Fruit 14: Teror pun Muncul
=[ Author POV ]=
Sudah beberapa hari ini ketegangan antara Kenzo dan Dante terus terjadi. Dari yang kasat mata hingga yang fatamorgana. Intinya, mereka mirip Tom and Jerry, Izaya dan Shizuo (dari anime Durarara), Batman dan Joker, dan apapun yang kalian bisa pikirkan lainnya.
Terkadang mereka harus dilerai karena seringnya Dante yang kehabisan stok sabar di hatinya. Kadang pula anak-anak malah menyoraki dan saling pasang taruhan kalau keduanya berkelahi di taman belakang sekolah sebelum diseret ke ruang guru BP.
Permusuhan mereka justru memberi warna tersendiri bagi anak-anak 2 Fis A. Apalagi kedua siswa baru itu kini sangat ngetop di sekolah. Banyak siswi yang mengidolakan mereka. Tentu saja itu dikarenakan penampilan tampan dan gagah keduanya. Remaja putri mana bisa menolak pesona lelaki tampan?
Hampir setiap hari, Kenzo dan Dante berselisih, dalam hal apapun, seremeh apapun, hingga para guru berdiskusi perlukah mereka memisahkan kelas keduanya? Dan karena pertikaian dua tampan itu, akhirnya dicapai keputusan bahwa pihak sekolah akan memindahkan Dante ke kelas 2 Fis B.
Dante tidak bisa menerima. Sebaliknya, para siswi di 2 Fis B bersorak kegirangan menyambut keputusan itu. Akhirnya kelas mereka akan kedatangan sosok menakjubkan dan memberi angin surga bagi para siswi-siswi di sana. Kini siswi 2 Fis A hanya bisa melolong kesal. Terutama para fans Dante yang akan dijauhkan dari idolanya.
Meski sudah dipisahkan kelas, nyatanya dua idola sekolah itu masih saja berkelahi di luar kelas. Terkadang Dante yang babak belur, kadang Kenzo yang penuh luka. Benar-benar permusuhan aneh yang tak ada satu pun siswa tau akar dari permusuhan keduanya.
Desas-desus yang beredar hanyalah keduanya sedang bersaing menjadi idola nomer satu di sekolah. Sedangkal itu saja. Dan tak disangkal oleh Kenzo atau pun Dante jika ditanyakan oleh para siswa.
Ada yang berharap pertikaian itu dihentikan agar menjaga ketentraman sekolah, ada pula yang tetap menginginkan pertikaian itu terus dilanjutkan sebagai bumbu masa remaja di sekolah.
Kata mereka, tak seru kalau anak lelaki hanya belajar saja di sekolah! Darah muda, oh darah muda....
"Cih! Sebenernya apa sih yang diributkan dua orang gaje itu?" Andrea menimpali gosip para siswa perempuan di dekat bangkunya. Tangan si tomboy sibuk memainkan bolpoin yang ia putar di sela-sela jari.
Setidaknya, kali ini Andrea bisa bernapas lega karena tidak perlu lagi satu kelas dengan Dante.
Bukannya dia takut pada Dante, dia hanya merasa tidak nyaman jika terus di dekat Dante, seolah ada suatu ancaman bahaya yang menguar dari Dante tanpa Andrea bisa jabarkan dengan kata-kata.
"Mereka bukan orang gaje, Dre. Mereka duo ganteng dari habitat kita," sambar Puput yang seperti tak terima idolanya disebut gaje.
Akhir-akhir ini para siswi di kelas Andrea mulai lunak lagi ke Andrea, tidak sesengit tadinya. Itu karena mereka masih butuh buku PR Andrea. Dih!
"Ya udah, kalo gitu... dua orang sok ganteng yang gaje," timpal Andrea yang langsung mendapat sorakan protes dari para netizen—ralat—para gosipers dan fans duo tersebut.
"Andrea pasti baper ama mereka nih," tuduh salah satu teman sekelasnya ketika sedang menunggu datangnya guru untuk mengajar.
"Hidihh~ ngapain gue baper ma tuh duo gaje?" kelit Andrea dengan memasang muka jijik.
"Soalnya kamu kalah cakep, Dre. Hahaha!" Para siswa sudah paham betapa Andrea ingin dianggap lelaki.
Andai peraturan sekolah itu memperbolehkan Andrea memakai celana, pasti dia sudah memakainya semenjak kelas 1. Sayangnya itu hanya impian Andrea saja.
"Ishh, sori, yak. Gue kagak butuh dikata cakep. Yang penting sehat, waras en naek kelas terus ntar. Plus tetep ama bebeb Shelly, hehe..." Hidung Andrea kembang-kempis saat menyebutkan Shelly seraya mencolek sahabatnya yang sedang menulis di sebelahnya.
Shelly menoleh sebentar ke Andrea, lalu tersenyum, dan detik berikutnya kembali menekuni bukunya.
Sedangkan beberapa siswa yang mendengar celotehan Andrea langsung menyoraki Andrea beserta ledekan-ledekan biasa.
"Andrea jangan-jangan naksir salah satu dari mereka." Salah satu temannya malah berspekulasi liar, menyebabkan yang lain mengerutkan kening seakan terinfeksi pemikiran tersebut.
"WHAT?!" Respon Andrea justru sebaliknya. Dia menyeru tak terima. Matanya membola memandang ke siswi yang memberikan 'tuduhan' tadi.
