webnovel

Life of Zahra

Historia
En Curso · 35.2K Visitas
  • 2 Caps
    Contenido
  • valoraciones
  • N/A
    APOYOS
Resumen

Namanya Ulyana Zahra Fitrianingsih, nama yang tak sesuai dengan harapan orangtuanya. Tapi nama yang diam-diam membuat bangga keluarganya. Seorang gadis polos, manja dan sombong yang bertranformasi menjadi gadis bad, mandiri dan loyal. Seorang gadis yang sempat kehilangan kasih sayang, tapi kini ia sangat disayang apalagi dg hadirnya org ketiga. Darel Ario Kusuma, seorang kakak yang posesif dan terkadang agresif yang sangat menyayangi Zahra. Tapi ke-posesifannya itu sama sekali tak berpengaruh pada adiknya. Lantas bagaimana cara Rio menjaga Zahra tanpa kehadiran kedua orangtuanya? Bagaimana kisah bad girl yg membangun dunianya sendiri? Mari kita lihat kelanjutannya! ❌❌ "Ara dengerin Kaka!" Rio berteriak lantang saat Zahra melangkah maju meninggalkannya. "Cot" Zahra tetap pada tekatnya dan tetap berjalan lurus kedepan. --- "Gue harus cari anak itu. Gue harus bales perbuatan tua bangka itu ke nyokap gue" --- "Maaf, gue salah" cicitnya yang telah berderai air mata. •• Story by : zahraa031703 Cover by : gue © 2019

Chapter 1Muqodimah

"Mengikuti arus kehidupan adalah salah satu cara untuk menikmati hidup"

Happy reading 😄

.

.

.

Sebelum masuk ke kisah gue, kita kudu kenalan dulu guysss. Karena, pepatah mengatakan "tak kenal maka tak sayang" Maka dr itu kita kenalan dulu biar Lo Lo pada yg baca cerita ini pada demen ma gue. Kenalin nama gue Ulyana Zahra Fitrianingsih, dan Lo bisa manggil gue Zahra. Gue tinggal bersama dg seorang kakak, dan pembantu, bibi. Nama kakak gue Darel Ario Kusuma bisa dipanggil Rio. Sebenarnya gue cuma tinggal berdua, karena pembantu gue ga bisa juga dibilang tinggal di rumah gue, karena dia tinggal di rumah yg ada di belakang rumah gue. Gue terlahir dan dibesarkan oleh dua keluarga yg menyayangi gue. Gue lahir di keluarga pertama, dan gue besar di keluarga yg kedua..hingga satu hal terjadi dan ngebuat gue tinggal bersama keluarga pertama gue. Kalo kalian penasaran sama kisah gue, so baca cerita ini sampe akhir.

Back to story'👇

Hari ini kampus umum Merpati Putih tengah mengadakan OSPEK (Orientasi Study dan Pengenalan Kampus). Jaka, sang ketua ospek telah siaga ditempatnya untuk menyambut calon mahasiswa/i baru. Tampak beberapa peserta OSPEK yang terlambat dan segera bergabung ke barisan. Sedangkan gue hanya jaga di belakang barisan paling belakang.

Apel pembukaan itupun selesai.

"Semua calon mahasiswa baru, segera berbaris di depan saya, 10 Banjar. Sekarang!" Teriak Putra memberi komando.

Gue datang dan berbisik pada Putra.

"Tadi gua liat ada yang terlambat, lu suruh dia maju, terus push up" kata gue.

"Ga salah lu nyuruh mereka push up, ini masih pagi tau!" Kata Putra.

"Yeeeee, gimana sih Lo, justru pagi biar mereka pada sehat, kalo udah siang encok tar mereka" kata gue.

"Semuanya, siap grak. Kalian udah pada besar, otomatis luruskan! Tadi siapa yang terlambat, maju ke depan, sekarang!" Teriak Putra. (Ini ngarang banget sumpah, komando mana ada yg kek gini).

Suasana hening seketika. Ngak ada satupun manusia yang berani maju ke depan.

