webnovel

Mengungkap Jati Diri Asli

Fruit 22: Mengungkap Jati Diri Asli

"Urrfhhsshh!" Kenzo mendesis kesakitan. Dia saking tergesa-gesanya hingga lupa merapal mantra untuk melapisi tangannya terlebih dahulu. Benar-benar ceroboh.

"Kenzo!" Shelly berteriak melihat darah berjatuhan dari tangan Kenzo. "Cepat sini obati dulu!" panggil Shelly. Kenzo patuh dan masuk ke kamar Shelly melalui balkon.

Shelly lekas mengambil kotak P3K dan mendekat ke Kenzo yang sudah duduk di karpet, dan lekas mengurusi luka di telapak tangan sang Iblis.

Andrea termangu memandangi semua yang terjadi. Jelas-jelas ia bisa melihat pancaran sinar Khlorx yang menyerupai bentuk tipis tajam berwarna biru terarah padanya. Dalam hitungan detik lehernya bisa tersayat sinar tadi bila Kenzo tak segera menangkis untuknya.

Membayangkan kematian begitu dekat, Andrea bergidik merasakan ngeri.

Gadis tomboy itupun melihat ke tangan Kenzo meski ia malas mendekat. Cukup dari ia berdiri saja. Lagi-lagi... Kenzo sudah menyelamatkannya.

"Kok lukanya mirip dengan luka yang di lenganmu kemarin dulu, ya Ndre?" celetuk Shelly membuyarkan lamunan Andrea. Si manis lugu sudah menatap ke sahabatnya.

"Hah? Apa?" Si tomboy tampak tak fokus menjawabnya. "Lukaku?" Ia pun teringat luka sayat di lengannya yang terus terasa perih meski telah diberi obat sekalipun. Bahkan terkadang luka itu bisa membuka sendiri meski ia tidak beraktifitas berlebihan.

Refleks, Andrea segera menoleh ke salah satu lengannya dan membuka lengan kaosnya untuk melihat bagaimana sekarang kondisi lukanya. Ternyata sudah mulai membaik setelah beberapa hari ini diobati.

Benarkah seperti apa yang dikatakan Shelly? Bahwa luka pada lengan Andrea mirip dengan luka di tangan Kenzo?

Kalau benar demikian, bukankah itu berarti luka itu disebabkan oleh orang yang sama?

Pria tadi?

"Iya! Ini bentuk lukanya persis luka kamu beberapa waktu lalu. Sekarang sudah tidak kumat lagi, kan Ndre?" Shelly mendongakkan kepala, berhenti sejenak dari membebatkan perban ke telapak tangan Kenzo.

Andrea tampak linglung. "Ohh... iya kali," sahut Andrea asal-asalan. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, apakah makhluk tadi yang selama ini membuat luka pada lengan Andrea waktu itu? Bukankah dia sering berasumsi bahwa lukanya ada hubungannya dengan Dante?

Lalu... apakah lelaki tadi sungguh Dante? Andrea terus saja memikirkan hal itu, berusaha menggabungkan fakta demi fakta, kecurigaan demi kecurigaan.

"Memang itu tadi yang menyerang lengan Tuan Putri tadinya, kok," timpal Kenzo sambil menatap ke gadis tomboy yang masih tetap berdiri dengan wajah sedikit linglung dan seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Benarkah, Ken?!" Mata Shelly membulat tak percaya, juga kaget. "Kenapa? Dan makhluk apa dia tadi?"

"Dia ingin membunuh Tuan Putri Andrea. Dan dia berjenis Nephilim. Ouchh! Aahh~" jawab Kenzo diselingi aduhan ketika Shelly memplester perban itu dan agak menyentuh lukanya.

"Ehh aduh, maaf." Shelly buru-buru minta maaf. "Kenapa dia ingin membunuh Andrea? Apa salah Andre?" Shelly sambil mengemasi alat-alat mediknya dan memasukkan ke kotak P3K untuk di simpan kembali di lemari kaca dekat meja belajar.

"Karena dia ingin kembali ke Surga. Itu yang aku tau," sahut Kenzo sambil memandangi tangannya yang sudah diperban. Kemudian dia mulai mengamati tangannya sendiri sambil menggerak-gerakkan jarinya, menggenggam dan melepaskan, dan sesekali meringis kesakitan.

"Kembali ke Surga?" Andrea dan Shelly mengucap hampir bersamaan.

Kali ini, Andrea pun sudi duduk di dekat Kenzo, lalu diikuti Shelly yang mendampinginya. "Apa dia Malaikat? Kok ada kaitan ama Surga?" tanya Shelly begitu sudah duduk. Wajahnya terlihat serius dan pancaran sinar matanya tampak antusias ingin mengetahui apapun dari Kenzo.

"Dia disebut Nephilim, anak dari Malaikat dan manusia," jawab Kenzo sembari menatap Andrea dan Shelly bergantian.

"Anak dari Malaikat... dan manusia..." Andrea mengulang kalimat Kenzo dengan nada pelan seperti ragu. "Maksud lu... Malaikat kawin ama manusia biasa, getoh?" Nada bicara Andrea kembali seperti biasa lagi. Kenzo mengangguk seraya pasang senyum lebar.

"Memang ada begituan di dunia ini, Ken?" Shelly masih membelalak takjub, juga tak percaya. Lagi-lagi Kenzo mengangguk, namun tanpa senyuman.

"Apa untungnya dia bunuh gue? Bitplis!" Andrea mulai tertarik. Selain itu dia juga tak terima dijadikan target pembunuhan.

