webnovel

Love Game (21+)

Love Game

- Lady Gaga -

.

Let's have some fun, this beat is sick

I wanna take a ride on your disco stick

I'm on a mission.. And it involves some heavy touching, yeah

You've indicated your interest, I'm educated in sex, yes

And now I want it bad, want it bad

A love game, a love game

===========

"Oh, sepertinya dia pergi berbelanja, Pa!" seru Vince menjawab ayahnya dari dalam kamar mandi sambil terus mengocok vagina Ruby.

Ruby ingin sekali memaki Vince yang tidak menghentikan jarinya. Ini sungguh perjuangan bagi Ruby untuk tidak mengerang keras di saat Benetton berada di balik pintu.

"Oh, ya sudah kalau dia memang keluar berbelanja." Benetton akhirnya pergi dari sana dan Vince terkekeh menertawakan Ruby yang mati-matian meredam erangannya.

Seusai Ruby menyemburkan orgasme-nya, Vince menjepit pipi Ruby menggunakan tangannya dan berkata, "Aku ingin tau kira-kira seperti apa wajah Papa kalau melihat wanita yang dia puja-puja sedang aku tindih..."

Ruby menggeleng sambil tepis tangan Vince dari pipinya. "Jangan bertindak bodoh, Vin! Atau kau akan menyesalinya sendiri nanti!" desis Ruby sambil melotot.

Sayangnya itu hanya ditimpali Vince dengan kekehan dan ia pun mulai mengerjai tubuh sang ibu sesuka dia di dalam kamar mandi, dengan berbagai gaya serta posisi.

Bahkan Ruby tidak bisa menolak ketika Vince menarik dia masuk ke bathtub bersama sang tuan muda, ia merelakan tubuhnya dijamah sepuasnya oleh Vince.

Mungkin Ruby sendiri tidak paham, bahwa jauh di lubuk hatinya... dia juga menikmati ini. Meski dia berpikir ini adalah pemerkosaan dari Vince, adalah pemaksaan sepihak dari Vince, namun nyatanya dia terus saja bisa orgasme setiap Vince menjamahnya.

Orgasme terjadi akibat dari luapan rasa nikmat atas seks.

Jika Ruby terpaksa, kenapa dia sampai bisa orgasme? Dikarenakan itu, Vince sadar bahwa Ruby masih menginginkan dirinya walau wanita itu bersikeras menolak dan mengatakan mengenai dia sebagai istri yang setia pada suami.

Puas bermain dengan tubuh Ruby di bathtub, Vince membilas tubuh mereka berdua dan menyeret Ruby ke ranjang. Mereka bergumul lama di sana. Sesuai permintaan Ruby, Vince mengunci kamar agar sang ayah tidak langsung masuk seperti sebelumnya.

Saat Vince sedang terus memompa vagina Ruby, dia menyuruh Ruby untuk mengirim pesan ke Benetton, mengabarkan bahwa Ruby sedang bersama teman-temannya dan mungkin akan pulang malam nanti.

Ruby mendelik mendengar perintah Vince.

"Ayoohhh! Hrrgh! Cepat ketik itu, Ru! Errghh! Hrgh! Rghh!" Vince tak mau tau. Ia ingin tetap bersama Ruby hingga malam tanpa ada gangguan dari ayahnya.

Dengan tangan gemetar, Ruby pun mengetikkan pesan untuk suaminya, mengabarkan dia sedang bersama teman-temannya berbelanja dan makan-makan dan akan pulang nanti malam.

Karena kamar Vince dirancang kedap suara, mereka lebih leluasa mengerangkan libido masing-masing agar tidak ada yang perlu ditahan, meski Vince tetap menyuruh Ruby untuk menekan suaranya ketika orgasme.

Sedangkan di kesempatan lain, saat Vince berada di kantor, ia menelepon Ruby untuk datang ke kantornya. "Kemarilah, sayank... atau kau suka Papa tau ini dan itu?"

Menggertakkan gigi, Ruby pun berganti baju dan keluar menuju ke kantor Vince tanpa sepengetahuan suaminya. Ia memang disambut baik oleh pegawai-pegawai di kantor Vince. Dan ia segera diantar ke ruangan pribadi Vince di lantai paling atas gedung tersebut.

Setengah jam kemudian, ruangan kantor Vince diketuk oleh salah satu pegawai.

"Masuk!" Vince menyahut dari dalam. Lantas, dia pun menerima berkas laporan dari sang pegawai. Ia melirik ke arah bawah meja besar yang tertutup. Di sana ada Ruby yang sedang melomoti penis Tuan Muda Hong, berjongkok di bawah meja dan terlindungi penuh dari arah luar dan samping.

Sang pegawai yang tengah berbincang dengan Vince takkan mengira di bawah meja ada Nyonya Besar Hong yang sedang mengulum penis putra tirinya. "Nyonya Besar bukannya tadi mampir kemari, Pak? Apa Beliau sudah pulang?" Ia heran.