"Kalian ga punya telinga ya?" Kata Putra.

Gue langsung berjalan menyusuri barisan para calon Mahasiswa tersebut.

"Kamu, dan 6 orang dibelakangmu maju sekarang!" Kata gue yang sambil menunjuk seorang anak. Anak-anak lainnya Langsung melihat ke arah mereka.

"Kok diam saja, apa ga faham bahasa manusia? Maju sekarang!" Teriak gue.

Ketujuh anak itu langsung maju. "Kalian semua, baru hari pertama OSPEK udah terlambat. Besok kalo saya melihat ada yang terlambat lagi, saya akan hukum kalian lebih berat" kata gue.

(Ini apel apaan coba? Mana ada apel kayak gt?)

Sementara itu, dua anak yang berdiri disamping Zahra, tidak disuruh kedepan lantaran keterlambatan mereka tidak diketahui oleh Zahra~ orang ketiga :v

"Push up 30 kali, kamu yang cewek 20 kali. Hitung bersama-sama!" kata Putra menghukum mereka.

Hukuman selesai.

"Lima banjar dari kanan ikuti saya, lainnya ikuti kakak yang dibelakang itu" kata Putra sambil menunjuk gue. Para peserta OSPEK yang disuruh mengikuti gue langsung terkejut dan berbisik lantaran gue terkenal galak.

"Kalian semua, ikuti saya" kata gue meninggalkan barisan yang dipimpin oleh Putra.

Mereka sampai di ruangan yang sama tapi lewat jalan yang berbeda.

"Yang depan diisi" teriak Devan sambil mengusir beberapa anak yang duduk dibelakang.

"Depan masih kosong, dek. Kamu, kedepan" kata Ina.

Materi dimulai dan berakhir pada jam istirahat.

Author POV

~Istirahat~

"Eh, lu jajan ga?" Tanya Arel.

"Enggak, gua bawa bekal. Lu mau?" kata Una sambil nawarin bekalnya sama Arel. "Thanks, gue pengen jajan hari ini" Kata Arel.

"Ya udah, hati-hati ya, jangan tersesat lu" kata Una.

Arel datang kembali setelah pergi kira 20 menit.

"Hey! Lihat nih gua bawa siapa" kata Arel. "Hay" sapa gadis yang manis itu.

"Hay juga" jawab Una kikuk, soalnya dia baru kenal.

"Kenalin, gua Ifi" kata Ifi sambil nyodorin tangannya.

"Gua Una, salken yah" kata Una membalas sodoran tangan Ifi.

Lewat perkenalkan singkat ini, mereka bertiga jadi akrab dan bersahabat.

Tiba-tiba kakak senior masuk dan berdiri di depan anak-anak.

"Besok kalian jangan lupa membawa alat tulis, tadi saya lihat banyak dari kalian yang tidak membawa alat tulis. Satu lagi, saya tidak ingin melihat salah satu dari kalian ada yang terlambat kembali" kata Jaka.

"Baiklah, karena acara hari ini selesai, semuanya dipersilahkan untuk pulang. Saat kalian keluar dari ruangan ini, kalian harus tertib. Kalian semua faham?" Kata Alvin.

Semuanya serentak menjawab faham. "Baiklah, kalian semua diperbolehkan pergi" kata Jaka.

Semua anak langsung keluar dari ruangan itu, dalam 10 menit ruangan itu kembali hening.

POV END

"Gaes, kita kumpul dulu ya, ada yang pengen gue omongin" kata Jaka.

Semuanya ngangguk. Mereka semua pergi ke tempat biasa berkumpul.

"Selamat siang semuanya. Kita kumpul disini buat diskusi acara terakhir yang kita bakal lakuin waktu terakhir ospek. Kira-kira dari kalian ada yang mau berpendapat?" Kata Jaka membuka diskusi. Serentak suara tiba-tiba hening.

"Gimana kalo kita bikin sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Gini, gimana kalo mereka itu kita suruh buat bikin kelompok yang beranggotakan 50 peserta. Terus dari masing-masing kelompok, mereka harus bisa nemuin foto 25 teman mereka. Terus foto-foto itu kita sebar diseluruh bagian kampus. Gimana, kalian setuju ga?" Tanya Mita.

