webnovel

54. Wedding Vinchell

L

eonna menemani Chella di ruangan rias, hari ini adalah hari pernikahannya bersama Vino yang di selenggarakan di salah satu gereja di Jakarta. Rencananya, resepsi akan dilakukan pada malam hari di taman hotel milik keluarga Mahya. Chella terlihat gelisah dalam duduknya, dia terus meremas kedua tangannya tak tenang. Sedangkan sang ibu hamil sedang sibuk menikmati buah-buahan, entah kenapa semakin bertambah usia kandungannya, nafsu makannyapun semakin bertambah. "Ona, ini gimana." cicit Chella..

"Gimana apanya sih?" Tanya Leonna dengan santainya sambil menikmati buah Anggur merah.

"Gue degdegan, loe makan mulu." cibir Chella.

"Astaga Lonja, anak gue kelaperan. Masa demi loe, gue harus nahan laper sih, kasian kan anak gue. Dasar aunty kejam loe." Chella mencibir mendengarnya.

Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin, sosok yang ada di depannya ini seakan bukan sosok dirinya. Polesan make up mampu merubah wajahnya yang polos menjadi sosok wanita dewasa yang cantik, tanpa sadar Chella tersenyum merona menatap dirinya sendiri yang bisa membuat orang pangling. "pengantinnya malah mesem mesem gak jelas." celetuk Datan yang masuk ke dalam ruangan membuat Chella dan Leonna sama-sama menengok. "Cepetan, sudah di tungguin."

"Gue grogi, Kunyuk." Chella melirik ke arah Datan yang terlihat memakai tuxedo hitamnya dengan dasi kupu-kupu. Leonna terlihat anggun dengan memakai gaun berwarna merah, dan payudarannya terlihat menonjol, gaun yang panjangnya hingga mata kaki dan terdapat belahan hingga paha itu mampu membuatnya terlihat seksi dan menawan.

"Biar gak grogi, gimana kalau kita bertiga selfie dulu." usul Leonna mengeluarkan handphonenya. Ketiganya bergaya dan beberapa kali berselfie dengan gaya alay mereka. Gaya membentuk jari jadi peace, cengiran dan wajah jelek mereka, meleletkan lidah dan lain sebagainya.

"Astaga kalian malah selfie alay" celetuk seseorang membuat mereka bertiga menengok dimana Jack sudah berdiri di ambang pintu dengan tuxedo hitamnya terlihat begitu gagah.

"Ini nih bumil alay pengen foto bareng." ucap Datan membuat Leonna manyun.

"Sudah kalian berdua pergi keluar, semuanya sudah menunggu sang mempelai wanita." ucap Jack.

"Oke Pap," Leonna dan Datanpun beranjak.

"Lonja, jangan sampai pipis di celana karena grogi yah." ejek Datan membuat Chella mencibir. Jack hanya terkekeh melihatnya.

"Kamu sudah siap sayang?" Jack berjalan mendekati Chella yang sudah berdiri di dekat cermin dengan gaun putih tulang yang membalut tubuh kecilnya.

"Chella gugup Pap," Chella meremas kedua tangannya. Jack tersenyum dan menggenggam kedua tangan Chella.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." Ucap Jack menatap putri semata wayangnya. "Papi tidak menyangka sekarang anak gadis papi dan mami akan menikah dan menjalankan kehidupan yang baru." Jack berkaca-kaca menatap wajah cantik putri kesayangannya. "Kamu tau, saat papi menikah dengan mami dulu. Mami kamu terlihat begitu cantik, walau wajahnya sangat jutek tetapi itu malah membuat papi semakin jatuh cinta dan gemas padanya." kekeh Jack. membuat Chella ikut terkekeh. "Kami berjuang bersama saat itu untuk mendapatkan seorang bayi, karena sel telur mami kamu tidak berkembang. Tetapi berkat bantuan tante Chacha semuanya menjadi lebih baik. Dan sekarang papi tidak menyangka kamu akan menikah, kamu sudah dewasa sekarang. Sayang." sebulir air mata meluncur dari pelupuk mata Jack membuat Chella menghapusnya dan memeluk tubuh sang papi.

"Chella sayang banget sama papi dan mami." Sekuat tenaga Chella menahan air matanya supaya tak sampai jatuh membasahi pipi dan merusak make upnya.

