Tatapan mata perempuan yang dipanggil Hei Gou dengan sebutan ibu itu mendadak tajam. Selama hidupnya, ia sudah merasakan semua perasaan manis dan pahitnya kehidupan. Ia sudah melihat semua kejadian dari posisi teratas hingga bawah. Namun sangat disayangkan, ia tidak dikaruniai anak yang banyak.
Pada awal-awal pernikahannya, ia melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan dari suaminya yang berjumlah satu lusin. Diantara anak-anaknya itu, ia paling bangga dengan putri tertua. Putri tertuanya adalah perempuan yang memiliki kepandaian di atas rata-rata. Ia berpikir bahwa putri tertua bisa mewarisi posisinya. Namun, putri tertua tiba-tiba meninggal dan anak-anaknya yang lain tumbuh dengan cacat kemudian meninggal. Kini, sudah terlambat untuk memiliki anak lagi dan hanya tersisa anak bungsunya saja yang masih sehat dan bugar.
Ia pun menghela napas lagi, "Baiklah, mari kita tonton dulu pertandingan yang akan dimulai sebentar lagi."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com