webnovel

CALON MENANTU

Semakin hari hubungan Arumi dengan Bu Ema dan Keenan semakin dekat. Keenan pun sekarang sudah mulai terbuka pada Arumi. Dia tidak sedingin dulu. Ya karena si Kembar yang membuat Keenan menjadi seorang yang hangat. Dia mencintai si Kembar seperti anaknya sendiri.

"Anggaplah mereka seperti anakmu sendiri, Ken." itu pesan bu Ema pada Keenan. Keenan yang anak tunggal seperti menemukan kehangatan sebuah keluarga saat bersama dengan Arumi dan anak-anaknya.

Si Kembar kini sudah berumur satu bulan. Hari ini Arumi sudah mulai bekerja lagi. Bu Ema sudah mencarikan seorang baby sitter untuk membantu bu Fatma mengurus Axel dan Aqila. Bagi Arumi, Bu Ema sudah seperti ibunya sendiri. Mereka sudah bukan seperti atasan dan bawahan. Tapi sudah seperti ibu dan anak. Bu Ema berharap Arumi bisa bersama Keenan. Hanya saja Arumi dan Keenan belum bisa jujur pada perasaan mereka sendiri.

"Bu, saya berangkat dulu ya." Ucap Arumi pada Bu Fatma saat akan berangkat ke Toko.

"Iya, mbak Arumi hati-hati ya."

Arumi mencium anaknya satu persatu.

Ya sekarang Bu Ema sudah mendirikan show room di dekat pabrik. Yang fungsinya juga sebagai Toko. Agar orang-orang yang mau membeli offline jadi lebih mudah. Mereka memang lebih menggarap pasar export. Tapi akhir-akhir ini, tepatnya sejak toko online mereka laku keras, mereka jadi membuat produk yang menyesuaikan pasar lokal. Hanya dengan merk yang berbeda. Karena adanya perbedaan kualitas dibanding pasar export nya.

Sejak Arumi libur kerja, Arumi tetap membantu bu Ema dari rumah. Laptopnya di pindahkan ke rumah Arumi. Jadi mita dan intan akan memperoleh informasi lewat ponsel mereka. Jad mereka tetap bisa bekerja  walau Arumi tidak datang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Eh, teh Arumi udah berangkat lagi ya?" Intan dan Mita memeluk Arumi dengan hangat. Arumi beruntung, dia selalu dipertemukan dengan orang-orang baik. Seperti Intan dan Mita yang sudah seperti adiknya sendiri.

"Maaf ya, kalian jadi repot sejak aku melahirkan."

"Enggak koq teh, kan teh Arumi juga bekerja dari rumah. Kita tinggal nyiapin barangnya aja koq."

"Terimakasih ya. Kita akan bekerja bersama lagi." Arumi tersenyum melihat Intan dan Mita yang selalu ceria.

"Teh, gimana kabar si kembar? Anaknya teteh ganteng dan cantik lho. Apalagi yang cowok masih kecil aja udah keliatan gantengnya." Intan dan Mita pernah menjenguk si Kembar waktu itu, jadi tahu bagaimana wajah si kembar.

"Alhamdulillah.. kamu bisa aja Tan."

"Iya koq teh emang. Kalau aja aku masih seusia Axel, pas kita nanti udah besar, aku mau deketin si Axel." Kata Intan yang memang suka melucu. Arumi tertawa melihat Intan.

"Iya, sayangnya nanti kalau Axel udah besar, kamu udah jadi tante-tante. mana mau Axel sama tante-tante kayak kamu." Ucap Mita menimpali.

"hehehe.. Kalian ini bisa aja. Udah ayo kerja lagi. Nanti kalau bu Ema tahu, bisa-bisa kita semua bakal dipecat."

"Ga mungkin lah teh, masa sama calon menantu mau dipecat." Intan membekap mulutnya. Dia menyesali dirinya yang suka keceplosan.

"Eh, maaf Teh."

Arumi hanya tersenyum. "Iya gapapa koq."

Mereka pun kembali bekerja. Intan menjadi tak enak hati dengan Arumi. Tapi bukan salahnya karena bu Ema pernah bilang kalau Arumi adalah calon menantunya.

Mereka bekerja seperti biasa. Arumi mengecek banyak sekali pesanan yang masuk. Dia lalu mencetaknya dan Intan dan Mita yang menyiapkannya.

