webnovel

26. Mencintainya...

Vino tengah duduk di taman belakang bersama anjing kesayangannya. Bayangannya menerawang ke kejadian kemarin. Dimana dia berbicara dengan Dhika berdua, kata-kata Dhika maupun Thalita memohok hatinya. Vino tak menyangka akan membuat orangtua yang begitu Vino sayangin kecewa begitu besarr padanya.

Apa yang telah Vino lakukan?

Vino bahkan meruntuki dirinya sendiri karena kebodohannya. Bisa-bisanya Vino mengambil tindakan tanpa berpikir dulu dengan matang, dan itu sedikit membuat kedua orangtuanya menjadi canggung. Papanya Farel kembali tak banyak berbicara, dia seakan malu untuk berbicara dengan Dhika dan Daniel. 'Kau bodoh, Vino. Sangat bodoh !! dimana akal sehatmu sebenarnya???'

'Kau mengatakan mencintai Chella, tetapi kenapa kau menipu hatimu sendiri dengan mengatakan kalau kau mencintai Leonna. Lihatlah sekarang, inilah ulah sikapmu yang tak bisa tegas. Bahkan karena sikapmu yang seperti ini, kau kehilangan cinta sejadimu... kau membuat Chella menjauh darimu. Sekarang apalagi? Ayahmu mengatakan dia sangat kecewa padamu, begitu Bunda Lita. Bahkan Bunda mengatakan kalau dia tak menyangka putra sulungnya bertingkah ceroboh tanpa menimbang-nimbang dulu.'

Perang batin di diri Vino, membuatnya semakin tersayat dan sesak. Vinopun mengingat kemarahan Farel kemarin. Farel benar-benar marah padanya. Setelah 17 tahun berlalu, Farel tak pernah memarahinya lagi ataupun memukulnya. Farel benar-benar ingin berubah, tetapi kemarin. Vino berhasil membangkitkan iblis yang bersemayam di diri Farel terbangun. Ia melihat handphonenya yang berdering, Vino sudah terlalu lama mengambil cuti dari pekerjaannya. Iapun beranjak untuk ke kamarnya tetapi entah kenapa sebelum itu dia ingin sekali menghubungi Chella.

Vino menunggu Chella menjawab telfonnya tetapi tak kunjung ada jawaban. Hanya ada suara Chella yang memintanya meninggalkan pesan. "Hai Chell, entah darimana aku harus mengatakannya. Saat ini keadaanku sedang tak baik-baik saja, aku merindukanmu Chell. Aku tau kamu menghindariku karena Leonna, tapi satu hal yang perlu kamu tau. Aku sangat mencintaimu, aku mengatakan apa yang aku rasakan. Tak perduli walaupun kamu tak pernah menganggapnya." Ucap Vino setelah itu mematikan telponnya dan beranjak pergi menuju kamarnya untuk pergi bekerja.



Leonna baru saja sampai di kampus dengan wajah yang muram, Verrelnya dekat tetapi Leonna merasa Verrel begitu jauh.

Dulu? Tatapan matanya selalu lembut, bahkan terasa teduh dan menyejukkan hati Leonna.

Tetapi sekarang? Kelembutan itu hilang, hilang entah kemana. Yang ada hanya tatapan datar dan dinginnya.

Sesekali Leonna mengusap air matanya yang begitu saja jatuh membasahi pelupuk matanya. Leonna duduk di kursi taman kampus dekat Fakultas kedokteran.

'Kenapa aku begitu bodoh, aku menyia-nyiakan kebaikan kak Verrel dan sekarang setelah dia kecewa padaku. Aku malah menginginkannya kembali? Kenapa harus ada yang namanya penyesalan? Bahkan aku belum mengatakan kalau aku mencintainya' batin Leonna.

Bahkan semalam, Verrel memilih tidur di kamar tamu meninggalkan Leonna sendirian. Verrel benar-benar menghindarinya. Masihkah ada maaf untuk Leonna?

