webnovel

Tersesat

Auala istana Cheon.

Raja Reijin duduk di singgahana. Jubah merah dengan simbol naga emas menutupi tubuhnya dengan begitu agung. Manik tajamnya menatap para penjabat di depannya seksama. Dirinya mendengar satu persatu laporan para penjabat.

Dia hanya diam tanpa komentar. Sesungguhnya apa yang para penjabatnya lakukan tidak lebih banyak berpengaruh pada dirinya. Lantaran sebagian besar penjabatnya berpihak pada perdana menteri. Ya, perdana menteri Yung ialah pria yang memiliki pengaruh tinggi. Kedudukannya sebagai perdana menteri bahkan bisa disejajarkan dengan dirinya. Segala sesuatu diatur oleh pria itu. Apalagi kekuasaannya semakin menjadi sejak diangkatnya sang puteri yakni selir Gun sebagai selir tingkat atas. Dan memiliiki peluang besar untuk menjadi permaisuri.

Hampir semua hal yang berurusan dengan kerajaan Cheon diatur oleh perdana menteri. Raja seolah hanya dianggap sebagai pemegang stempel kerajaan saja. Dan hal itu membuat Perdana menteri Yung bersikap semena-mena. Tidak sedikit para penjabat yang juga berbuat semena-mena terhadap rakyat akibat jalur kekuasaan Perdana Menteri. Namun, sikap diam Raja Reijin yang ia tunjukan di hadapan para penjabat bukanlah suatu ketidakpedulian. Ia diam-diam mengamati, mencermati pergerakan para penjabatnya dan memantu setiap hasil kerja mereka secara sembunyi-sembunyi. Dengan begitu ia tahu siapa penjabat yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan siapa penjabat yang bekerja untuk kantong mereka sendiri.

Sebenarnya beberapa bukti sudah ada ditangannya untuk membersihkan istana Cheon dari tikus-tikus itu. Namun Raja Reijin memilih menunggu. Karena targetnya bukan hanya tikus kecil. Melainkan pemimpinnya.

Ada beberapa hal yang sengaja Raja Reijin lakukan untuk membatasi pergerakan Perdana Menteri. Orang itu adalah sosok yang pintar dan licik. Dia selalu dapat mengelak jika ada laporan istana yang ganjal. Lalu dengan mudah membersihkan namanya yakni dengan melempar kesalahan kepada penjabat lain. Oleh karena itu Raja Reijin harus hati-hati dan cermat dalam mengambil tindakan. Apalagi ibu suri juga mendukungnya.

Biarlah dia dijuluki Raja boneka. Raja sakit atau apapun itu. Biarlah saat ini sebagaian orang menganggap dirinya sebagai Raja yang selalu menuruti perintah Perdana Menteri. Dia tak peduli. Prioritasnya ialah mengungkap seluruh kejahatannya termasuk kejahatan yang terjadi bertahun-tahun lalu.

****

Ursulla menghentakkan kaki kesal. Sudah tiga kali berkeliling di tempat ini tapi dia tidak menemukan jalan kembali ke area dapur. Bodohnya dirinya tadi secara enteng menyuruh dayang Han pergi meninggalkan dirinya setelah mengantar Ursulla ke area pencucian. Tadi saluran air yang berada di dapur mancet sehingga terpaksa harus membersihkan sayur serta buah – buahan ke bagian pencucian. Dia pikir akan mudah kembali ke dapur namun Ursulla lupa bahwa dirinya termasuk orang yang buta arah.

Meski telah tinggal lebih dari seminggu di istana, namun tetap saja ia tidak hafal jalan. Istana sangat luas dan sekarang bisa dipastikan dirinya tersesat, lalu sialnya tidak ada manusia satu pun yang bisa ia tanyai.

Ya Tuhan, para dayang pasti mencemaskannya. Sayur serta buah – buahan ini sangat penting untuk hidangan siang penghuni istana. Bisa – bisa ia terkena masalah.

Ursulla memukul dahinya sendiri. Meruntuki kebodohannya. Dengan asal, ia pun kembali melangkah berharap menemukan area yang ia ingat.

*****

Selir Gun melangkah anggun dan tersenyum melirik hidangan yang ia buat untuk Raja Reijin. Sup gingseng putih serta makanan ringan akan ia sajikan setiap hari untuk menyenangkan Yang Mulia.

