webnovel

23. Bukan Aku...

Leonna baru saja sampai di sebuah restaurant malam itu, Datan menghubunginya untuk mengajaknya bertemu dan urgent katanya.

Leonna celingak celinguk mencari sosok kunyuk Datan. "si kunyuk mana sih" gumam Leonna mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Datan, tetapi nomornya tidak aktiv.

"maaf nona" sapa seorang waiters membuat Leonna menengok dan tersenyum kearahnya. "apa anda, salah satu tamunya pak Datan" ucapnya dan Leonna mengangguk.

"silahkan, saya akan mengantar anda ke tempat yang sudah di pesan pak Datan" ucap waiters itu dan mengantar Leonna ke tempat yang di maksud.

Leonna berjalan mendekati meja itu dan sedikit mengernyit saat melihat sosok pria yang duduk membelakanginya disana.

Khem

Deheman Leonna menyadarkannya dan menengok ke arah Leonna, membuat keduanya membelalak lebar.

"De" gumam Verrel,

Yap, pria itu adalah Verrel yang sudah Datan rencanakan untuk membuat mereka berdua menjalankan dinner party yang romantis,

"sedang apa kakak disini?" Tanya Leonna mengernyitkan dahinya bingung dan sedikit tak suka.

Verrel berdiri dari duduknya hingga berhadapan dengan Leonna. "kamu juga di undang Datan?" Tanya Verrel

'sialan !! ini pekerjaannya si kunyuk Datan' batin Leonna

"aku mau pulang" Leonna beranjak tetapi Verrel lebih dulu menahan lengannya membuat Leonna langsung menepisnya.

Verrel sadar, Leonna masih marah padanya.

"setidaknya kita bisa makan dulu sebelum pulang" ucap Verrel

"aku tidak mau,, kakak makan malam saja dengan wanita angel itu" pekik Leonna kesal

"wanita Angel?" Verrel mengernyitkan dahinya bingung.

"jangan pura-pura tak tau" ucap Leonna masih jutek

"siapa yang kamu maksud Angel, De?" Tanya Verrel benar-benar bingung.

"maksudku itu Kere,, ehh siapa sih" gumam Leonna sebal membuat Verrel menggulum senyumnya saat sadar Leonna kesal karena Caren

"Caren" ucap Verrel

"iya siapalah itu, mau kere, mau angel. Aku tidak perduli" ucap Leonna makin kesal dan hendak beranjak tetapi di tahan Verrel.

"tapi aku ingin makan malam bersama istriku"

Deg

Leonna mengerjapkan matanya berkali-kali, apa yang Verrel maksud.

Istriku...

Mendengar kata itu, berhasil membuat pipi Leonna memanas. Bahkan Leonna tak tau apa yang membuatnya seperti itu.

"oke, tapi lepaskan tanganku. Aku sudah bilangkan jangan pernah menyentuhku" ucap Leonna

"oke" Verrel melepaskan pegangannya dan menarik kursi untuk Leonna duduk.

Leonna duduk disana dan Verrel mengikutinya. Tak lama tiga orang waiters datang dan menyuguhkan beberapa menu makanan dan hampir semuanya berbentuk love, dan sepucuk bunga mawar merah.

'apa yang Datan lakukan' batin Verrel, masih menatap Leonna yang terlihat acuh padanya.

Leonna menyantap makanannya dalam diam, begitupun Verrel.

Tak lama, terdengar iringan biola dan piano yang memutar music romantis membuat Verrel dan Leonna tersedak makanannya sendiri. Dan di luar jendela restaurant terlihat kembang api yang menyala indah.

'so damn it, si kunyuk Datan. Apa maksudnya ini' batin Leonna dan berusaha memalingkan wajahnya.

"sepertinya Datan sengaja menyiapkan ini" ucap Verrel yang di angguki Leonna walau masih memalingkan wajahnya. Karena kesal masalah Angel itu dan karena malam pertamanya.

"apa kamu masih marah sama kakak?" Tanya Verrel lagi

"tidak" jawab Leonna sinis.

Tak ada yang mengeluarkan suara lagi setelah itu, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Leonna sesekali menghubungi seseorang.

"kenapa tidak aktif terus" gumam Leonna terlihat sedih

"apa ada masalah?" Tanya Verrel

"aku mau pulang, sekarang" ucap Leonna beranjak pergi dan Verrel mengikutinya dari belakang.

Saat sampai di luar restaurant, ternyata hujan deras sekali dan ada petir juga.

"Aaaaaaa" teriak Leonna spontan memeluk Verrel saat suara petir itu menyambar membuat Leonna ketakutan.