"Bukannya itu akan makan waktu ya?" Tanya Ica.

"Emang. Kita akan adakan camping" kata Mita.

"Gitu juga boleh" kata Jaka.

"Terus, masalah fotonya gimana?" Tanya gue.

"Gampang, kita potret mereka satu per satu mereka ga nyadar, biar gambar yang kita dapat gambar konyol" kata Mita.

Mereka semua akhirnya menyetujui usulan Mita.

"Ya udah, karena kita udah nemuin kesepakatan maka kita akhiri rapat hari ini. Siang semuanya dan lanjutkan kembali aktivitas kalian" kata Jaka langsung pergi meninggalkan kita. Dia buru-buru banget, gue ga tau kemana.

"Kita langsung balik ke kelas aja ya" kata Putra ke gue. Gue ngangguk. Oh ya, Putra ini cowok gue yang paling gue sayang.

"Ra, kita nanti jadi kannn?" Tanya Ina.

"Tergantung dia nih" kata gue sambil ngelirik Putra. Putra senyum.

"Tuhhhh, dia udah setuju" timpal Ica.

"Ya udah, nanti kita kumpul di tempat biasa, kita tunggu ya" kata Ardelia memberi arahan. Gue ngangguk dan senyum, terus ninggalin mereka.

Kalian tau, gue sama Putra itu jurusan ekonomi, sedangkan temen-temen gue tadi ada yang biologi sama matematika.

Mata kuliah gue sama Putra udah selesai, kita berdua langsung nuju tempat biasa. Sesampainya disana temen-temen gue udah pada nungguin. Disana juga ada Devan, gue ga tau kenapa dia ada disana, dia itu nyebelin banget. Dia selalu ikutin gue, kata orang-orang sih, dia itu suruhan kakak gue buat jagain gue dan dia juga masih satu geng sama Putra. Gue sih ga anggep dia apa-apa, geu cuekin malah.

"Berhubung Lo udah datang, gimana kalo kita cabut sekarang?" Tanya Ardelia.

"Iya, ayok" ajak gue.

"Lo mau kemana, Ra?" Tanya Devan menyela.

"Bukan urusan Lo" kata gue cuek dan langsung ninggalin dia. Ica sama Ardelia semobil sama Ina, sedangkan gue sama Putra.

Gue udah dimobil, mobil temen udah jalan duluan, Putra malah baru nyalain mesinnya, dia abis dari toilet gaesss. Mobil mulai jalan. Beginilah kehidupan gue, abis dari kampus kita langsung ke mall, dan dilanjutkan dengan nyalon. Enak banget jadi anaknya orang kaya, mau apa-apa, yang kek gimanapun, tinggal nyemut. Kita udah nyampe, dan sekarang gue mau nyalon dulu. Abis dari salon kita lanjut ke mall "Rawa Pening", mall paling gede yang ada di kota ini dan yg gede kedua ialah mall keluarga gue "RiRa Mall".

Kita udah selesai shopping, sekarang kita lagi makan. Kita laperrrr.

"Kita hari ini ga usah ke club ya...udah malam soalnya" kata Ardelia.

"Iya, gue setuju" kata Putra.

"Heh Putra, Lo itu ga mau kesana gara-gara takut dimarahin kak Rio atau Lo males nganter Zahra soalnya dia suka joget sama cwo lain?" kata Ina mengece Putra.

"Heh, lu jaga mulut Lo" kata Putra ke Ina dengan emosi, Putra menggeprek meja, semua orang ngeliatin kita.

"Kenapa? Bukannya itu fakta?" Ece Ina lagi. "Udah-udah, kita pergi aja dari sini. Gaes, gue duluan ya" kata gue.

Gue sama Putra kembali ke mobil, Putra nganter gue pulang. Dia nyetirnya ngebut banget, gue sampai takut!

"Sayang, jangan ngebut² donk! Gue takut nihh, tar kalo kita kenapa-napa gimana?" Kata gue.