Tak terasa sudah jam makan siang. Sebelumnya Arumi melihat ada mobil Keenan yang masuk ke Pabrik. Rupanya Keenan sudah pulang dari Singapura. Ya seminggu yang lalu Keenan bilang dia harus meninjau perusahaannya yang ada di Singapura.

Saat Arumi akan membeli makan siang dengan Intan dan Mita, mereka dikejutkan dengan kehadiran bu Ema. Bu Ema tampak khawatir.

"Arumi, ibu mau ke Jakarta. Adik ibu yang ada di Jakarta sakit. Jadi ibu tinggal dulu ya. Keenan akan di sini mengawasi pabrik. Harusnya dia ikut karena ingin melihat kondisi paman kesayangannya."

Keenan memang sayang pada Yudha. Karena sejak kecil Keenan telah ditinggal oleh Ayahnya meninggal. Jadi dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seorang Ayah. Hingga Yudha yang merupakan saudara kembar Bu Ema ikut mengasuh Keenan kecil. Sampai Keenan besar dan melihat pamannya disakiti oleh istrinya sendiri, membuat Keenan prihatin. Oleh sebab itu, Keenan menjadi pemilih soal wanita.

"Iya, Bu. Ibu sama Pak Imam ya?"

"Iya berdua sama Imam ke Jakarta. Biar Keenan yang di sini. Tolong ingetin Keenan makan ya, Rum. Dia punya maag soalnya. Tapi bandel suka makan telat -telat kalau ga diingetin."

"Iya bu InsyaAllah." Bu Ema pun masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Pak Imam sopir pribadinya.

"Cie-cie yang dititipin calon suami." Lagi-lagi Intan menutup mulutnya karena iseng menggoda Arumi.

"Hush, Tan. lihat mbak Arumi pipinya kayak tomat. lho." Ucap Mita tak kalah iseng.

"Kalian ini bisa aja. Udah yuk cari makan dulu."

Intan dan Mita yang berjalan di belakang Arumi tersenyum-senyum melihat Arumi yang malu-malu kucing.

Mereka pergi ke warung makan sederhana yang menjual makanan khas Garut. Arumi ingin membelikan makanan juga untuk Keenan. Khawatir kalau Keenan juga belum makan.

Arumi memesan nasi liwet dan lauk pauknya. Dia membungkus untuk dirinya dan Keenan. Arumi tidak tahu makanan kesukaan Keenan tapi waktu dirumah bu Fatma, Keenan suka-suka saja makan dengan nasi liwet dan tahu tempe. Sepertinya Keenan bukan pemilih

"Mbak Arumi koq beli dua bungkus? Yang satu lagi buat siapa tuh?" Intan senyum-senyum melihat Arumi yang tampak malu-malu.

"Buat Mas Keenan. Tadi kan Bu Ema nitip buat ingetin mas Keenan makan. Ya udah mending tak beliin sekalian dari pada cuma ngingetin aja."

"Cieh.. sekarang panggilnya pake Mas lho."

Arumi baru menyadari kalau dia memanggil Keenan dengan sebutan Mas.

Arumi hanya tersenyum saat Intan menggodanya. Merekapun kembali ke showroom dan Arumi masuk ke dalam pabrik mencari Keenan. Dia mencari-cari Keenan ke dalam ruang kerjanya. Dan benar saja Keenan sedang sibuk di sana. Keenan menggunakan kacamata sambil bekerja. Tampak tampan sekali. Arumi sedikit terpesona dengan wibawa Keenan saat bekerja.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Eh, kamu Rum. Masuk aja Rum."

Arumi masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka itu.

"Ken, ini aku beliin makanan buat kamu. Tadi Bu Ema bilang suruh ingetin kamu makan soalnya kamu kan punya Maag."

"Ah iya, taruh di situ aja Rum. Makasih ya."

"Permisi Ken. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Keenan sama sekali tak melihat Arumi. Dan Arumi keluar ruangan melihat Keenan yang tak juga menyentuh makanannya. Arumi merasa sedikit kecewa.

Bagaimana nih melihat kedekatan Arumi dan Keenan. Bu Ema sudah memberi lampu hijau.

Bu Ema ke jakarta akan menengok adik kembarnya yang bernama Yudha. di Sana Bu Ema bakal ketemu Iyan ga ya?

ANESHA_BEEcreators' thoughts
Siguiente capítulo