Verrel melepaskan jas miliknya dan memasangkannya di tubuh dan kepala Leonna membuat Leonna menengadahkan kepalanya menatap Verrel.

"kita harus segera pulang," ucap Verrel

"jangan melepaskanku, aku takut" isak Leonna dan Verrel dengan lembut memeluk tubuh Leonna.

"aku ada disini, tenanglah" ucap Verrel menghapus air mata Leonna dan membawanya menerobos hujan menuju mobilnya yang terparkir disana.

Verrel sudah duduk di kursi setir dan seketika Leonna kembali memeluk lengan Verrel dan menyandarkan kepalanya di pundak Verrel. "aku takut kak" isak Leonna

"tenang yah, kita akan pulang sekarang" Verrel terpaksa menyetir dengan sebelah tangannya karena sebelah lagi dia merengkuh pundak Leonna dan mengusap lengannya dengan lembut.

Sesampainya di rumah, Verrel menggendong Leonna yang terlelap di gendongannya. Verrel membawanya ke kamar mereka dan merebahkan tubuh Leonna disana.

Verrel melepaskan sepatu Leonna dan menyelimuti tubuh Leonna, tak lupa kecupan singkat Verrel berikan di kening Leonna.

Malampun berlalu hingga tengah malam, Verrel mendengar Leonna terisak dan menyebut nama mama dan papanya. Verrel terbangun dari tidurnya dan melihat kearah Leonna yang menangis dengan memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya.

"De" panggil Verrel membuat Leonna menengadahkan kepalanya dan wajahnya terlihat sangat sendu, beberapa helai rambut menempel di wajahnya yang basah dan merah.

"kak, aku kangen mama dan papa" isak Leonna sejadi-jadinya.

Verrel duduk di sisi ranjang, dan menyentuh kening Leonna yang terasa panas. "badan kamu panas, De" ucap Verrel

"aku ingin ketemu papa" isak Leonna dan Verrel tak tega melihatnya.

"kita pergi ke Spanyol besok pagi" ucap Verrel membuat Leonna terpekik kaget.

"ka-" ucapan Leonna tertahan

"bukankah kamu ingin bertemu mama dan papamu" ucap Verrel dan Leonna tersenyum senang.

***

Entah bagaimana Verrel melakukannya, saat ini Verrel dan Leonna sudah sampai di Spanyol dan mereka baru saja sampai di rumah milik Keluarga Winstone.

Leonna dengan riangnya berlari menuju kedalam rumah, dan Verrel mengikutinya dari belakang.

"mamaaaaaa....papaaaaa" teriak Leonna dan serempak beberapa orang menengok kearahnya.

"Leonna" gumam Thalita kaget.

"papaaaa" Leonna sudah menangis dan berlari menerjang sang papa yang baru saja keluar dari dalam ruangan lain bersama Farel dan Daniel.

"princes papa kok ada disini" Tanya Dhika membelai punggung Leonna

"selamat siang semuanya" sapa Verrel dengan senyumannya membuat semuanya menengok ke arah Verrel. Verrel menyalami semuanya dan memeluk sang ayah, Daniel.

"papa kenapa lama, Leonna kangenn,,hikzzz" isak Leonna membuat Dhika terkekeh

"kamu sudah punya suami juga masih saja cengeng" ledek Dhika

Vino dan Verrel bertatapan dengan tatapan tajam, tatapan yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua. Baik Vino maupun Verrel tak ada yang ingin menyapa satu sama lain.

"kenapa papa dan mama lama sekali" ucap Leonna

"keperluan kami belum selesai sayang" ucap Lita

"mama" dengan manja Leonna memeluk Thalita dengan sayang. "mama,, bunda sudah menceritakan kisah mama dan papa. Leonna tidak menyangka pengorbanan mama sebesar itu" isak Leonna di pelukan Thalita.

"mama melakukannya hanya untuk kebahagiaan orang yang mama cintai sayang" ucap Thalita mengelus lembut kepala Leonna.

Setelah tenang, Leonna memeluk Farel dan juga Claudya tak tertinggal Daniel juga.

"abanggg Vinooo" teriak Leonna antusias dan memeluk Vino, seketika Verrel memalingkan wajahnya untuk tak melihat adegan menyakitkan itu.

Semua yang ada disana hanya tersenyum melihat adegan itu, karena yang mereka tau Leonna dan Vino adalah adik kakak yang saling menyayangi. Berbeda dengan Verrel yang mengetahui segalanya.

"kalian kan baru datang, lebih baik istirahat dulu" ucap Claudya.