"Udah, lo tenang aja. Ini udah malam, jalanan juga lagi sepi, lo pegangan aja. Lo..." Kata Putra. Belum sempet Putra selesai ngomong, dia terkejut oleh seorang wanita yg tiba-tiba melintas di depan mobilnya Putra.

"Cittttttttttt"

Putra langsung ngerem mendadak, untung ga banting stir, kalo banting stir bisa2 mati gua. Gue masih nganga dengan kejadian tadi.

"Lo ga papa kan?" Tanya Putra.

"Kagak. Coba lo lihat kedepan, kayaknya Lo nabrak orang deh" kata gue.

"Ya udah gue turun dulu ya" katanya.

Putra turun dari mobil, dia ngeliat cewek sedang bersimpuh dengan kaki sedikit luka.

"Mbak, ga papa. Aduh,, saya minta maaf ya. Sebentar ²" kata Putra. Putra kembali ke mobil dan manggil gue.

"Lo ikut gue keluar ya, gue nabrak cewek nih. Kayaknya dia ga bisa jalan" kata Putra. Gue cuma ngangguk. Kita keluar dari mobil.

"Mba, mbaknya bisa jalan? Kalo ga bisa biar kita papah" kata gue.

"Bisa kok" kata dia sambil mencoba berdiri. Saat akan berdiri, mbaknya mau jatuh, gue sama Putra langsung nangkep dia.

"Kita kerumah sakit aja ya" kata gue.

Gue sama Putra mapah sampai ke mobil, dan dia kita bawa ke rumah sakit.

Setelah sampai disana, dicek sama dokter ternyata dia patah tulang. Tapi kata dokter parahnya ga terlalu parah, jadi bisa langsung pulang. Kita langsung nganterin dia pulang.

"Sorry ya, tadi gue ga liat lu ada disana. Abisnya malam-malam gini biasanya sepi, jadi gue ga terlalu perhatiin jalanan" kata Putra.

"Gue ga papa kok. Gue diobatin aja udah seneng kok" kata Cewek itu.

"Oh ya, Lo masih sekolah atau udah kerja?" Tanya gue.

"Gue kuliah, sekarang masih ospek" kata dia.

"Ospek. Lo keterima dimana emg?" Tanya gue.

"Di Universitas Merpati Putih kayaknya. Gue rada sedikit lupa" kata dia.

"Merpati Putih? Kok gue ga pernah Lihat Lo?" Kata gue.

"Kalian juga kuliah disana?" Tanya dia. "Enggak. Kita yg jadi panitia Ospek" kata gue.

"Owch. Kak, didepan belok kanan ya" kata dia. Putra ngangguk.

"Kok manggilnya kak?" Tanya gue.

"Iya, kan kalian kakak senior aku. Jadi untuk menghargai kalian, aku manggil kalian kakak" kata dia.

"Nga perlu kali. Waktu ospek aja lu panggilnya kak, kalo kayak gini panggilnya nama aja" Kata gue.

"Ok, kak Zahra sama kak Putra kan?" Kata dia. Gue ngerutin dahi. Dia ketawa.

"Rumah Lo yang mana?" Tanya Putra tiba-tiba.

"Yang ujung kak" kata dia. Mobil berhenti di rumah paling ujung. Kita bantuin dia turun. "Makasih udah dianter pulang" kata dia.

Gue sama Putra sama-sama senyum.

"Nama Lo siapa?" Tanya gue.

"Nama saya Una" kata Una.

"Oh Una. Kalo kaki Lo masih sakit, Lo bilang aja ke kita. Ntar kita anterin kerumah sakit" kata gue.

"Makasih. Tapi ini udah ga papa" kata Una. "Ya udah, kita pulang dulu ya" kata Putra. "Hati-hati, kak" kata Una.

Gue sama Putra pergi. Mobil mulai berjalan. "Tuh...kalo nyetir jangan pake emosi. Kayak gini kan jadinya" kata gue.

"Iya. Gue minta maaf ya, lain kali ga akan kebawa emosi lagi" kata Putra.