Apakan kesempatan itu masih ada?

Ataukah ini akhir dari segalanya,,

'Apapun yang kak Verrel lakukan, aku tetap akan disini bertahan. Sejauh apapun dia melangkah dan menghindariku, aku akan tetap disini dan berjuang mendapatkan cintanya. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan juga kak Verrel. Kalau aku akan tetap bersamanya walaupun badai menerjang. Aku akan menjadi istri yang baik untuknya, menjaga kesetiaan dan kehormatanku,' batin Leonna kembali menangis.

Dadanya terasa sangat sesak seakan terhimpit beban yang sangat berat. Untuk bernafaspun rasanya Leonna tak mampu.

Khem ... Leonna menengok ke sampingnya dimana seseorang berdiri menjulang. Leonna langsung berdiri dan memeluknya dan menangis sejadi-jadinya.

"Mama sudah cerita semuanya," ucap pria itu yang tak lain adalah kembaran Leonna. Leon mampu merasakan sakit yang dirasakan Leonna. "menangislah," mengusap kepala Leonna dengan lembut.

"Gue mencintainya, Le. Gue mencintai kak Verrel, dan bodohnya gue baru menyadari itu sekarang." isak Leonna sejadi-jadinya.

"Kenapa loe gak bilang kalau pria itu adalah abang Vino?" Tanya Leon.

"Gue takut, gue takut mengatakannya apalagi sampai papa tau." isak Leonna.

"Sekarang semuanya menjadi rumit, Leonna. Papa terlihat sangat kecewa sama loe."

"Gue tau, gue tau gue salah,, hikz...hikz..." isak Leonna.

"Gue disini, gue akan ada buat loe. Gue akan selalu dukung apapun keputusan loe." ucap Leon

"Le" Leonna melepas pelukannya dan menatap Leonard dengan seksama.

"hm"

"A-apa menurut loe, kak Verrel juga mencintai gue?" Tanya Leonna.

"Maybe," jawab Leon. "berjuanglah untuk dapatkan hati suami loe. Gue tau loe wanita yang tak pantang menyerah." ucap Leon.

"Loe bener, Le. Gue terlalu lemah karena hanya dengan perubahan sikap kak Verrel. Aku langsung ciut." ucap Leonna tersenyum.

"Jangan nangis lagi yah, loe tau kan gue akan ikut sakit lihat loe nangis." Leon menghapus air mata Leonna membuat Leonna tersenyum senang dan memeluk tubuh Leon kembali.



Verrel saat ini tengah berada di ruang kerja yang ada di rumah orangtuanya. Ia belum di perbolehkan masuk kerja, ia menatap amplop coklat di hadapannya.

Itu adalah surat perceraiannya dengan Leonna, Verrel masih menatapnya dalam diam dan tangannya mengepal kuat mencengkram pen yang dia pegang. 'apa ini benar?' batin Verrel menatap kertas itu.

'Bukankah cinta tak harus saling memiliki, bukankah cinta bukan sebuah obsesi? Melepaskannya bukan berarti kehilangannya, tetapi melepaskannya untuk membuat dia bahagia bersama orang yang dia cintai. Bukankah cinta itu memang menyakitkan???' batin Verrel.

'Apa harus seperti ini Verrel? Tidakkah ini terkesan kejam. Kau mengambil keputusan tanpa merundingkan dulu dengan Leonna? Bagaimana kalau dia ingin bertahan denganmu?'

Perang batin Verrel membuat Verrel semakin mencengkram pena nya. "kenapa sulit sekali," karena mencengkram terlalu kuat, membuat Pen yang dia genggam patah dan hancur seperti ranting pohon yang kering.

Tok tok tok .. Verrel menengok ke arah pintu dimana Daniel berdiri. "Apa ayah bisa bicara denganmu?" Tanya Daniel.

"Masuklah" ucap Verrel.