"Jangan lupa mengatakan bahwa semua ini  buatan ku!" Perintah selir Gun kepada dayang yang membawa nampan makanan di belakangnya. Dia memang ikut membantu menyajikan sup gingseng tetapi hanya sekedar menata piring. Selebihnya yang mengolah tetap para Dayang. Dia tidak sudi tangan halusnya menjadi kasar karena memasak.

"Dan jangan lupa katakan, aku sudah berusaha keras membuat sup ini sampai tangan ku lecet." Perintahnya kembail. Tentu saja itu sebagai pencitraan di depan Raja Reijin. Dirinya tahu bahwa Raja sangat menyukai orang yang bekerja keras akan sesuatu.

Sang dayang mengangguk.

Selir Gun tersenyum membayangkan reaksi Raja Reijin. Raja pasti akan memujinya dan salut padanya. Seorang gadis bangsawan rela ke dapur demi pria pujaannya itu benar – benar mengesankan. Ia yakin Raja akan jatuh hati padanya. Dan ketika dia hendak memasuki area kediaman Raja, pandangannya menangkap sosok lain yang berjalan berlawanan. Sosok itu keluar dari rerimbunan pohon yang berbatasan dengan area taman Raja Reijin. Matanya memincing tajam, lalu ketika dengan jelas melihat sosok itu dari dekat tiba-tiba hatinya terasa kesal.

"Ahh Yang Mulia." Ursulla menunduk hormat dan merasa bersyukur akhirnya bertemu seseorang. Dan itu ialah selir cantik Raja Reijin. Dia tadi benar-benar kebingungan dan merasa cemas bila akan tersesat lama.

"Darimana saja kau? Bukankah seharusnya kau berada di dapur?"

"Saya tersesat Yang Mulia." Ursulla menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Saya lupa jalan menuju dapur."

Alasan. Selir Gun mendecih dalam hati. Wanita asing ini pasti sengaja ingin bertemu Raja Reijin. Dasar jalang.

Selir Gun terdiam mengamati Ursulla. Wanita ini masih muda, terlihat sepantaran dirinya. Wajahnya pun tidak bisa dikatakan jelek. Kulitnya juga terlihat bersih meski hanya berbalut pakaian biasa. Dan juga ia selalu mendengar pujian tentang gadis bersuara indah yang berhasil memukau seluruh istana saat Festival Hanyang waktu itu. Lalu beberapa kali ia mendengar bahwa Raja Reijin kedapatan bersama wanita ini.

Tiba-tiba dia merasa was-was. Tanpa sadar selir Gun mengepalkan tangan. Paranoidnya kambuh. Dia tidak ingin tersaingi. Dia tidak ingin Raja Reijin melihat wanita lain selain dirinya.

Selir Gun mendekat, dia berbisik di telinga Ursulla, "Kau jangan pernah  menginjakkan kaki mu di sini lagi!"

Ursulla tersentak. Menatap kaget sang selir yang memandangnya seperti pembunuh berantai.

Selir Gun mundur, lalu menepuk – nepuk  lengan Ursulla. Berniat mengintimidasi, "Apalagi sampai berdekatan dengan Yang Mulia. Wanita rendahan seperti mu tidak pantas mengharap perhatian Raja." Dia tersenyum mencemooh, "Melihat pun tidak pantas."

"Jika sampai itu terjadi, aku tidak akan segan – segan menghukum mu karena melecehkan Raja."

Ursulla tercengang. Dia terlalu terkejut mendapat ancaman itu. Apa yang telah ia lakukan sehingga seseorang menghinanya sesadis ini? lalu dengan sebab tak masuk akal nyawanya akan melayang. Ursulla benar-benar tak habis pikir. Kehidupan istana benar-benar mengerikan. Tidak dipungkiri ancaman selir Gun cukup membuatnya merinding.

Melihat ancamannya berhasil, selir Gun menatap puas. Lalu ia mendapati Raja Reijin beserta para pengawal berjalan ke arahnya.  Sebuah ide terbelesit di otaknya.

Selir Gun menjatuhkan tubuhnya ke belakang lalu dengan sengaja menyenggol nampan makanan yang dibawa dayangnya membuat dirinya dan nampan itu jatuh. Selir Gun meringis sakit. Sementara Ursulla terkejut dan spontan membungkuk menolong selir Gun.

"Apa yang kau lakukan?" Mata selir Gun berkaca – kaca, dia melirik sup gingseng yang tumpah dengan penuh penyesalan, "Ini adalah sup gingseng untuk Raja, kau menumpahkannya."

