webnovel

45. Painful...

Acara pesta topengpun di adakan di sebuah club malam sesuai keinginan Vino dan Chella. Para orangtuapun hadir, dan sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Leonna baru sampai bersama sang kembaran. Ia memakai gaun berwarna hitam yang begitu kontras dengan kulit putihnya. Dress seatas lutut dan bagian lengannya menggunakan tali spageti. Leonna juga memakai topeng berwarna peach dengan ukiran kupu-kupu di atasnya. Leon menutup seluruh wajahnya dengan topeng berwarna gold.

"Gue malas di tempat seperti ini, loe lanjut saja gue tunggu di meja pojok sana." ucap Leon,

"Loe jangan minum," tegur Leonna.

"Hmm,"

Leon berlalu pergi meninggalkan Leonna yang masih berdiri di tempatnya menatap Chella dan Vino yang tengah berdansa. "Hai Ona" seseorang merangkul pundak Leonna.

"Loe datang bareng siapa?"

"Sama Pipit," bisik Datan dan benar saja Pretty berdiri di sampingnya.

"Hy mbak Pipit," sapa Leonna.

"Hay Leonna," sapa Pretty.

"Udah ah, gue mau dansa dulu. Bye," Datan mengusap kepala Leonna dan beranjak menuju lantai dansa.

Leonna menyusuri seluruh ruangan mencari sosok seseorang, karena ini acara tertutup dan hanya teman dan kerabat dekat yang di undang.

Disana....

Leonna melihat sosok jangkung yang tengah menikmati minumannya dan berdiri dengan sebelah tangannya di masukan ke dalam saku celana. Dia tak memakai topeng, dan lebih memilih berdiri jauh dari yang lain. Pria yang begitu Leonna rindukan. Sudah lama ia tak melihat Verrel,

Verrel menengok dan pandangannya langsung terpaut dengan mata indah milik Leonna yang tersembunyi di balik topeng cantiknya. Verrel menatap Leonna tanpa berkedip, Leonna segera memalingkan wajahnya karena mendadak salting. Ia berjalan menuju meja bar, dan mengambil segelas minuman. Saat ingin meminumnya, seseorang menarik gelas miliknya, membuat Leonna menengok.

"Itu tidak bagus untuk kehamilanmu. Berikan satu gelas orange jus."

Ucapnya pada bartender, Bartender itu menyodorkannya ke seseorang itu. "Minumlah ini," Leonna tersenyum kecil.

"Selamat untuk pertunanganmu, Kak." Leonna baru dapat kabar pertunangan Verrel dan Caren tadi siang.

"Tidak adakah pembahasan lain?" Tanya Verrel terlihat geram.

Pria itu adalah Verrel yang saat ini berdiri di sisi Leonna. "Memang sudah tak ada pembahasan lagi, di antara kita sudah selesai bukan." Ucap Leonna datar.

"Bagaimana kandunganmu?" Tanya Verrel.

"Ternyata masih ingat kalau kamu menyimpan benih di rahim wanita lain."

Verrel menatap Leonna dengan kernyitannya. "anak ini, anakku! Jadi tidak ada urusannya denganmu, Tuan Verrel."

Setelah mengatakannya dengan penuh penekanan, Leonnapun beranjak pergi meninggalkan Verrel yang masih mematung di tempatnya. "Oh iya,"

Leonna kembali berbalik ke arah Verrel yang masih menatap Leonna. "Aku sedikit terkejut ternyata kebahagiaanmu itu adalah Kere, wanita ular yang terang-terangan merusak hubungan kita." Ucapnya tersenyum mengejek. "Oopzz, sorry. Apa barusan aku menghina calon istrimu? Ah, maafkan lidah yang tak bertulang ini."

Leonna beranjak pergi meninggalkan Verrel sendiri. 'Lakukanlah sesukamu, De.' batin Verrel tersenyum kecil.

Seseorang menyapa Leonna yang tengah berdiri di samping Adrian. "Hey" ucap Leonna tersenyum lebar.

