webnovel

10

Sopir pribadi sudah siap untuk mengantarkannya pergi ke sekolah, Naru memeluk tablet erat-erat, langkahnya teratur tak tergesa-gesa, tapi pagi itu menjadi kejutan ketika seorang laki-laki berbahasa Inggris dengan aksen yang dapat dikenali olehnya masuk melewati pintu lobi. Naru berhenti dengan wajah gembira, "Ayah," dan menyambut ayahnya dengan pelukan kerinduan. "Kapan ayah sampai?"

"Subuh tadi, dan ayah harus mampir ke tempat makan favorit begitu sampai, aku rindu Jepang," kata pria berambut pirang itu. "Kuharap kau juga begitu senang dengan kehadiran ibumu," ia mencoba mengingat-ingat, apakah segembira pagi ini ketika dia menyambut kedatangan sang ibu pulang ke rumah? "Kau tahu, dia memiliki sikap cemburu yang membuatku sendiri tidak nyaman."

"Aku menyambutnya dengan baik, mencium kedua pipi misalnya."

Seandainya ayahnya tahu apa yang terjadi—kemarin dia datang dengan merengut hingga membuat ibunya membanting majalah berisikan foto wanita itu berpose hampir menghiasi seperempat halaman. "Kau akan berangkat sekarang? Tidak bisa membolos?"

"Aku akan membolos jika ayah meminta, tapi tidak untuk hari ini."

"Kenapa? Ada acara di sekolah?"

"Akan ada festival untuk dua bulan lagi, kami sangat sibuk untuk mempersiapkan kebutuhan acara. Banyak yang harus aku tangani. Well, ayah tahu siapa aku di sekolah."

Ayahnya tersenyum, lalu mengusap kepalanya lembut. "Selamat bertugas, Prince."

"Ayah, berhenti memanggilku seperti itu, ini di Jepang!"

"Maaf, ayah lupa kalau kau agak tidak nyaman dipanggil seperti itu."

Naru mengambil pelukan sekali lagi sebelum dia meninggalkan ayahnya dan keluar dari lobi rumahnya. Masuk kemudian ke mobil pribadinya untuk menuju ke sekolah. Karena status usia yang masih di bawah umur, dia tidak boleh mengendarai mobil itu sendiri, meski sebenarnya ada izin tertentu dan serangkaian tes yang membuat Naru lulus dengan nilai sempurna dalam berkemudi.

Dalam perjalanan itu, mobilnya justru berhenti tepat di area penyeberangan di mana dia kemarin terjatuh bersama gadis aneh dan idiot itu—sebenarnya Naru tidak ingin menyebut adik temannya seperti itu, tapi dia masih teramat kesal dengan sikap gadis kurang ajar tersebut—Naru memandangi jalan penyeberangan dengan pandangan yang sulit dapat dibaca. Sang sopir yang merangkap sebagai asisten dan pengawal pribadi itu memandanginya dari spion.

"Anda tidak sedang memikirkan kejadian kemarin, 'kan?"

Naru terkesima. "Mengapa harus kuingat?"

"Barangkali saja."

Setelah itu, Naru mencermati tablet, niatnya memang ingin mengalihkan pikirannya yang kesal. Menjatuhkan pandangan pada diagram angka, dan kadang-kadang memandangi materi yang disalin olehnya ke dalam tablet. Di sela-sela itu, pemuda tersebut malah mengingat sesuatu yang makin mengusik pikirannya. "Ingatan yang bagus," katanya tiba-tiba, sehingga sang sopir menengoknya, dan merasa begitu penasaran.

"Terjadi sesuatu, Master?"

Naru terkesiap setelah itu, dia segera menghidupkan kembali tabletnya. "Aku tiba-tiba mengingat sesuatu yang aneh."

"Tentang apalagi kali ini?"

"Sesuatu yang mungkin tidak akan pernah kita pahami."

Memilih untuk tidak membalas, sang sopir kembali fokus menyetir.

Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di sekolah, berhenti di depan gerbang karena larangan mobil pribadi untuk masuk ke dalam area sekolah. "Terima kasih." Ia berkata setelah berhasil keluar dari mobilnya.

"Selamat belajar."

Bertepatan dengan itu, Naru melihat Neji berjalan masuk melewati gerbang bersama adiknya. Antara mau menyapa atau tidaknya, membuat Naruto termenung di tempatnya dengan kurung waktu yang lumayan lama—sampai anak-anak yang lain merasa begitu penasaran. Mengapa senior mereka tidak mengenakan headset kesayangannya untuk mendengarkan musik dan melihat tablet favoritnya sehingga kebiasaan untuk menubruk sesuatu hampir bisa ditertawakan oleh mereka. Pemuda itu malah tetap berdiri seperti patung.

Seorang pria berambut cokelat mendekati Naru sambil menjilati lollipop. "Apa yang kaulakukan di sini? Menunggu siapa? Aku?" Naru melirik ke samping kanan, terkejut oleh kedatangan Kiba. "Lima menit lagi bel berbunyi, kalau kau telat bakal membuat satu sekolah gempar."

"Berisik!"

Naru berjalan kembali, dan kali ini mengabaikan Kiba Inuzuka yang mengekori dirinya seperti anak anjing, dengan lollipop menggelikan di mulut pastinya, dan jaket abu-abu yang tidak pernah pemuda itu menggantinya.

Maaf, aku baru bisa update cerita.

Sudah hampir seminggu ini aku dirundung duka, kucingku satu demi satu meninggal karena virus yang mematikan dan cuaca panas, maklum anak kucing ras lebih rentang untuk terserang penyakit, dan lebih cepat tertular, aku sudah berusaha untuk pergi ke dokter hewan, dll.

Ps: BAB 11 segera dipublish.

BukiNyancreators' thoughts
Siguiente capítulo