkapan itu.

Mungkin besok hari akan kembali seperti semula.

Ku parkir motor dan langsung masuk ke dalam rumah.

"Eh, lu dari mana aja, datang tiba-tiba nylonong" aku berhenti sebentar di ruang tamu, yang ternyata kak Tristan sedang sibuk bermain dengan Hpnya menyadari kehadiranku.

Aku yang tadinya diam sebentar, langsung ku putuskan untuk pergi ke kamar, aku masih rancau dengan kejadian tadi. Jadi maaf ya kak Tristan aku lagi badmood.

"Eh, dasar ya lu, di panggil kakaknya malah lari masuk kamar!" seru kak Tristan dari ruang tamu.

Aku menutup pintu perlahan dan menaruh barang belanjaan ku di meja belajar, kemudian membaringkan diri di ranjang.

Hmmm kalimat tersebut, lebih tepatnya yang Bryant ucapkan kepadaku masih terngiang-ngiang di pikiranku sampai dengan sekarang.

'"Wuahhhh kenapa sih, kenapa dia harus suka sama aku ahhhhh!"

Teriakku sambil menenggelamkan diri di dalam bantal.

Ku angkat kepalaku perlahan dan membuka ponselku.

Ku buka Whatsapp dan mengirim pesan sama seseorang yang sedang main Hp di ruang tamu tadi.

📤 "Kak Tristan lagi sibuk apaan sih?"

📥 "Mau tau aja lo, nape? tumben Wa?"

📤 "Nggak kak, aku cuma lagi galau aja!"

📥 "Idih, bisa galau juga ya elu!"

📤 "😭😭😭😭"

📥 "Idih ni anak kenape sih?"

📤 "Gak papa wes kak!"

📥 "Apa hayo, cerita sini sama kakak😊"

📤 "Ada yang nembak aku kak!!!"

📤 "Kak kok diem sih???"

📤 "Kak???"

📤 "Kakak ini lo???"

📤 "Kak??? 😫😫😫"

Ihhh ni orang kenapa yak, aku tungguin balasan dari Wa nya namun gak kunjung datang, ada apa.. Apakah aku salah ngomong? Atau aku salah apa ya,  kok aku jadi bingung gini.

Hmmm yasudahlah dari pada aku pusing, ku buang ponselku di ranjang bagian bawah dan aku bangkit berdiri, berjalan menuju ke jendela.

Aku melihat jauh ke luar jendela. Namun kok gelap banget sih udahan, rasanya aku aja baru masuk ke rumah tapi udah gelap aja di luar.

DUARRRRR

Aku langsung memundurkan diri dari balik jendela dengan cepat karena tiba-tiba suara petir bergemuruh mengagetkanku.

Tubuhku bergetar tidak karuan, dan jantungku berdetak dengan keras.

Hmmm jangan turun hujan please...

Aku bergegas langsung naik ke atas ranjang. Menutupi sekujur tubuhku dengan selimut, dan selalu mengucapkan secara berulang kali

"Jangan turun hujan Please!"

Ada aku ucapkan itu hingga ratusan kali.

Bukan karena apa, aku hanya takut saja kalau hujan turun.

Karena aku tidak mau mengingat sebuah kejadian yang membuat aku harus tersiksa kalau mengingatnya.

DUARRRR

Aku langsung menutupi telingaku dengan kedua tanganku, tak sadar ada sesuatu yang menetes dari mataku. Air mata ini tiba-tiba jatuh membasahi pipiku saat ini. Aku tidak bisa mengontrol diriku saat ini...

Mama aku butuh Mama sekarang...

Mama aku takut Mah...

Tak lama setelah itu aku mendengar suara hujan turun dengan deras, beserta suara petir yang bersahutan.

Dan detik itu juga semua memori yang tersimpan begitu rapi di ingatanku yang paling dalam langsung terkuak muncul menyeruak ke dalam pikiranku.

Aku tidak mau mengingat ini, Tuhan tolong hentikan ini.

TINNNNN

Suara klakson itu bergema di telingaku dengan kencang, hujan yang sangat lebat membuatku tidak bisa melihat apapun. Yang bisa ku lihat hanya sebatas garis putih di jalan, pertanda bahwa aku berada di tengah jalan raya. Aku bingung aku harus jalan kemana, karena aku masih kecil bingung menentukan arah aku harus kemana.

Lampu sorot dari kejauhan membutakan mataku dan membuatku harus berjongkok di tengah deru derasnya hujan yang turun.

TINNNN

Dan sentakan kuat langsung menghantam tubuhku, aku terguling beberapa kali hingga kurasakan perih menjalar di sekujur tubuhku.

NGINGGG

Telingaku berdengung dengan keras, aku tidak bisa mendengar apapun untuk beberapa saat.

Tak lama kemudian banyak sekali orang berkerumun, ada yang memang menolongku dan mendudukanku. Namun ada banyak orang juga berkerumun di tengah jalan raya.

Apakah aku tertabrak mobil itu? Atau orang lain?

Cairan berwarna merah larut dan hanyut dengan air hujan yang turun mengalir di sebelah kakiku. Aku tidak bisa melihat siapakah yang berada di sana...

Aku bangkit berdiri dan ku mendekati kerumunan itu, aku memasukkan diri ke kerumunan orang banyak itu. Setelah aku berhasil masuk kumelihat ada seseorang laki-laki tergeletak dengan simbahan darah yang menggenang di sekitar tubuhnya, fokus mataku teralihkan oleh jam tangan yang di terpasang di tangan kiri orang itu aku mengenalinya. Itu adalah kado spesial aku berikan untuk Papaku.

"TIDAAAKKK PAPAAAAA!!!"

"Vini, vino!!!  Sadar Vin!!"

Aku langsung duduk dan mengatur nafas yang tidak beraturan. Keringat dingin membasahi seluruh badanku. Air mata yang menetes sudah berubah menjadi deras. Dadaku sesak sekali.

Aku melihat sekeliling, aku berada di kamar.

"Vinnn Lihat aku!!!"

Aku langsung melihat ke orang yang menangkupkan kedua tangannya di pipiku. Kumelihat samar-samar wajahnya.

"Kak Tristan!"

Seruku pelan.

Tanpa banyak tanya dan cakap, kak Tristan langsung memelukku dengan erat.

"Maaf aku telat, berada di sampingmu pada saat hujan turun! aku janji ini gak akan terulang lagi!" Bisiknya sambil mengeratkan tubuhnya denganku.

Aku hingga sulit bernafas karena pelukkanya yang sangat erat.

Dia melepaskan pelukkannya dan menatapku dengan dalam.

"Aku janji tidak akan meninggalkanmu pada saat hujan turun, Vino aku janji!!!"

Aku hanya memandangnya sayu.

Dia langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku dan kemudian menempelkan bibirnya dengan bibirku.

Detik itu juga aku pejamkan mata.

.

.

.

Siguiente capítulo