Daniel duduk di hadapan Verrel yang hanya terhalang meja kerja Verrel. Daniel melirik kertas putih di hadapannya, Surat Gugatan Cerai....

Daniel mengalihkan pandangannya ke wajah Verrel yang menatap kosong kedepan. "apa kau yakin dengan keputusanmu?" pertanyaan Daniel membuat Verrel menengok ke arahnya. "Tidakkah kamu melihat dulu perjuangan Leonna."

"Perjuangan apa lagi? Semuanya sudah jelas, dia mencintai pria lain. Lalu untuk apa pernikahan ini di pertahankan." ucap Verrel.

"Tapi kamu juga mencintainya, Bukan."

"Aku memang mencintainya, tapi apa gunanya? Cintaku tak membuatnya bahagia, aku menceraikannya bukan karena aku membencinya tetapi karena aku mencintainya. Aku ingin melepaskannya, aku ingin membebaskannya dari status ini. Agar dia bisa bebas bersama pria yang dia cintai." ucap Verrel.

"Kamu salah," ucap Daniel. "ayah tidak tau apa ini benar atau tidak. Tapi terkadang keputusan saat sedang emosi tak akan menyelesaikan masalah." Daniel memberi jeda dalam ucapannya dan kembali menatap putra semata wayangnya. " Leonna mencintai kamu, Rel."

Verrel tersentak kaget mendengar ucapan Daniel hingga tatapan matanya beradu dengan milik Daniel. Verrel seakan mencari kebohongan dari perkataan ayahnya tetapi semuanya nihil. Ayahnya tak berbohong. "jangan menghiburku," Verrel langsung tertawa miris. "apa aku semenyedihkan itu, sampai ayah ingin menghiburku."

"Ayah berkata yang sesungguhnya. Kalau saja saat itu Ayah tidak mendengar kata-kata Leonna. Mungkin sekarang ayah akan mendukungmu menceraikannya." sekali lagi Verrel terkekeh kecil karena merasa mustahil. "dia menangis di depan tubuhmu, dia mengatakan kalau dia sangat mencintaimu. Dia baru menyadari kalau cintanya pada Vino hanya fatamorgana semata, dia hanya kagum pada sosok Vino bukan cinta. Dia bahkan membuat janji denganmu, dia berjanji akan mencintaimu setulus hatinya dan menjaga kesetiaannya." jelas Daniel tetapi Verrel masih tak menunjukkan ekspresi apapun. Daniel tak mampu membaca ekspresi Verrel.

"Aku akan menandatangani surat ini." ucap Verrel mengambil pen yang lain dan hendak menandatangani itu tetapi di tahan oleh Daniel.

"Bukan maksud Ayah mencampuri kehidupan rumah tanggamu, tetapi sekali saja. Sekali saja, Rel. beri Leonna kesempatan untuk membuktikan kata-katanya. Kamu lihatlah perjuangannya agar kamu bisa percaya dengan semua perkataan ayah."



Leonna baru saja pulang dari kampusnya dan masuk ke dalam kamarnya. Leonna tak menemukan Verrel di dalam kamar. Leonna bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

30 menit, Leonna keluar dari kamar mandi dengan mencepol rambutnya sehabis mandi. Dan saat itu juga dia melihat Verrel tengah berdiri menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Kakak darimana?" Tanya Leonna dengan senyumannya. "bagaimana luka di tangannya? Masih sakit, aku bantu ganti perbannya yah." ucap Leonna berjalan menuju kotak obat.

"Aku sudah menggantinya," ucapan Verrel menghentikan langkah Leonna.

"Kakak butuh apa? Mau makan? Aku akan masakin untuk Kakak, atau Kakak butuh yang lain?" Tanya Leonna.

"Aku tidak butuh apa-apa, aku ingin bicara denganmu." ucap Verrel dengan nada serius membuat Leonna menelan salivanya sendiri.

"A-ada apa?" Tanya Leonna lirih.