"Bener ya..gue ga mau kalo kayak tadi. Gue juga takut tau" kata gue.

"Iya. Udah lo tenang aja" kata putra.

Gue ketiduran di dalam mobil, gue dibangunin Putra.

"Say...kita udah sampai nih" kata Putra. "Kita nyampe kita?" Kata gue sambil kriyip². Putra ngangguk.

Dia ngantar gue sampai pintu.

"Ya udah, gue pulang dulu ya. Lo istirahat" kata Putra. Gue ngangguk.

"Oh ya, besok jangan sampai telat. Lo masuk gih!" Kata Putra. Gue ngangguk sambil megang gagang pintu. Gue lihat Putra pergi, gue masuk.

Gue udah di dalem, gue berjalan sambil berjinjit, berharap kakak gue udah nyaman sama kasurnya. Gue jalan nuju tangga, karna kamar gue berada di lantai dua. Gue berjalan menuju lorong kamar gue, kamar gue berada di ujung dan ngelewatin kamar kakak gue. Waktu gue lewat depan kamar kakak gue.

"Habis dari mana lo?" Tanya seseorang tiba-tiba. Mati gue, kayaknya dia belum lelap nihh!

"Kakak nanya sama lo. Lo abis dari mana?" Kata dia (ngontok cah Ki!). Gue masih berdiri mematung memikirkan alasan yg tepat.

"Lo kok ga sopan! Diajak ngomong bukannya ngeliat orang yang ngajak omong, malah ngadep kemana lo" kata dia. Gue akhirnya ngadep dia.

"Kenapa?" tanya gue.

"Dari mana lo?" Tanya dia.

" Dari kampus lah, mana lagi" kata gue.

Tiba-tiba dia narik gue masuk ke kamarnya, gue spontan ngikut.

"Lo masih berhubungan sama dia (Putra)?" Tanya dia.

"Iya, kenapa? Masalah buat kakak, kakak itu ga perlu ikut campur dalam hubungan gue" kata gue.

"Jelas! Kakak harus ikut campur, dia itu ga baik buat lo" kata dia.

"Jangan bicara yang nggak ² tentang dia didepan gue" kata gue (melu² ngontok).

"Lancang lo ya!" kata dia ga mau kalah.

"Kakak tuh, kakak ga pernah paham perasaan gue" kata gue sambil pergi ninggalin dia. Gue banting pintu kamar kakak gue.

Gue udah masuk kamar gue dan sekarang gue mau bocan. Gue ngaca dulu sebentar, gue kaget ketika merhatiin muka gue. Disitu ada darah yang netes dari pelipis gue.

"Aduhh, gawat nih kalo gue ga segera ilangin, kalo kakak tau, gue mesti jawab apa coba" kata gue.

Gue coba kasih kapas sama air tapi darahnya ga mau brenti. Gua kasih cantoplas, ehhh tambah banjir. Gimana nih gue. Gue nyerah, gue tidur aja, orang gue juga udah ngantuk.

Author POV

Zahra tidak lagi memperdulikan darah yang terus menggucur, karna dia juga udah ngantuk jadi biarkanlah.

Keesokan harinya... Bi Heni, atau yg biasanya dipanggil bibi rencananya mau nyiap²in keperluan Zahra, ketika bibi masuk dan melihat Zahra dg wajah penuh darah, bibi langsung keluar. Bibi bergidik ngeri. Ketika mau kembali ke belakang dia tabrakan sama Rio, yaps itulah kakaknya Zahra.

"Maaf den" kata bi Heni.

"Bibi kenapa, mukaknya kok ketakutan gitu?" Tanya Rio.

"Itu den, nun Zahra" kata bibi sambil nunjuk kamar Zahra.

"Zahra kenapa bi?" Tanya Rio.

"Itu...ngak tau saya. Aden lihat saja sendiri, saya merinding lihatnya" kata bibi dan langsung kebelakang.