"Papi berharap kamu akan selalu bahagia, Sayang." Jack mengecup kepala Chella dan melepas pelukannya. "Papi yakin, Vino akan membahagiakanmu."

Chella mengangguk dengan senyumannya. "Baiklah, sepertinya cukup tali kasih ini. Sekarang kita keluar sebelum calon suamimu menyusul kesini." ucapan Jack membuat Chella terkekeh. Chella mengapit lengan Jack dan menyandarkan kepalanya di pundak Jack.

Mereka berdua berjalan di atas red carpet menuju ke tempat pemberkatan dimana Vino sudah berdiri dengan gagahnya memakai tuxedo putihnya. Wajahnya terlihat tampan, dan senyuman manisnya terukir indah di bibirnya hingga memperlihatkan lesung pipitnya. Chella menunduk karena malu saat semua mata tertuju kepadanya. "Angkat kepalamu dan lihatlah kebahagiaan di depanmu." bisik Jack membuat Chella mulai mengangkat kepalanya dan pandangannya langsung bertemu dengan Vino. "Om titip Chella, bahagiakan dia.." Ucap Jack seraya menyerahkan tangan Chella ke Vino.

Vino meraih tangan Chella setelah mengangguk ke Jack, tatapan Vino tak lepas dari wajah Chella yang tersembunyi di balik cadar putih. Chella terlihat merona dan gugup, Keduanya berdiri di altar pernikahan untuk melakukan pemberkatan. Leonna tersenyum bahagia melihat Vino dan Chella.

"Akhirnya abang mendapatkan kebahagiaannya dan ternyata kebahagiaannya adalah sahabaku sendiri." gumamnya membuat Verrel tersenyum menatap Leonna yang berada di sampingnya.

"Tuhan sudah menggariskan jodoh yang terbaik untuk setiap manusia." ucap Verrel dan kini Leonna mengangguk dengan senyumannya. Verrel dan Leonna tak melepaskan pegangan tangan mereka.

Pendeta di depan sudah menyelesaikan pemberkatannya. Vino menyematkan cincin berlian di jari manis Chella, sebaliknya juga. Vino mengangkat cadar yang menutupi wajah Chella dan kini semakin terlihat jelas kecantikan Chella.

Pandangan keduanya masih terpaut satu sama lain, senyumannya juga tidak pudar. Kedua tangan Vino terangkat untuk membelai kedua pipi Chella dan semakin lama wajahnya semakin mendekat, Chella memejamkan matanya saat bibir mereka menyatu. Tak ada pangutan, hanya lumatan kecil yang mewakilkan perasaan mereka berdua. Vino melepas lumatannya dan kembali tersenyum, Chella juga tak hentinya membalas senyum sang suami.

'Setelah semua yang terjadi, tenyata kamulah pangeranku. Walau dulu aku berkali-kali menolakmu, tetapi tuhan tetap menggariskan takdir kita untuk tetap bersama.' Batin Chella.

"Aku mencintaimu," bisik Vino.

"Aku juga, Al."

Tepuk tangan menggema disana, membuat mereka sama-sama menengok ke arah tamu undangan yang sudah berdiri dan bertepuk tangan. Tanpa ada yang menyadari, beberapa orang asing tengah mengamati acara pernikahan itu.



Malam menjelang, acara resepsipun di laksanakan di salah satu hotel bintang 5 milik keluarga Mahya. Resepsi bertema pesta taman malam itu di lakukan di taman hotel yang terdapat kolam renang. Dekorasi yang tak terlalu mewah tetapi terlihat indah, lampion orange dan merah memenuhi ruangan itu.

Leonna hadir bersama Verrel dengan menggunakan dress hitam di atas lutut, bagian punggungnya terekspos sehingga memperlihatkan punggung mulus dan putihnya. Mereka berjalan kearah brotherhood family berkumpul bersama pengantin. "Lonjaaa,,, selamatttttt.... Abanggg selamat yahhhh" teriak Leonna histeris.

"Stop jangan berlari!"

Pekikan Verrel, Dhika, Leon terdengar membuat Leonna mengurungkan niatnya untuk berlari dan berjalan dengan bibirnya yang manyun. Yang lain hanya terkekeh melihatnya. Verrel merengkuh pinggang Leonna dan menuntunnya berjalan bersama menuju pengantin.