Pria tampan di hadapannya adalah Rafli, teman sekelas Leonna. Rafli adalah pria yang menyukai Leonna sejak awal mereka satu kelas.Tetapi Leonna terlalu cuek untuk menanggapi Rafli. "Loe datang?"

"Hmm, Datan yang mengundang," Rafli tersenyum menatap kecantikan Leonna, karena saat ini Leonna sudah melepas topengnya.

"Sebenarnya..." Leonna dengan sabar menunggu lanjutan ucapan Rafli. "Aku datang untuk mengajakmu berdansa."

Rafli menunduk karena merasa malu, Leonna terkekeh melihat wajah Rafli yang memerah karena malu. Menurutnya, itu sangatlah lucu. Leonna melirik ke arah meja bartender, dimana Verrel masih duduk menikmati minumannya, dan pandangannya menatap tepat ke arah Leonna. 'Saatnya beraksi Leonna, dia pikir hanya dia yang bisa bermesraan dengan si Kere ular darat itu.' Leonna menyeringai melirik ke arah Verrel. "ayo berdansa,"

"Apa?" Rafli terlihat sangat kaget mendengar penuturan Leonna barusan yang tidak di sangka-sangka. Seingatnya selama ini Leonna selalu gencar mencari alasan untuk menolak dirinya. "A-apa kamu yakin?"

"Iya, ayo berdansa."

Leonna menarik tangan Rafli menuju lantai dansa dan kejadian itu tak lepas dari pandangan tajam Verrel. Leonna mulai berdansa dengan Rafli, bahkan Rafli merengkuh pinggang Leonna dan Leonna mengalungkan kedua tangannya di leher Rafli dengan sesekali melirik ke arah Verrel yang memperhatikannya dengan mata elang miliknya. Leonna sangat puas melihat ekspresi Verrel yang terlihat cemburu. 'Memangnya hanya Kakak yang bias.' batin Leonna memasang senyuman terbaiknya pada Rafli.

Verrel berlalu pergi seakan tidak ingin menyaksikan adegan Leonna dan Rafli. Leonna tersenyum puas melihat Verrel berlalu pergi dengan kekesalannya. "Kamu sangat cantik Leonna,"

"Apa?" Leonna tersentak mendengar ucapan Rafli barusan. Ia melupakan sosok Rafli di hadapannya karena pandangannya terus mengarah ke Verrel. "Terima kasih, Rafli. Kamu juga terlihat sangat tampan malam ini." puji Leonna.

Keduanya larut dalam obrolan sampai tak menyadari seseorang berdiri di belakang Leonna dengan memakai topeng berwarna putih. Seseorang itu langsung menarik lengan Leonna membuat tubuh Leonna jatuh ke dalam pelukannya. Rafli hendak protes tetapi seseorang itu berkata sekarang gilirannya. Dengan berat hati Raflipun berlalu pergi meninggalkan Leonna bersama pria itu.

"Aku tidak mau berdansa denganmu!" Leonna hendak beranjak, tetapi pria itu sudah merengkuh pinggang Leonna dan menempelkan tubuhnya dengan tubuh Leonna. "KAU!"

Seseorang itu tak bergeming dan malah membawa Leonna untuk berdansa.

"Aku tidak mau berdansa, kau dengar Kak!" pekik Leonna pada seseorang di depannya. Walau pria itu memakai topeng, tetapi Leonna masih bisa mengenalinya kalau itu adalah Verrel. Leonna diam tak bergerak sedikitpun karena tak ingin berdansa dengan Verrel, tetapi Verrel malah mengangkat tubuh Leonna membuat Leonna terpekik kaget dan spontan mengalungkan kedua tangannya. Verrel menurunkan tubuh Leonna, dengan kedua kaki Leonna yang berada di atas kakinya. Ia mulai menggerakan tubuhnya ke kanan, ke kiri seirama musik.

"Aku sangat ingin mencekikmu hingga mati." desis Leonna di telinga Verrel, Verrel hanya tersenyum mendengarnya.

"Lakukanlah, aku juga sangat ingin mati di tanganmu." balas Verrel,

"Tidak sekarang, aku tidak ingin masuk penjara dalam keadaan hamil."