"benar, istirahat dulu sayang. Mama akan siapkan makan siang untuk kita semua" ucap Thalita dan Leonna melepaskan pelukannya.

"iya ma" jawab Leonna, baru saja dua langkah tubuhnya sudah oleng dan di tahan oleh Vino.

"Leonna" pekik semuanya saat melihat tubuh Leonna ambruk tak sadarkan diri.

Vino memangku tubuh Leonna dan membawanya ke kamar tamu diikuti yang lainnya, Dhika langsung memeriksa kondisi Leonna.

"bagaimana?" Tanya Lita

"dia terlihat kecapean, dia butuh istirahat" ucap Dhika

"dari kemarin badannya sudah demam pah, tapi setiap aku ajak ke dokter dia nolak terus dan hanya ingin ketemu kalian" jelas Verrel

"sepertinya Leonna terserang penyakit malarindu" kekeh Claudya

"Verrel temani Leonna, sekalian kamu istirahat juga" ucap Dhika. "papa sama ayah dan om Farel harus ke pengadilan" ucap Dhika yang di angguki Verrel.

Semuanya berlalu pergi, Verrel duduk di sisi ranjang dekat Leonna. Di usapnya kepala Leonna dan di genggamnya tangan kecil Leonna.

"cepatlah sembuh" ucap Verrel yang tak menyadari kalau Vino masih berdiri disana.

Vino berlalu pergi dengan perasaan yang berkecamuk. Verrel masih menemani Leonna dengan setianya.

***

Sore itu, Verrel baru saja kembali membeli obat untuk Leonna dari apotik bersama Thalita. Saat hendak memasuki kamar, langkah Verrel terhenti saat melihat Vino duduk didalam sana dengan Leonna yang sudah sadar dan tengah duduk berhadapan dengan Vino.

"maafkan abang" ucap Vino

"abang tidak perlu meminta maaf sama Leonna, bukankah cinta itu tak bisa dipaksakan" ucap Leonna

"abang mencintaimu, Leonna. Sungguh"

Deg

Verrel mematung di ambang pintu dengan tatapan sendunya. Vino dan Leonna kini tengah berpelukan, bahkan senyuman indah terlukis indah di bibir pucat Leonna.

"terima kasih bang, aku sangat bahagia mendengarnya" Leonna terlihat tersenyum bahagia. Keduanya saling bertatapan cukup lama dengan senyuman yang terukir indah di bibir mereka.

Perlahan Vino mendekatkan wajahnya ke wajah Leonna. Mereka berciuman di depan Verrel.

Verrel segera memalingkan wajahnya sendiri dan menyimpan obat di atas meja yang ada disana. Verrel beranjak pergi meninggalkan rumah keluarga Winstone dengan hati yang hancur dan gundah.

Verrel menaiki sebuah taxi dan tak lama taxi itu berhenti di sebuah pantai. Verrel berjalan sendiri menyusuri pantai di tengah hembusan angin yang menerpa wajahnya. Hatinya sudah hancur berkeping-keping.

Bukan hanya cintanya yang bertepuk sebelah tangan, tetapi juga kedudukannya sebagai kepala keluarga yang di anggap lalay menurut agama karena membiarkan istri sendiri berselingkuh.

"aku harus mengakhiri semua sandiwara ini" gumam Verrel.

Verrel mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang.

"siapkan surat gugatan cerai yang ditujukan untuk Leonna Fidelia Adinata" ucap Verrel pada seseorang di sebrang sana

"....."

"jangan banyak bertanya, siapkan saja. Setelah aku kembali ke Indonesia. Aku akan mengambilnya" tambah Verrel

"....."

"thanks" Verrel mematikan Telponnya dan mengusap wajahnya gusar.

"Aaaargghhhhh !!!" teriak Verrel karena merasa sangat sakit.

Verrel harusnya sadar kalau semua ini akan segera berakhir, sampai kapanpun juga cintanya tak akan pernah kembali.

"aku sudah salah besar, aku salah mengartikan segalanya. Aku pikir dia akan bisa menerimaku, ternyata aku salah besar. Bukan aku yang dia harapkan, bukan aku" gumam Verrel.

Matanya memerah menahan air mata, hatinya hancur berkeping-keping. Setidaknya hargailah dia sebagai suami Leonna walaupun Leonna tak mencintainya.

"aku akan melepaskannya, aku tak akan menjadi penghalang bagi mereka berdua" gumam Verrel dengan mantap.

***

Leonna dan Vino pergi berkencan secara diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya. Leonna sangat bahagia walau tida sebahagia yang dia harapkan. Bahkan ciuman Vino tak berarti apapun padanya.