"Lonjaa,," teriak Leonna dan memeluk tubuh Chella yang tengah memakai gaun pengantin perpaduan warna gold dan putih seatas lutut. "Lonja, seneng deh akhirnya loe nikah sama Abang." Leonna jingkrak jingkrak sambil memeluk Chella.

Verrel, Vino, Leon dan Dhika hanya bisa menghela nafasnya melihat tingkah ibu hamil aktif seperti Leonna.

"Gue sesak," Chella melepas pelukan Leonna dengan sedikit paksaan. "Astaga loe bener-bener pengen bunuh gue di hari pernikahan." Leonna terkikik.

"Kan seneng Lonja."

"Kemarilah Princes," ucap Vino merentangkan kedua tangannya.

"Abang," Leonna hendak menerjang tubuh Vino tetapi di tahan Verrel.

"Cukup salaman saja," ucapan Verrel membuat Leonna dan Vino mengernyit bingung.

"Astaga, loe curiga sama gue?" protes Vino. "Dia adik gue, wajar saja gue memeluknya."

"Tidak, cukup salaman saja." Leonna menatap Verrel dengan kernyitannya, akhir akhir ini Verrel benar-benar mudah emosi dan cemburuan.

"Astaga Kak, aku cuma peluk Abang aku." ucap Leonna.

"Tidak boleh,"

"Loe benar-benar ingin nguasain adik gue." pekik Vino.

"Ck, jangan berlebihan," jawab Verrel dengan santai.

"Abangg, selamat yah." Leonna menjabat tangan Vino dan mencubit kedua pipi Vino hingga dia meringis. "Bahagiain sahabat cantikku ini."

"Itu pasti, dan cepat ceraikan suami yang suka mendominasimu ini. Aku kesal padanya." ucap Vino membuat Verrel mencibir.

"Aku tidak akan menceraikannya Abang, karena aku mencintainya."

"LONJAAAAAA,"

"Oh sialan!" umpat mereka semua saat mendengar teriakan seseorang dan langsung memeluk tubuh Chella dengan erat.

"Astaga!! Kenapa kedua sahabat gue ingin membunuh gue di saat acara pernikahan?" pekik Chella melepas pelukan Datan.

"Lebay deh loe, Lonja." kekeh Datan.

"Sesak nafas gue di peluk loe berdua." keluhnya menghembuskan nafasnya.

"Sudah sudah kalian malah terus menggoda pengantin," tegur Elza.

"Hayo lho mamake marah," goda Irene.

"Kapan sih mamake gak marah," celetuk Okta.

Para keluarga berlalu menuju meja yang sudah di sediakan. Verrel menarik kursi untuk Leonna duduk, dan menyampirkan jas hitamnya di punggung Leonna membuatnya menengok kearah Verrel dengan kernyitannya. "Semua pria menatap punggungmu dengan tatapan lapar." bisik Verrel membuat Leonna terkikik.

"Cemburu yah," Leonna mencubit pipi Verrel karena gemas.

"Iyalah, kamu menghukumku selama satu bulan. Dan kamu malah memamerkannya ke oranglain," gerutu Verrel membuat Leonna semakin tertawa.

Pengantin terlihat berdansa, Leonna melirik ke arah Jen yang di paksa untuk hadir di acara pernikahan abangnya. Leonna meringis melihat keadaan Jen, kedua tangannya bahkan di ikat ke kursi roda karena selalu saja mengamuk tiba-tiba. Pandangannya kosong ke depan, tak ada kehidupan di matanya. Wajahnya yang pucat dan tidak segar. Malang sekali nasib gadis remaja itu,

"Princes, ayo berdansa." Vino mendekati Leonna. Leonna tersenyum dan hendak menerima uluran tangan Vino, tetapi di dului Verrel.

"Gue yang akan berdansa dengannya." Verrel menarik Leonna yang terlihat kebingungan tetapi tetap mengikuti Verrel ke lantai dansa.

"Dia kenapa sih?" ucap Vino kesal. Para orangtua hanya terkekeh melihatnya.

"Biasa Sindrom Kecemburuannya tengah kambuh," ucap Okta.

"Mirip sekali dengan ayahnya." sindir Serli membuat yang lain terkekeh.

"Sepertinya semua suami seperti itu saat kecemburuannya tengah menguasai," sindir Claudya.