"Aku akan menunggu saat itu."

"Kamu sangat menyebalkan! Apa maumu? Kamu menghinaku, merendahkanku dan sekarang kamu mendekatiku. Apa virus mematikan dari si kere ular berbisa itu sudah hilang di dalam otakmu? Atau otakmu yang kembali di format?" Tanya Leonna menatap mata Verrel dengan tajam.

"Kamu bebas menyimpulkan apapun." terdengar helaan nafas dari Verrel.

"Aku membencimu!"

"Aku tau,"

"Kamu sangat menyebalkan!" pekik Leonna.

"Aku tau itu, tapi bisakah kamu berhenti berbicara. Aku sangat ingin menatap wajahmu dalam keheningan." ucap Verrel terus menatap wajah Leonna dengan matanya yang tajam.

Bug

"Shitt!!"

Verrel mengumpat kesakitan saat Leonna menginjakkan hak sepatunya yang tajam ke kaki Verrel dan lututnya memukul bagian perut Verrel membuat tubuh Verrel membungkuk. Leonna tersenyum puas saat Verrel menunduk kesakitan. "Itu belum seberapa Mantan Suamiku Tersayang."

Setelah mengatakan itu Leonnapun melenggang pergi dengan senyumannya meninggalkan Verrel yang kesakitan. Adrian yang melihatnya hanya bisa terkikik dan memotret moment itu. Kakaknya memang seperti seorang preman.



Vino dan Chella tengah makan siang bersama, setelah kembali dari tempat percetakan undangan untuk pernikahan mereka.

"Al,"

"Hmm,"

"Bulan depan kita akan menikah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Ada apa Chell? Kamu terlihat serius sekali, apa ada masalah?"

Vino menatap Chella dengan kernyitannya. Chella terlihat gugup dan seakan takut untuk mengatakannya. Terlihat dari duduknya yang tak nyaman dan juga tangannya yang bergetar. Vino meraih kedua tangan Chella dan menggenggamnya dengan erat. "Tanganmu sangat dingin,"

Vino mengusap kedua tangan Chella dan mengecupnya berkali-kali. "Al, apa kamu sudah mengingat semuanya?"

"Tentang apa?"

"Tentang hubungan kita Al. Tentang kamu, aku dan juga Leonna."

"Leonna?"

Vino mengernyitkan dahinya bingung, ia tidak paham maksud ucapan Chella. Ada apa sebenarnya...

"Aku ingin mengatakan segalanya kepadamu, Al. aku tidak ingin di awal hubungan kita ada kebohongan."

Alvino menatap wajah Chella dengan serius seakan memberi kesempatan pada Chella untuk mengungkapkan segalanya. "Al, kamu belum mengingatnya lalu kenapa kamu ingin menikahiku?" Tanya Chella.

"Chell, kamu pernah dengar kan istilah Love pure in feel heart. Dan fase itulah yang aku rasakan sekarang, aku memang tidak mengingatmu, aku memang tak mengingat kisah dan perjalanan cinta kita. Tetapi hati ini, cinta yang ada di dalam hati ini seakan menjadi pengingat untukku. Getarannya, detakkan jantungnya saat berdekatan denganmu dan nama kamu selalu ada di dalam hati ini seakan dia mengingatkanku kalau kamulah wanita yang selama ini aku cintai."

"Memang mungkin saja salah, tapi percayalah. Aku masih mengingat diriku ini pria kaku yang tidak pernah berhubungan dengan seorang wanita. Apalagi aku tidak pernah memberikan barang kesayanganku ke oranglain. Ini konyol tetapi mp3 player itu aku membelinya dari Kanada dan hanya di produksi satu barang. Dan lagu kesukaanku yang juga merupakan kesukaanmu, kesamaan itu tidak mungkin kebetulan. Dan sekarang tiba-tiba saja kamu hadir, itu memang membuatku bingung dan bertanya-tanya karena selama ini aku belum pernah menyukai wanita manapun." Ucap Vino dengan lembut. "Tapi bisikan dari hati ini sebagai jawabannya, kalau di antara kita memang ada sesuatu, ada cinta di antara kita berdua, Chell. Aku melamarmu karena aku terus mengikuti kata hatiku sendiri."