Jantungnya berdetak sangat cepat, firasatnya tak enak. Melihat tatapan Verrel, Leonna menjadi takut. Bukan takut karena Verrel akan memarahinya tetapi Leonna takut kata-kata yang mengskak matnya. Leonna meremas tangannya sendiri karena gugup dan takut bercampur.

"Duduklah," ucap Verrel berjalan lebih dulu menuju sofa diikuti oleh Leonna dan Leonna duduk disana. "aku tidak ingin berbasa basi." ucap Verrel semakin membuat Leonna tegang. Bahkan salivanya sendiri terasa sangat pahit saat ini.

"aku akan melepaskanmu,"

Deg.... Jantung Leonna terasa di cabut paksa dari tempatnya, ia merasa tubuhnya membeku. Bahkan lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sesuatu. Hanya matanya yang terasa panas, Leonna tau sebentar lagi air matanya akan luruh.

"Sesuai yang kamu inginkan, aku tidak akan mengharapkan apapun dari kamu. Ini yang terbaik untuk kita, aku akan melepaskanmu dari hubungan ini. Jadi setelah ini kau bisa bersama pria yang kamu cintai." ucap Verrel membuat air mata Leonna luruh membasahi pipi. Tidak adakah kesempatan untuknya memperbaiki semuanya...??

"K-kak, a-aku,," Leonna kesulitan untuk berbicara, tenggorokannya terasa tersumbat sesuatu yang tajam dan berduri. Hanya air mata yang tak berhenti luruh membasahi pipinya.

Verrel segera memalingkan pandangannya ke arah lain. 'Tidak Rel, jangan kembali lemah. Jangan kembali lemah hanya karena melihat air matanya.' Batin Verrel. "aku akan urus perceraian kita," ucap Verrel beranjak untuk meninggalkan Leonna.

Deg .... Langkah Verrel terhenti saat sepasang tangan mungil memeluk tubuhnya dari belakang. Tubuh Verrel menegang mendengar isakan Leonna yang menempel di punggungnya yang tegap.

"Maaf" hanya itu yang mampu Leonna ucapkan, Leonna tak bisa berkata apapun. Lidahnya sangat kelu, Leonna hanya mampu meluapkan lewat isakannya.

Sakit...??? Yah itulah yang Verrel rasakan saat ini, sakit melihat wanitanya menangis seperti ini. Tetapi disisi lain, Verrel bingung dan dilemma. Apa yang harus dia lakukan, apa keputusannya salah.

Jangan Menyentuhku! aku membencimu kak, aku pikir kamu bisa menjadi temanku. Tetapi aku salah. Kamu sama saja dengan lelaki mata keranjang diluaran sana yang memanfaatkan situasi !!

Kakak pikir, setelah ini Leonna akan luluh dan mencintai kakak?? Tidak !! Leonna tidak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun juga, tidak akan pernah !! dengar itu kak, jangan berharap apapun dariku....

Statusku boleh sebagai istrimu, kamu mengambil harta berhargaku. Aku akan merelakannya karena kamu suami sahku. Tetapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku....

Seketika kata-kata itu terngiang di benak Verrel. Membuatnya perlahan melepaskan pelukan Leonna dan tanpa berbalik lagi langsung melangkah keluar kamar. "hikz...hikz..." tubuh Leonna luruh ke lantai setelah kepergian Verrel,

Sakit...

Pedih...

Itu yang Leonna rasakan, Leonna merasakan sakitnya tidak di anggap dan di tolak. Leonna merasakan sakitnya tak di anggap. "hikzz....hikz...hikz...." isak Leonna sejadi-jadinya memeluk kedua lututnya. 'Kenapa tuhan???' Jerit Leonna.

Aku akan melepaskanmu....

Aku akan melepaskanmu....

Leonna semakin menangis sejadi-jadinya. Kenapa dia tak pernah bisa menggapai cintanya, kenapa dia selalu di tolak.

Kenapa???? Hanya itu yang ada di benak Leonna saat ini...



Siguiente capítulo