"Setuju," ucap Thalita.

Verrel berdansa bersama Leonna di lantai dansa, di sampingnya ada Randa bersama Samuel dan juga Vino dan Chella. "Kenapa Kakak melarangku berdansa dengan Abang? Chella saja tidak cemburu."

"Karena aku tidak mau kamu bersentuhan dengan pria lain, sudah cukup mereka dekat denganmu selama kita berjauhan." Verrel semakin menempelkan tubuhnya dengan tubuh Leonna.

"Cie cie my lopelope cembokur." tawa Leonna tetapi Verrel masih memasang wajah merengutnya karena Leonna benar-benar menjalankan hukuman konyolnya, padahal semuanya tau kalau Verrel sangatlah merindukan istri nakalnya itu. Apalagi kemesuman Leonna, Verrel sungguh merindukannya.

Mereka berdansa mengikuti alunan musik, bahkan para orangtuapun tak mau kalah. Mereka ikut berdansa, hanya para jones yang stand by di meja tengah menikmati minuman mereka.

"Kamu yakin gak mau enaena, atau bikin debay." bisik Verrel.

"Tidak, kan debaynya udah jadi di perut aku." senyum Leonna dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Udah seminggu lho, De." tambah Verrel.

"Masih ada 3 minggu lagi, sabar yah suamiku sayang." Kekehnya.

"Ah, kamu benar-benar kejam De. Menyiksaku setiap malam," keluh Verrel.

"Jangan banyak mengeluh, tidak baik." ucapnya membuat Verrel memutar bola matanya jengah.

"Khem, apa papa boleh berdansa dengan princes papa?" Tanya Dhika menghentikan gerakan Verrel dan Leonna.

"Tentunya Papa saying." Leonna melototi Verrel yang hendak protes, akhirnya Verrelpun pasrah dan membiarkan Dhika membawa istrinya untuk berdansa.

"Jangan bersedih, ayo temani bunda berdansa." seseorang menghampiri Verrel dan itu mampu membuat Verrel tersenyum. Verrelpun berdansa dengan Serli, Chella terlihat berdansa dengan Jack. "Kenapa jagoan bunda terlihat murung?" Tanya Serli yang selalu peka terhadap perasaan seseorang, entah sahabatnya, suaminya, ataupun putra semata wayangnya.

"Delia menghukumku, Bun." ucap Verrel.

"Menghukum apa?"

"Aku harus puasa selama satu bulan, Bunda. Astaga bayangkan saja gimana tersiksanya aku." ucap Verrel tanpa malu membuat Serli tertawa. "Jangan mentertawaiku, Bun."

"Oke oke, maafkan bunda." kekeh Serli. "dia benar-benar sudah berhasil memporak-porandakan kamu."

"Tau deh, padahal Verrel sangat merindukannya."

"Sabar sayang, mungkin ini ujian kamu untuk lebih sabar lagi. Lagian Leonna juga sudah sabar menunggu kamu dan mengandung bayi kamu." nasehat Serli membuat Verrel menganggukkan kepalanya.

"Hey hey," Okta mencolek pundak Datan yang tengah berdansa dengan Chacha. "Hey hey,"

"Mom, seperti ada yang mencolekku. Ada makhluk astral sepertinya." ucap Datan membuat Chacha terkekeh.

"Ck, dasar anak tak tau di untung. Excuse me son, kau sudah mencuri istriku. Jangan mengganggu kebahagiaan pria tua yang super unyu ini." ucap Okta.

"Astoge dad, sebentar saja kenapa."

"Cukup, sekarang out dari hadapanku dan istriku." ucap Okta menarik lengan Chacha, membuat Datan menggerutu kesal.



Malam semakin larut, Chella dan Vino sudah masuk ke dalam kamar pengantin mereka yang sudah di sulap seindah dan seromantis mungkin. "Kamu duluan," ucapan Vino menyentakkan Chella dari keterkagumannya menatap suasana kamar pengantin mereka yang sangat indah.

"Ah, emm oke." Chella segera berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

Ia segera membilas tubuhnya yang terasa pegal di bawah guyuran air shower. Chella memejamkan matanya merasakan buliran air mengenai wajahnya, bayangan malam pertamanya dengan Vino begitu saja terlintas membuat Chella segera membuka matanya dan merona. Wajahnya mendadak memanas, apa yang harus dia lakukan sekarang.