"Ya, benar, sepertinya dia sudah pulang, karena sudah dari tadi dia keluar dari sini, entah ke mana lagi." Vince menjawab sangat ringan.

Setelah pegawai itu keluar dari ruangan Vince, Tuan Muda Hong pun mulai mendesah tertahan menikmati kocokan mulut Ruby pada penisnya.

Tak tahan, dia pun memberitahukan pada sekretarisnya di luar sana melalui sambungan telepon agar tidak memperbolehkan siapapun masuk ke ruangan dia. Setelah itu, dia menarik Ruby dan membawa wanita itu ke sebuah ruangan seukuran kamar kecil yang biasanya untuk beristirahat atau berganti baju bagi Vince.

Di ruangan itu ada kasur kecil ukuran Queen namun nyaman. Ia dorong Ruby ke atas kasur dan mulai melolosi semua pakaiannya dari tubuh sambil memandang penuh napsu ke Ruby yang sudah setengah telanjang.

Begitulah keseharian Vince selama sebulan ini setelah dia memutuskan Feiying. Ruby secara suka rela menjadi pengganti Feiying agar keponakannya tidak lagi dirusak oleh Vince.

Lalu, apakah Ruby lebih memilih dirinya saja yang rusak? Atau dia sudah terlanjur terbiasa akan sentuhan Vince dan menikmatinya?

Malam terakhir Vince sebelum berangkat ke London dihabiskan bersama Ruby. Kebetulan Tuan Benetton harus menghadiri sebuah pertemuan bisnis di Macaw, dan Ruby beralasan tidak ingin ikut karena lelah.

Keduanya seharian berkutat di dalam kamar Vince, dan keluar hanya untuk makan. Tidak ada satupun pelayan yang menyadari keduanya keluar dari kamar yang sama.

Sedangkan Ruby, dia selalu berwajah masam setiap Vince menggaulinya dengan alasan dia membenci hal ini dan terpaksa melakukannya demi Feiying. Ketika paginya Vince ke Bandara pun, Ruby menolak mengantar dan hanya pasrah ketika Vince mengecup bibirnya sebelum keluar dari mansion.

"Kau selalu yang terbaik, Ru!" Demikian ucapan lirih Vince sebelum dia turun ke lantai bawah dan menuju ke mobil yang akan membawanya ke Chek Lap Kok International Airport.

-0-0-0-0-0-

Vince tiba di London, tepatnya di daerah Westminster, langsung ke hotel milik ayahnya, Hotel Park Plazza. Pegawai hotel segera membawa Vince ke Suite Presidential yang setara dengan Penthouse. Ruangan itu seluas 132 meter persegi dengan 4 kamar besar.

Sebenarnya bukan karena masalah pekerjaan dia berada di London.

Kepada sang ayah, dia beralasan ingin menghibur patah hatinya karena berpisah dari Feiying. Ia katakan dia dan Feiying bertengkar dan memutuskan mengakhiri hubungan.

Benetton tak bisa berbuat apa-apa karena dia anggap dua muda-mudi itu sudah sama-sama dewasa, maka ia serahkan semua ke Vince. Ia hanya menyarankan Vince untuk memulihkan perasaannya dulu di sana dan sekalian sesekali memeriksa beberapa kantor ayahnya selama di sana.

"Hei, Casanova, aku sudah sampai di bandara. Kapan kau menjemputku, hah?" Terdengar suara Kevin di telepon saat Vince selesai mandi, suatu sore.

"Dasar manja. Kau ini bukan bocah Taman Kanak-kanak lagi, kan? Cepat ke hotelku!" Lalu Vince matikan sambungan. Tak lama, ponselnya sudah melayang ke kasur tanpa dipedulikan kembali oleh si empunya.

Kevin di seberang sana ingin memaki sepuasnya, namun dia masih harus menjaga imej, dan hanya berdehem kemudian naik ke taksi yang mengantar dia ke hotel tempat Vince menginap.

Tak perlu susah payah memberikan alamat pada sang supir taksi karena hotel yang akan dia tuju merupakan hotel berbintang lima yang terkenal di London.

Kevin diundang untuk temani Vince di London. Dan ini bukan pertama kalinya kedua pria tampan itu bepergian dan bersenang-senang di luar negeri. Terkadang Vince yang menemani Kevin, dan seringnya adalah sebaliknya.

Dan mereka akan tinggal di hotel milik ayah Vince, Hotel Park Plazza di daerah Westminster. Kehidupan dua lajang bebas dan kaya raya itu akan dimulai dari ini.

============

I wanna kiss you.. But if I do then I might miss you, babe

It's complicated and stupid

Got my ass squeezed by sexy Cupid.. Guess he wants to play, wants to play

A love game, a love game

- Love Game by Lady Gaga -

Siguiente capítulo