"Mungkin malah dua-duanya," sambar yang lain bagai memberikan bensin pada api yang mulai berkobar.
"Kalian otaknya dah sengklek semua." Dan Andrea memilih keluar kelas daripada dia ikut-ikutan jadi gila, demikian pikirnya. Seperti biasanya, Shelly membuntut di belakang, segera meraih tangan Andrea dan menggandeng lembut.
Sepertinya mereka akan mendapatkan jam kosong karena sudah menunggu setengah jam, masih saja belum ada guru yang datang untuk mengajar mereka.
"Tak usah ditanggapi yah omongan temen-temen tadi," ucap Shelly halus. Dia tak ingin Andrea marah atau pun terpengaruh kalimat teman-teman mereka di kelas tadi.
Andrea tersenyum mendengar kalimat sahabatnya yang terasa lebih sejuk dari embun dari negara manapun. "Iya, aku woles aja kok, beb dari tadi. Don't worry." Ia mempererat genggaman tangan mereka dan mengayunkannya santai. Andrea menghargai usaha Shelly agar dia bisa lebih tenang, tidak terpicu emosi lagi.
"Andrea. Hai." Tiba-tiba saja, salah satu dari makhluk yang jadi sentra gosip sekolah ini telah muncul di depan si tomboy. Andrea sampai harus mengerem langkahnya.
Kenzo.
Pria tampan berdarah Jepang (gosipnya) itu sudah muncul di depan Andrea, lengkap beserta senyum lebar nan sehangat mentari pagi. Begitu terlihat ramah dan penuh nuansa persahabatan.
"Ada apa?" jawab Andrea datar.
"Ngobrol, yuk!" pinta Kenzo tanpa malu-malu dan lugas. Matanya berbinar menatap Andrea.
"Ogah." Jawaban singkat muncul dari mulut gadis tomboy itu.
"Huwee~ aku ditolak Andrea." Kenzo pun bertingkah sok mewek ala-ala bocah unyu yang menggerak-gerakkan dua kepalan tangannya di depan mata.
Bila para siswi melihatnya, sudah bisa dipastikan mereka pasti akan berteriak gemas dan ingin mencubiti Kenzo.
Tapi karena ini Andrea, jangan berharap dia akan bertingkah seperti siswi-siswi genit itu.
"Isshh, Andrea. Jangan ketus gitu, dong." Shelly menyergahnya. "Kenzo keliatannya baik, kok. Ya, kan?" Mata bulat Shelly mengarah ke Kenzo, seakan ingin menegaskan persepsinya mengenai pria tampan itu.
Kenzo lekas saja mengangguk-angguk mantap diiringi suara, "He-em! He-em!"
"Cih. Dia alay, sih." Sikap Andrea masih tetap sama. Baginya, tidak itu Kenzo atau Dante bisa mengguncang jiwanya.
Kedua idola itu tidak bisa memberikan efek apapun ke Andrea, selain rasa kesal jika berbicara mengenai Dante, karena Dante sudah sering memicu emosi Andrea.
"Andrea, tuh dengarkan Shelly." Kenzo belum putus asa. "Aku ini beneran baik, loh! Sumpah! Berani disambar Shelly, deh! Haha!"
Melihat muka masam Andrea, Kenzo buru-buru menambahkan, "Bercanda!"
"Nih, yah, dengerin... gue ngobrol ama elu, yang ada fans lu ngajak ribut gue ntar. Ngerti, kagak?" Andrea tampak mulai keki karena acara jam kosongnya justru terganggu dengan hal-hal yang menurutnya tak penting.
Iya, bagi Andrea, kehadiran Kenzo adalah hal yang tidak penting.
Jangan harap Andrea akan melonjak girang karena dihampiri salah satu idola sekolah.
Dari kejauhan, nampak Dante melihat ke arah mereka. Rupanya kelas 2 mendapat jam kosong semua. Terbukti dengan munculnya Dante dari kelas 2 Fis B. Dia menatap tajam ke Andrea yang sudah agak jauh darinya, mungkin akan menuju ke kantin.
Kebetulan ketiga orang tadi (Andrea, Shelly, dan Kenzo) sedang berdiri di luar kelas. Dante rasanya ingin mencabik jantung Andrea dan menyelesaikan misinya.
Namun, ia tidak bisa gegabah kali ini karena perburuan sekarang dicampuri oleh kehadiran sosok yang tidak dia harapkan.
Di perburuan terdahulu, Dante bisa leluasa melakukan semua misi tanpa ada gangguan. Kali ini, dia kesulitan untuk 'bermain-main' dengan Andrea.
Yah, dia memang tidak ingin langsung mengeksekusi targetnya. Dia ingin membuat sang target putus asa dan ketakutan sebelum akhirnya akan ia bunuh.
Sekarang, dengan adanya Andrea berjalan hendak menuju ke kantin, Dante pun menggerakkan sedikit jarinya ke arah atas dari tempat Andrea berdiri.
Sekolah mereka dibangun menjadi 2 tingkat. Dan di lantai atas adalah kelas-kelas untuk siswa kelas 3 dan beberapa ruang lab dan beberapa ruang klub, seperti ruang klub gambar, catur, menulis, dan musik.
"AWAS!!" Kenzo menarik tubuh ramping Andrea, memeluknya serta merta tepat ketika sebuah pot tanaman yang diletakkan di balkon lantai atas jatuh tepat di titik tempat Andrea berdiri sebelumnya.
BRAKK!!