Vino mengajak Leonna ke sebuah tempat hiburan mirip festival malam yang di adakan di dekat pantai. Mereka layaknya pasangan kekasih yang baru saja jadian.

Bukankah aku memang baru saja jadian dengan abang Vino... batin Leonna

"ayo ke sana abang" ajak Leonna menarik Vino.

"pakai jaketnya, kamu masih sakit" ucap Vino karena Leonna ingin melepaskan jaket yang dia pakai.

Leonna dan Vino menaiki beberapa permainan yang tersedia disana. Canda dan tawa menemani mereka berdua. Leonna bahkan tak sadarnya dirinya sedang sakit. Dia terlihat sangat aktif dan bahagia, dan itu membuat Vino merasa senang melihatnya.

Hingga semakin larut, Vino dan Leonna di begal oleh 5 orang pria berbadan besar dan sedang mabuk. Mereka menginginkan harta milik Vino dan Leonna, karena Vino menolak. Merekapun menyerang Vino, Vino masih bisa menghadapi mereka tetapi seketika tubuhnya ambruk saat di antara mereka memukul Vino dengan kayu balok.

"ya tuhan bagaimana ini" Leonna sangat ketakutan dan bingung, bahkan di daerah sini tak ada orang yang melewat. "kak Verrel" Leonna segera menghubungi Verrel, dan tak lama Verrel mengangkat Telponnya.

"kak,,, tolonggg,,hikzzzzz..." isak Leonna

"....."

"a-aku di sisi pantai, tolong aku kak. Aku sangat takut,,,hikzzz" isak Leonna dan seseorang menarik lengan Leonna membuat Leonna terpekik kaget saat salah satu dari mereka menarik Leonna dengan paksa. Vino terlihat kewalahan melawan mereka semua dan ingin menolong Leonna.

Tubuh Leonna di seret oleh tiga orang pria kearah lain yang lebih sepi...

"abanggg,,, tolongggg" teriak Leonna menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya yang memang sedang sakit tak mampu berontak.

Vino sekuat tenaga melawan mereka untuk menolong Leonna, Vino tak akan membiarkan apa yang menimpa Jen kembali menimpa Leonna.

"Kakak,,, tolonggg" spontan Leonna memanggil Verrel dan menangis sejadi-jadinya.

Tubuh Leonna di hempaskan ke atas pasir dan di tindih oleh salah satu dari mereka.

"kak Verrel tolonggg" isak Leonna sudah sangat ketakutan.

Dan tak lama, Leonna merasa sudah taka da lagi yang menindihnya. Leonna membuka matanya dan melihat Verrel berada di hadapannya. Verrel tengah memukul ketiga pria itu dengan sangat kesal.

"berani sekali kau menyentuh istriku !!!" pekik Verrel memukuli mereka.

"hahaha istri,,, kau bodoh. Bagaimana mungkin dia istrimu, sedangkan sejak tadi dia bermesraan dengan pria itu" ledek salah satu dari mereka Verrel semakin geram dan terhina.

"sudahlah, berikan saja istrimu yang murahan itu" tambah yang lain

"brengsek !!!" amuk Verrel. "berani sekali kau mengatakan hal serendah itu kepadanya" pekik Verrel

Leonna semakin terenyuh mendengar pembelaan Verrel, sedangkan yang dikatakan mereka benar adanya. Bahkan Leonna dan Vino kembali berciuman di sisi pantai. Dan Verrel,,

Leonna seketika menangis terisak mengingat kelakuannya itu....

Leonna bahkan tak menyadari kalau seseorang hendak menusuknya dari belakang.

"Delia awassss" teriak Verrel

Jleb

Leonna menengadahkan kepalanya saat tubuhnya di peluk oleh Verrel, Leonna menatap wajah Verrel yang pucat.

"kak-" ucapan Leonna tertahan.

"syukurlah kau baik-baik saja" ucap Verrel hingga akhirnya tubuhnya ambruk ke pelukan Leonna dan merosot ke bawah.

"kak Verrel,, kak !!!" jerit Leonna menangis sejadi-jadinya.

"kak Verrel bangun kak" isak Leonna, Darah mengalir deras dari punggung di dekat pundak sebelah kiri Verrel.

"kak Verrelll,,, hikzzz...hikzzz..." isak Leonna sejadi-jadinya.

"KAK VERRELLLLLLLLL...........hikzzzzzz!!!" jerit Leonna memeluk tubuh Verrel dan menangis sejadi-jadinya.

Siguiente capítulo