Vino mengatakannya dengan penuh perasaan, ada ketulusan dan binar cinta di mata abunya. Chella juga dapat merasakan ketulusan dari Vino. "lalu apa yang kamu maksud dengan Leonna? Apa yang terjadi antara aku, kamu dan Leonna?"

Pertanyaan Vino membuat Chella menunduk, dia mendadak bingung. Haruskah dia mengatakan segalanya. Tetapi kalau tidak, Chella takut di sangka membohongi Vino, saat Vino mengingatnya nanti. "Aku akan menjelaskannya."

Chella mulai menceritakan apa yang terjadi di antara mereka bertiga. Awalnya ekspresi Vino terlihat biasa saja, tetapi semakin lama ekspresinya berubah menjadi syok dan membeku. "Kamu bercanda kan?" Vino sangat tidak mempercayai ucapan Chella. Ia berharap ini hanya kebohongan semata.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Al. Sebenarnya ini sudah bukan masalah lagi, Karena Leonna sudah mencintai Verrel, tetapi aku tetap harus menceritakannya padamu." Vino masih mematung di tempatnya, Vino tak percaya Leonna pernah menyukainya dan yang lebih parah, Vino pernah merusak hubungan rumah tangga Leonna dan Verrel. "Kamu tidak berbohong kan?"

"Kamu boleh bertanya langsung pada Leonna." Vino termenung.



Percayalah pada hatimu, bukan percaya pada ucapan seseorang. Hati tak akan pernah salah, karena di dalamnya terdapat cinta yang tulus dan murni.

Apa yang tampak di depan mata, tidak semuanya benar. Percayalah pada kata hati, dan cintamu.

Kamu menarik dia ke dalam kehidupanmu, dia memberimu kebahagiaan. Bukan tentang siapa yang lebih baik, atau siapa yang lebih pantas. Tetapi tentang siapa yang mau berjuang untuk kebahagiaanmu. Dia berjuang untukmu tanpa meminta imbalan apapun, maka dialah orang yang tepat. Tidak ada orang lain yang mau berkorban dan berjuang padahal dia juga terluka kecuali karena dia benar-benar mencintaimu...

Leonna terdiam membaca surat terakhir dari Emon, barusan saat ia membuka pintu rumah, ia mendapatkan sebuah bonek doraemon berukuran sedang dan di dalamnya terdapat beberapa surat. Leonna yakin itu dari mister Emon.

Leonna merenung di dalam kamarnya memikirkan tulisan itu. Benar adanya, yang Emon tuliskan itu benar. Tetapi kenapa Leonna merasa kalau semua itu ada sebuah puzzle dari misteri yang harus dia pecahkan sendiri.

Vino masuk ke dalam kamar Leonna, Leonna terlihat tengah melamun. Ia duduk di sisi ranjang dan mampu menyadarkan Leonna dari lamunannya. "Abang,"

"Kamu sudah makan?" Tanya Vino yang di angguki Leonna.

"Princes, Abang ingin menanyakan sesuatu padamu." Leonna tampak mengernyit mendengar ucapan Vino, apa yang ingin Vino katakan padanya? "Leonna, Chella memberitahu Abang kalau antara Abang dan kamu-,"

Vino menghentikan ucapannya. Vino seakan bingung mau mulai berbicara dari mana, dia takut menyinggung Leonna. "Aku tau Abang mau mengatakan apa. Abang-" Leonna meraih tangan Vino dan mengusapnya perlahan. "Abang tidak bersalah, abang tidak menyakiti Leonna. Leonna yang salah, aku juga yang mengkhianati kak Verrel. Saat itu Leonna masih belum memahami apa itu cinta dan apa itu kagum, kekaguman Leonna pada Abang menutup cinta Leonna pada kak Verrel. Percayalah,"

Leonna tersenyum saat mengatakannya, agar Vino tidak merasa bersalah lagi. "Sekarang semuanya sudah jelas, kita sudah tau siapa yang kita cintai masing-masing. Sekarang Abang berbahagialah dengan Chella."