Setelah cukup lama membasuh tubuhnya, iapun segera mengambil jubah handuknya dan berjalan menuju walk in close, disana ada sebuah kado berukuran sedang. Dia segera membukanya dan matanya membelalak lebar saat melihat lingerie loreng bercorak harimau. Pakaian kekurangan bahan itu membuat Chella ngeri sendiri. 'Gila, siapa yang kasih beginian.'

Ia mencoba mencari pakaian lain di sana dan sialnya tak ada satupun pakaian untuk di pakai, selain lingerie harimau betina itu. "Ini pasti kerjaan bumil."

Bip bip

Chella segera mengeluarkan handphonenya dan ternyata ada Video Call dari Leonna. "BUMIL GILAAAAAAA!!" Amuk Chella, sedangkan yang bersalah hanya tertawa terbahak-bahak di sebrang sana. "Loe bener-bener gila,"

"Loe bukannya bilang makasih sama gue, malah teriak teriak kayak di hutan." kekehnya masih tertawa.

"Menyebalkan loe Ona, apanya yang terima kasih." gerutu Chella kesal.

"Harusnya loe bilang makasih, karena gue bantu loe dan Abang untuk memperlancar aksi naena kalian berdua malam ini." Kekehnya,

"Dasar bumil mesum. Otak Naena," cibir Chella membuat Leonna terkekeh.

"Heh Lonja jangan pasang wajah jutek, smile dong biar abang makin bergairah." Goda Leonna.

"Loe gila, ONAAAA!!" seburat merah terlihat jelas di pipi Chella, membuat Leonna tertawa terbahak-bahak. "Sumpah yah, kalau loe ada di depan gue, gue akan lempar baju tanpa bahan ini ke wajah loe."

"Untungnya tidak yah." kekeh Leonna dengan santai.

"De..."

"Suami gue datang, sudah jangan ngamuk ngamuk di malam pertama loe. Udah sana pakai lingerienya, gue maksain pesan dari online shop demi loe sampai harus ngerampok ATM suami gue," ucap Leonna membuat Chella mencibir kesal. " Semoga berhasil Lonja sayang, dan jangan takut untuk berteriak, kamarnya kedap suara kok,"

"Sialan!" pekik Chella sedangkan Leonna masih tertawa terbahak.

"Bye bye unty Chella, salam dari utun. Semoga berhasil, semangat Lonja, muach muach,, bye bye." Ucap Leonna. "Aku datang Kak," Teriak Leonna dan segera mematikan sambungan video callnya.

"Sialan bener tuh si Otak Naena." Chella menyandarkan tubuhnya ke dinding dan melirik lingerie itu. Dia bingung antara memakainya atau tidak, mana motifnya kulit harimau lagi, berasa jadi tarzanwati. "Si Ona pengen jadiin gue pengganti Patia si Tarzanwati itu." gerutu Chella kesal. "Bodo amat ah, daripada jadi patia mending pake jubah handuk semalaman."

Chella memutuskan berjalan keluar kamar dengan mengusap rambutnya yang basah. "Kenapa hanya pakai jubah handuk?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Vino yang tengah menuangkan anggur ke dalam gelas.

"Emm, itu.. pakaiannya, anu-" Chella mendadak gugup dan bingung harus menjawab apa.

"Baiklah aku paham, pasti kerjaan princes Leonna si gadis aktif itu." ucapan Vino membuat Chella mengangguk dengan senyuman malunya."Baiklah, aku akan membersihkan diri dulu," Vino berlalu pergi meninggalkan Chella yang terlihat gugup dan gelisah.

Chella berdiri menatap keluar jendela kamar yang memperlihatkan kerlap kerlip lampu dari beberapa bangunan di ibu kota.

Lamunannya terganggu saat seseorang menyodorkan gelas berisi anggur merah. Ia menatap ke sampingnya dimana Vino berada dengan hanya memakai celana tranningnya. Melihat Vino yang hanya bertelanjang dada membuat kedua pipi Chella memanas. Setelah menerima gelas itu, iapun langsung memalingkan wajahnya kembali menatap keluar jendela. Tak ada yang mengeluarkan suara satu sama lain, keduanya fokus menikmati anggur yang ada di dalam gelas mereka.