Dasar, ga sopan, masa ngacir gitu aja!! Huft... Rio masuk ke kamar Zahra, dia terkejut ketika melihat Zahra

POV END

"Dek, bangun. Lu kenapa?" Kata kak Rio panik.

"Apaan sih kak! Zahra masih ngantuk nih, ganggu aja" kata gue ngelantur. Tunggu², kakak? Kak Rio ada disini, gue kaget, gue langsung buka mata. Setelah gue buka mata ternyata ga ada siapa². Ya udah gue tidur lagi.

Rio POV

Setelah gue melihat darah yang terus ngalir dari pelipis adek gue, gue langsung ngambil peralatan P3K di kamar gue.

Gue mulai bersihin darah yang berada di muka adek gue, tiba-tiba dia kebangun.

"Kakak lagi ngapain sih?" Tanya dia. "Kakak lagi bersihin luka lo. Kok Lo ga bilang kalo lo tergores( Au ah, namanya apaan, penting keluar darah), kan bisa langsung diobatin" kata gue.

"Lu ga marah sama gue?" Tanya dia.

"Pasti ini gara² cowok lu itu kan?" Kata gue. "Enggak kak" kata dia.

"Jangan bohong!" kata gue tegas sambil mbalut lukanya dia yang udah gue bersihin.

Dia akhirnya nyeritain kejadian semalam. "Tapi bener kak, aku ga tau kalo ada luka di pelipis" kata dia. Gue cuma diam dan langsung pergi.

POV END

Gue makan sama kakak gue.

"De!" Kak Rio.

"Hm" gue.

"Maafin kakak semalem ya, kakak kbawa emosi kmaren" kak Rio.

"Iy, gpp. Santai aja, gue udah tau sifat Lo kok" gue.

"Thanks. Mmm,De! Lu hari ini berangkat bareng gue. Lu bilang sama cowok lu ga usah jemput lu" kata kak Rio tiba-tiba yang otomatis bikin gue keseleg.

"Gue ga terima penolakan, gue tunggu lu didepan" kata kak Rio dan langsung pergi.

Nyebelin banget sih tu orang, over banget. Padahal, dia tadikan baru minta maaf, udah kek gini lagi. Gue keluar dan langsung masuk mobil.

Gue mbanting pintu mobil.

"Eh de, jangan kek gitu napa. Kalo pintu mobil rusak, mau cari gantinya dimana de, ga ada yang jual" Kata kak Rio. Gue terkekeh dengernya.

Gitu deh kakak gue, kadang waras kadang kumat, tapi kalo udah marah ngerinya minta ampun.

"Songong lu kak" kata gue. Dia ga perduliin gue, dia fokus nyetir. Beberapa menit kemudian kita sampai.

"Lu mau dijemput kagak?" Tanya kak Rio. "Enggak, gue biar dianterin Putra aja" kata gue.

"Jangan pulang malam lu!" Kata kak Rio. "Ya" kata gue.

"Awas lu pulang malam, ancur lu" kata dia.

Bodo amat, gue langsung pergi. Dia teriakin gue, tapi gue tetep lanjut.

"Ga sopan Lo, diajak ngomong malah pergi" kata dia.

Author POV

Zahra ga langsung keruang panitia, dia ke toilet dulu. Duhhh, beser nih Zahranya.

Anjing Lo! Gue ga lagi beser bangsat! Ngapa Lo bikin cerita gue beser? ~ Zahra

Mati ae Lo! Pemeran tu dilarang protes, ngikutin alur ~ gue

🖕Otw kill you, lanjut! Author banyak bacot! ~ Zahra

Setelah sampai di depan toilet Zahra melihat pemandangan yg tidak enak di hati.

TBC!!

Kalo bisa vomentnya!

