webnovel

Menyingkirkan Pengkhianat

Wajah lelap Angeline telah menjadi pemandangan indah bagi David yang sejak setengah jam lalu memperhatikannya. Napas yang ringan dan teratur dari gadis itu membuat David sadar bahwa Angeline sudah tertidur pulas.

David mendekatkan tangannya pada wajah Angeline secara perlahan, membelainya sesekali. Bahkan Angeline tidak terbangun saat David menekan-nekan pipinya dengan gemas.

Dengan perlahan David mendekatkan wajahnya pada gadis yang sedang tertidur pulas itu. Bibir mungil yang begitu menggoda untuk dilumat itu benar-benar membuat hasrat David meluap.

Kini David bisa merasakan deru napas Angeline.

Tidak.

Ia tidak bisa melakukannya.

Dengan penuh penyesalan David kembali pada posisi berbaringnya, hingga jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari. David beranjak dari tempat tidur, meninggalkan Angeline menuju sebuah ruangan yang khusus menyimpan pakaiannya.

Pilihannya jatuh pada celana jeans hitam, kaus polos berwarna abu-abu dan jaket hoodie berwarna hitam sebagai pelengkap. Ia mengambil kunci mobil Aston Martin dan berjalan menuju lift.

Pintu lift terbuka tepat di basement parkir. David berjalan menghampiri mobil sport seharga milyaran itu dan duduk di bangku kemudi. Dengan perlahan David melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir gedung apartment mewah itu.

Beberapa menit berlalu hingga David tiba di sebuah bangunan besar yang berada lumayan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

Dari luar bangunan itu terlihat seperti sudah sangat lama ditinggalkan. Bau besi-besi yang berkarat dan kayu lapuk dipenuhi lumut tercium dari jarak beberapa meter.

David memarkirkan mobilnya tepat di tempat di mana banyak mobil-mobil mewah lainnya terparkir.

Siapa sangka, bangunan yang kelihatan suram itu adalah kedok luar dari sebuah casino mewah yang menjadi tempat para konglomerat bersenang-senang.

Seseorang berbadan kekar dengan senjata api otomatis berjenis MP5K dengan tali penggantung di bahunya memberhentikan langkah David.

David membuka tudung jaket hoodie hitamnya, membuat si pria besar bersenjata itu menelan ludah dan mempersilahkan David masuk dengan sopan.

Tidak ada yang tidak mengenal David di 'Dunia Bawah'. Statusnya sebagai anak angkat sekaligus penerus seorang mafia kejam Hendrick Brasco membuatnya begitu disegani. Terlebih prestasinya yang mentereng karena telah membantai habis sindikat mafia internasional seorang diri setahun lalu membuat nama David seakan gendang kematian bagi siapa saja yang mendengarnya.

Dunia Bawah, begitulah mereka menyebut dunia yang berbanding seratus delapan puluh derajat dari kehidupan masyarakat perkotaan yang memuja dua makhluk naif bernama 'Keadilan' dan 'Kedamaian".

David melangkahkan kakinya melewati gerombolan orang yang berjingkrak mengikuti alunan musik EDM dari seorang DJ yang berada di atas panggung. Cahaya lampu warna-warni dan udara bercampur asap nikotin beserta bau menyengat dari alkohol dan ganja memenuhi seisi ruangan.

Tak terhitung jumlah belaian tangan wanita penggoda yang berusaha mengajak David menghabiskan malam bersamanya selama ia melewati lautan manusia itu.

Hingga David tiba di sebuah pintu yang membawanya menuju lorong dengan cahaya remang-remang. Di ujung lorong terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati dengan seorang lagi berbadan tegap memegang senjata berjenis sama dengan penjaga di pintu pertama tadi yang menjaga pintu jati itu.

Lagi, David kembali dipersilahkan lewat dengan sangat sopan.

Kini David berada di sebuah aula besar yang memiliki suasana berbeda dari ruangan sebelumnya. Di sini orang-orang berpakaian serba mewah sedang memainkan berbagai permainan judi yang mereka sukai.

David naik ke lantai dua, dimana terdapat dua orang berbadan kekar yang menjaga sebuah pintu berlapis emas.

"Dasar tikus pengecut. Berapa banyak penjaga yang ia sewa?" keluh David dalam hati.

Mereka membiarkan David masuk setelah saling beradu pandang. Dengan sopan mereka membukakan pintu berlapis emas dan mendapati beberapa orang dengan jas hitam mewah yang membalut tubuh mereka sedang duduk menikmati cerutu dan dua orang gadis yang hampir telanjang untuk masing-masing orang.

Seseorang yang memiliki perut paling buncit dari semuanya berdiri, membentangkan tangannya selebar mungkin untuk menyambut kedatangan David, sang mafia yang paling disegani untuk saat ini.

"Selamat datang David Stockholm, sang Anak Iblis. Aku jadi ingat saat kau masih seorang bocah dengan sorot mata yang haus akan darah. Oh sungguh pengalaman--"

Dor.

Sebuah lubang baru saja terbentuk tepat di antara kedua bola mata orang itu. Dengan cepat David melesatkan peluru dari pistol Desert Eagle buatan Israel yang termasuk dalam salah satu dari sepuluh pistol paling mematikan di dunia yang kini berada di dalam genggamannya.

Tidak sampai sepuluh detik David membantai habis para pria berjas mahal itu yang kini sudah menjadi seonggok daging tak berguna dengan lubang peluru di masing-masing kepala mereka.

Mendengar suara tembakan dari dalam ruangan membuat dua penjaga pintu tadi mendobrak masuk. Dan yah, dalam hitungan kurang dari lima detik mereka juga sudah terbaring tak bernyawa tanpa sempat mengarahkan senjata api mereka pada David. "Lain kali gunakan otak bodoh kalian sebelum mengkhianatiku, dasar tikus-tikus rendahan."

David berjalan mendekati gadis-gadis setengah telanjang yang tadi menemani para pria berjas itu. Mereka meringkuk ketakutan di sudut ruangan sambil menekuk lutut masing-masing.

David berjongkok menyejajarkan posisinya dengan gadis-gadis malang itu. Ia mengeluarkan sebuah cek kertas dengan tanda tangan resmi yang tertera di atasnya.

"Isi sendiri nominalnya sesuka kalian dan cairkan di bank. Anggap saja permintaan maafku telah membuat kalian kaget."

Seseorang menarik tangan David, menahannya saat ia hendak pergi meninggalkan ruangan penuh mayat itu, membuat David menoleh.

"Ba-bawa aku bersamamu." pintanya dengan tatapan penuh pengharapan. "Aku sudah tidak memiliki tempat lagi untuk pergi.".

Sambil tersenyum hangat, David melepaskan tangannya dari gadis malang itu dan pergi tanpa berkata apapun lagi. Ia tidak ingin ada yang mengganggu hidupnya, terlebih untuk saat ini.

Sejujurnya, lelaki sadis dengan tangan yang berlumuran darah dari nyawa ratusan orang yang telah ia ambil itu masih bingung bagaimana cara mendapatkan hati seorang gadis polos yang saat ini mungkin masih tertidur pulas di ranjang apartmentnya.

Siapa sangka, seorang mafia berdarah dingin seperti David Stockholm bisa dibuat kelimpungan hanya karena seorang gadis lulusan sekolah atas seperti Angeline.

Siguiente capítulo