"Aku merasa ini semua mimpi," Chella menengok saat mendengar ucapan Vino. "Aku memang tidak tau apa yang pernah terjadi di antara kita sebelumnya, tetapi percayalah aku sungguh merasa sangat bahagia."

"Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingat segalanya Al. Yang penting sekarang kita sudah bersama. Dengan kamu mau menerimaku dan merasakan perasaan cintaku, itu sudah sangat cukup untukku. Aku tidak butuh yang lainnya lagi." Chella merubah posisinya menjadi menghadap Vino.

"Bersulang untuk pernikahan kita," Chella dan Vino menyentuhkan gelas mereka lalu menyesapnya hingga terasa manis sekaligus pahit memenuhi kerongkongannya. Cairan itu mampu membuat darah Vino semakin terbakar, apalagi melihat Chella yang hanya memakai handuk seksi. Ia tersenyum menatap Chella dan mengambil gelas di tangan Chella, ia kembali menyimpannya di atas meja nakas.

Vino berjalan mendekati Chella dan memegang kedua pundak Chella yang masih membeku di tempatnya. Perlahan tapi pasti Vino mendekatkan wajahnya ke wajah Chella membuat Chella terlihat kaku, takut dan gugup.

"Rileks," bisik Vino yang kini kedua tangannya berada di kedua pipi Chella.

Chella menengadahkan kepalanya menatap mata abu milik Vino. Dan seakan terhipnotis, ia tak bisa berbuat apapun selain menunggu apa yang akan di lakukan oleh Vino padanya. Vino semakin mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan, bahkan deru nafasnya mampu menerpa wajah Chella yang terasa begitu lembut dan menggelitik kulit wajahnya.

Vino mengecupi setiap inci bibirnya, setelah puas diapun mulai melumatnya perlahan hingga membuat Chella meremang dan darahnya berdesir hebat. Chella mengangkat kedua tangannya untuk mengalungkannya ke leher Vino dengan berjinjit. Tangan Vino bergerak untuk menarik tali jubah dan menurunkan jubahnya hingga memperlihatkan pundak Chella yang mulus.

"Aaaghh," pekik Chella saat Vino mengangkat tubuhnya dan membawanya ke ranjang king size yang ada disana. Vino berjalan perlahan menuju ranjang tanpa melepaskan pangutan bibirnya dengan Chella.

Dengan perlahan ia merebahkan tubuh Chella, seakan Chella ini sesuatu yang rapuh. Ia melepaskan pangutannya dan menatap wajah Chella yang terlihat terengah, bibirnya terlihat basah dan sedikit bengkak. Chella masih menatap mata abu milik Vino tanpa berkedip.

"Cantik," gumam Vino membelai wajah Chella dengan sebelah tangannya. Chella memejamkan matanya saat belaian itu mulai turun ke bagian lehernya. Ia terengah saat Vino menciumi seluruh tubuhnya membuatnya merasakan gelenyar aneh yang baru saja ia rasakan. Ia tak mampu membuka matanya karena sangat malu, ia memilih memejamkan matanya dan membiarkan Vino melakukan apa yang ingin dia lakukan.

"Tahanlah, ini akan sedikit sakit." Bisikan itu membuat Chella membuka matanya dan tatapannya langsung bertemu dengan mata abu milik Vino yang begitu teduh. Vino membelai wajah Chella seraya menyatukan tubuh mereka membuat Chella menjerit kesakitan. Air mata luruh dari pelupuk matanya. Vino segera mengecupi mata Chella dan mendiamkan tubuhnya agar Chella bisa beradaptasi dulu. Vino mengecupi seluruh wajah Chella.

Setelah meliat Chella mulai rileks, iapun mulai menggerakan tubuhnya perlahan dan semakin lama temponya semakin cepat. Chella mengerang tak karuan, ini awal baginya dan rasanya sungguh aneh sekali. Hingga mereka berteriak bersama memanggil nama pasangan mereka masing-masing. Tubuh Vino ambruk ke samping Chella, ia mengecup kepala Chella dan menariknya ke dalam pelukannya. "Terima kasih sudah menerimaku," bisik Vino membuat Chella tersenyum senang. Malam yang indah bagi Chella dan Vino, akhirnya mereka berdua bisa bersatu. Jiwa, raga dan cinta mereka menyatu di malam yang indah ini.



Siguiente capítulo