Satu aja gpp, hehe😄😄

También te puede interesar

Pesan Cinta Effendik

“Menata hati bukan ikwal membalik telapak Mencairkan luka jua tak sekedar meneguk kopi Menyapu keresahan masa lalu jua teramat tak mampu Semua adalah garis takdir qada Mau tak mau harus terlewati Di sisinya ada jurang di sisi yang lain ada lubang Di tengah-tengah ada serapak dua kaki Bila salah sedikit neraka jahanam adalah ujung tanpa tepi Bukan masalah hanya mengucap Bismillah Atau mengusap kedua tangan kemuka dengan Allhamdulillah Tapi terus berjalan di jalanan yang benar Setegak alif sekuat baq berjuang demi menjaga keimanan dan kesalehan hati Terus berusaha hidup dengan lafaz shalawat dan tabuh genderang takbir langit” *** Begitulah serat cinta lampiran sebait puisi Effendik yang iya tulis rapi bak catatan buki diari. Sore menjelang magrib dengan segelas kopi dan sebungkus rokok di atas meja berteman sunyi sebuah gang desa bernama Mojokembang. Sebuah desa pinggiran kota Jombang. Ini ikhwal sebuah cerita dan album masa lalu Bagus Effendik. Seorang lelaki muda yang sedang mencari jati diri. Benturan demi benturan kenyataan pahit terus ia lalui. Kehidupan sederhana dari orang tua yang sederhana membuat ia harus selalu berjibakuh dan kerja keras untuk mencari sesuap nasi. Bagus Effendik yang sering dipanggil dengan sebutan Cacak Endik. Adalah pemuda biasa dari kebanyakan pemuda kampung lainnya. Namun di balik penampilannya yang biasa saja terselip kalam-kalam illahi yang indah yang selalu tergetar di mulut dan hatinya. Jalan takdir yang ia miliki membuatnya selalu resah dengan keadaan yang diterimanya. Iya selalu bertanya dalam hati apa itu cinta sebenarnya dalam arti mana harus ku kerahui cinta apakah dalam arti kiasan atau secara hakikatnya

Cacak_Endik_6581 · Historia
Sin suficientes valoraciones
55 Chs

NITYASA : THE SPECIAL GIFT

When death is a blessing. Bagaimana jika lingkup sosial kita di isi oleh orang-orang menakjubkan? Diantaranya adalah orang yang mempunyai anugerah di luar nalar. Salah satunya seorang bernama Jayendra yang berumur lebih dari 700 tahun dan akan selalu bertambah ratusan bahkan ribuan tahun lagi. Dia memiliki sebuah bakat magis yang disebut Ajian Nityasa. Kemampuan untuk berumur abadi. Mempunyai tingkat kesembuhan kilat ketika kulitnya tergores, tubuh kebal terhadap senjata dan racun, fisik yang tidak dapat merasakan sakit, serta tubuh yang tidak menua. Namun dari balik anugerah umur panjangnya itu, gejolak dari dalam batinnya justru sangat berlawanan dengan kekuatan luarnya. Pengalaman hidup yang dia lewati telah banyak membuatnya menderita. Kehidupan panjang tak bisa menjaminnya untuk bisa menikmati waktunya yang melimpah. Kebahagiaan tak lagi bisa dia rasakan. Dari semua alasan itu, maka baginya kematian adalah hal yang sangat ia damba. Tetapi malaikat pencabut nyawa bahkan tak akan mau mendekatinya yang telah dianugerahi umur abadi. Pusaka yang menjadi kunci satu-satunya untuk menghilangkan Ajian Panjang Umur itu telah lenyap ratusan tahun lalu. Maka jalan tunggal yang harus ditempuh adalah kembali ke masa lalu. Tidak, dia tidak bisa kembali. Orang lain yang akan melakukan itu untuknya. Seorang utusan akan pergi ke masa lalu bukan untuk merubah, tetapi untuk menguji seberapa besar batasan kepuasan manusia. Masa lalu berlatar pada awal abad 13 di Kerajaan Galuh pada masa kepemimpinan Maharaja Prabu Dharmasiksa. Di zaman itulah misi yang semula hanya untuk mengambil sebuah pusaka seolah berubah menjadi misi bunuh diri. Kebutaan manusia akan sejarah membuatnya terjebak pada konflik era kolosal yang rumit. Mampukah mereka melakukannya? Atau akan terjebak selamanya?

Sigit_Irawan · Historia
4.9
240 Chs