"Karena dia mengira kalau membunuh salah satu jenis keturunan Iblis, maka para Malaikat bisa mempertimbangkan dia tanpa menimbang dosa orangtuanya," jelas Kenzo meski masih secara permukaan saja.

"TUNGGU!!" Andrea menginterupsi. "Lo bilang apa tadi? Membunuh salah satu jenis keturunan Iblis?! Emangnya gue... keturunan Iblis?!" Andrea memasang wajah ngeri, berharap Kenzo menyangkalnya. 'Please say no, Crut! Please say no!' batin Andrea.

"Sorry to say, Princess.... yes. Kamu termasuk salah satu jenis keturunan Iblis yang ada di alam ini, Andrea." Kenzo mengatakannya secara gamblang. Ia merasa sudah saatnya Andrea tau mengenai asal usulnya.

Memangnya harus kapan lagi Andrea tahu? Sudah tak ada waktu lagi. Ini sudah sampai tahap Andrea dikejar Nephilim, maka lebih baik gadis itu tahu semuanya daripada terlambat dan menyesal.

"HAH!!" wajah Andrea pucat seketika. Keringat dingin langsung keluar dari pori-porinya. Ucapan Kenzo benar-benar menyentak jiwa Andrea. Ia tak sadar meremas tangannya, gelisah. Lalu dia menatap Shelly dan Shelly mengambil tangan itu untuk diremas lembut sebagai upaya menguatkan Andrea.

"Kenzo jangan bercanda, dong!" Shelly seolah tak terima. Meski nadanya lembut, namun terdengar nada protes dari ucapan si manis lugu.

"Iya, aku memang suka bercanda, tapi untuk yang ini, aku tak berani bercanda, Shelly," balas Kenzo sambil bergantian menatap dua gadis di depannya. "Putri, kau baik-baik saja?" Kenzo menjulurkan tangan ke arah Andrea.

PLAK!

Andrea menepis tangan itu dan serta-merta bangkit berdiri dari duduknya, melepaskan genggaman Shelly untuk ke balkon dan duduk di bangku besi di sana. Pikirannya kacau seketika. Ucapan Kenzo benar-benar mengguncangnya.

Shelly mengejarnya dan lekas memeluk Andrea yang gemetar seluruh tubuh. Sahabatnya masih tak mau mempercayai apa yang terucap dari bibir lelaki di dalam kamar.

"Itu tadi bohong kan, beb?" Suara Andrea tampak bergetar. Tubuhnya serasa dingin. Punggungnya terasa basah oleh keringat dingin. Shelly mempererat pelukannya usai memandang sejenak raut sahabatnya.

"Kuharap memang itu hanya bercandaan dari Kenzo, Ndre." Shelly sendiri pun tak mau percaya. Sahabatnya ini tak mungkin termasuk golongan Iblis meski jenis termanis apapun. Iblis, loh! Kita membicarakan mengenai Iblis. Makhluk yang dilaknat Tuhan dan seluruh umat manusia yang beriman.

Bagaimana bisa Andrea akan menjadi salah satu makhluk terlaknat itu?! Sedangkan Andrea selama ini meyakini dirinya hanyalah manusia biasa meski memiliki beberapa keajaiban pada bakat dan tubuhnya. Namun, bukankah manusia lain juga banyak yang memiliki keanehan pada diri mereka, bukan?

"Kalau aku bohong, bagaimana bisa tadi kamu terbang, Putri?" Kenzo sudah berdiri bersandar di pintu balkon. Wajah yang biasanya ceria dan suka tersenyum jahil, kini berganti menjadi serius tanpa dipoles senyum secuilpun. Rupanya dia tidak sedang bercanda atau pun menggoda.

Kenzo bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ucapan yang menusuk akal sehat Andrea, ucapan bagaikan guntur setebal tiang listrik yang dihantamkan ke Andrea.

"Kenapa lo demen manggil gue Tuan Putri?!" raung Andrea yang sebenarnya sedang melampiaskan rasa gundahnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Namun, dia masih bertahan tak mau menggulirkan satu pun air matanya. Saat ini dia sedang marah. Tidak terima.

"Karena kamu benar-benar Tuan Putriku, anak dari salah satu Rajaku," jawab Kenzo tetap dengan muka seriusnya. Tatapan matanya tajam menusuk ke netra Andrea. Sungguh, si tomboy baru kali ini menjumpai wajah Kenzo yang seperti ini selama ia mengenal pria itu.

"Raja?" sang Putri memicingkan matanya.

"Iya, Yang Mulia Tuan Raja Zardakh. Beliau salah satu Iblis Incubus yang mempunyai kerajaan sendiri di dunia bawah."

"Iblis Incubus?!" Andrea terbelalak. Benarkah yang ia dengar baru saja? Incubus. Dikatakan sebagai salah satu Iblis penggoda manusia yang berhubungan dengan nafsu berahi. "Aku... anak Incubus?!"

Kenzo mengangguk tegas. "Sebentar lagi Tuan Putri akan menjadi Succubus ras Cambion... saat Putri genap berusia 17 tahun," lanjutnya.

"Ndre, kamu ulang tahun minggu depan, kan?" Shelly jadi teringat.

Andrea meneguk salivanya. Benar, seminggu dari sekarang memang ulang tahun dia ke-17.

"Apa nanti Andrea bakal keluar tanduk dan berwajah seram?" Sang sohib masih memeluk Andrea sambil menatap Kenzo. Pandangannya nanar, antara sedih dan tak ingin percaya.

Siguiente capítulo