Ursulla kembali ternganga. Selir Gun seperti menuduhnya. Padahal bukankah dia yang jatuh sendiri lalu menyenggol nampan itu hingga tumpah? Kenapa dirinya yang disalahkan?

"Ada apa ini?"

Suara khas dan tak asing terdengar di belakangnya. Ursulla berbalik dan mendapati Raja Reijin berdiri dengan kerutan di dahinya.

Jantung Ursulla sesaat berhenti berdetak. Tiba – tiba dia berpikir sesuatu.

"Yang Mulia maafkan hamba!" Selir Gun menunduk. Ekspresinya tampak merasa bersalah. "Sup gingseng untuk anda tumpah." Dia hendak berdiri namun ia mengernyit kesakitan. Kakinya terkilir.

"Ursulla tidak apa jika kau tak sengaja mendorong ku. Tapi membuat sup ini tumpah benar – benar sebuah kesalahan." Selir Gun berseru, "Gingseng ini sangat langka. Ini hanya tumbuh lima puluh tahun sekali dan kau menumpahkannya."

Mulut Ursulla ternganga. Benar dugaannya, selir Gun berniat memfitnahnya.

"Ya, Yang Mulia. Gadis ini tiba – tiba datang lalu membuat selir Gun jatuh." Ujar sang Dayang semakin menyempurnakan kesalahan Ursulla. Ursulla menggeleng tak habis pikir.

"Aku tidak~" Kalimat Ursulla terhenti lantaran dayang selir Gun terus berucap.

"Yang Mulia, selir Gun sudah berusaha membuat hidangan untuk Yang Mulia. Saya melihat sendiri Yang Mulia selir berusaha keras agar bisa menyajikan sup gingseng untuk Yang Mulia bahkan tak peduli jika tangannya lecet karena terkena air panas. Tetapi gara – gara Ursulla, perjuangan selir Gun sia – sia."

"Yang Mulia, sungguh saya tidak melakukan semua itu." Ursulla membela diri.

"Apa kau mencoba berkata bahwa Yang Mulia selir berbohong?" sang Dayang menimpali, "Untuk apa beliau berbohong apalagi kakinya sampai terluka. Tangan Yang Mulia juga terluka. Jangan kau merasa sebagai tamu Raja hingga merasa besar diri."

Raja Reijin melirik tangan selir Gun yang memerah. Tatapannya pun tertuju pada Ursulla dan selir Gun bergantian. Tak ada komentar apapun, ia kemudian membungkuk untuk memapah sang selir yang tampak kesusahan berjalan.

"Yang Mulia, saya mohon anda memberi hukuman kepada Ursulla. Tak apa saya jatuh, tetapi membuat sup yang saya buat dengan susah payah tumpah adalah sebuah kesalahan." Pinta selir Gun. Matanya berkaca – kaca, "Apalagi berniat menuduh ku berbohong."

Ursulla mendengkus. Pintar sekali selir ini berakting. Seharusnya ia mendapat piala Oscar. Dirinya pun hanya bisa terdiam. Percuma membela diri, Raja Reijin pasti lebih mempercayai selirnya.

"Baiklah." Setelah mencermati cukup lama, Raja Reijin berujar, "Kalian, antar selir Gun kembali ke kediamannya." Jeda sejenak, "Tak perlu membesarkan masalah ini. Mengenai sup gingseng, terimakasih sudah bersusah payah membuatnya. Lain kali kau bisa membuat sup lain untuk ku."

Hal itu terdengar seperti pujian, membuat selir Gun bahagia. "Ya Yang Mulia, saya akan membuat sup yang lain." Sebelum berbalik pergi_ia kembali berucap,

"Lalu mengenai hukuman,  saya harap Yang Mulia memberi hukuman setimpal."

Raja Reijin mengangguk. Sementara Ursulla hanya terdiam menatap kepergian Selir Gun.

Tidak masalah dirinya dihina. Tetapi memfitnah? benar – benar tidak bisa dibiarkan.

Mata Ursulla bergulir ke Raja Reijin yang ternyata juga sedang menatapnya. Tiba - tiba dia berpikir,

Para selir merendahkannya. Dan hari ini, selir Gun mengancam serta memfitnahnya. Mereka membencinya karena berpikir bahwa ia telah menggoda Raja. Kalau begitu, dia akan benar – benar membuat pikiran mereka menjadi kenyataan.

Siguiente capítulo