"Lalu kamu?"

"Aku?" Leonna terkekeh seakan perkataan Vino itu terdengar sangat lucu. "Aku memiliki dia," ia mengusap perutnya. "Ini kenangan kak Verrel yang tersisa, dan Leonna akan sangat bahagia hanya dengan menghabiskan waktuku dengannya."

"Abang tetap harus minta maaf, karena membuatmu terluka, dulu."

"Sudahlah Abang, jangan jadi mellow." kekehnya. "Pokoknya sekarang abang harus berjanji padaku untuk membahagiakan Chella."

"Akan Abang usahakan."

"Janji?" Leonna mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji," Vino menautkan jari kelingking mereka membuat keduanya terkekeh. "Setelah Abang menikah, pasti Leonna akan sangat merindukan abang."

Leonna memeluk tubuh Vino. "Abang tidak akan membuatmu tersiksa karena merindukan Abang." Leonna terkekeh mendengar penuturan Vino barusan.



Acara pertunanganpun terjadi, Dhika memaksa Leonna untuk ikut menghadiri pertunangan Verrel dan Caren. Walau berkali-kali Leonna menolaknya tetapi Dhika memaksanya.

Hingga akhirnya merekapun sampai di tempat pertunangan Verrel dan Caren. Tak banyak tamu yang datang, acarapun tak terlihat mewah. Mungkin karena status Verrel yang belum benar-benar bercerai dengan Leonna. Leonna duduk dengan kesalnya di pinggir ruangan bersama kedua orangtuanya, Leon, Adrian, Vino dan Chella.

Di depan sana, Verrel terlihat tampan dengan tuxedo hitamnya. Wajah Leonna terus di tekuk dan tidak ingin melihat kemanapun. Hatinya hancur, melihat Verrel. Dan bagaimana mungkin sang papa tega memaksanya untuk ikut hadir ke acara menyakitkan ini.

Leonna sungguh merasa risih, bahkan dia memakai baju asal Karena tidak ingin datang kesini. Tetapi kedua orangtuanya malah terlihat excited untuk datang ke acara ini. Carenpun sudah hadir dan kini berdiri di samping Verrel dengan sangat cantik. Leonna terus menggerutu dan menahan tangisnya karena tidak ingin memperlihatkan betapa hancur dirinya saat ini. 'Mungkin sekarang saatnya aku merelakan Kakak. Kamu harus kuat Leonna, masih ada debay yang akan menemani kamu sampai nanti. Kenangan dari kak Verrel yang akan selalu menjadi milikmu.'

Seseorang membuka acara pertunangan ini, dan sekarang masuk ke acara pertukaran cincin. Verrel dan Caren saling berhadapan satu sama lain, Caren terlihat tersenyum bahagia menatap Verrel. Verrelpun tersenyum dan matanya meneliti semua keluarga Caren yang datang. Martinpun terlihat hadir,

Verrel mengambil cincin dan menyematkannya di jari manis Caren membuat semuanya bertepuk tangan. 'Aku tidak sanggup lagi tuhan, mereka terlihat bahagia. Dan aku begitu terluka disini, kenapa harus seperti ini? Saat cinta datang, kenapa Lukapun harus di bawanya. Apa ini karma untuknya? Tapi apa separah ini kesalahannya dimasa lalu?'

Leonna menitikkan air matanya karena tak sanggup lagi, dia beranjak pergi tetapi di tahan Dhika. "Sebentar lagi,"

"Papa, Leonna tidak sanggup lagi." Isaknya.

"Sebentar lagi Princes,"

Dan seketika beberapa orang polisi datang menyerbu acara itu saat Caren tengah mengambil cincin untuk di sematkan ke jari manis Verrel. "Ada apa ini?"

Mr. Wilson, ayah dari Caren bersuara saat polisi itu masuk ke dalam. Membuat beberapa orang disana bingung dan kaget. "Kami membawa surat penangkapan." Ucapnya dengan lantang. "Bapak Oktavio Adelio Mahya."

Deg



Siguiente capítulo