webnovel

PART 07

Prilly bersiap untuk keluar, ia ingin berjumpa dengan temannya si Jo.

"Mau ke mana kamu?" tanya Aliando melirik

"Mau keluar sebentar," jawabnya datar

"Sama siapa?" tanya Aliando

"Sama Jo. Kenapa?" jawabnya kembali bertanya lagi

"Jo, sahabatmu dari New York?" tebak Aliando.

"Iya. Kenapa?" jawabnya datar lagi.

Ada apa dengan sikap Prilly akhir ini. Setiap Aliando menanyakan mau ke mana. Jawabnya selalu datar dan singkat. Aliando geram dengan sikapnya akhir - akhir ini.

Sejak kejadian kemarin, mereka berdua diam tanpa berbicara. Prilly lebih banyak keluar apartemennya pulang larut malam. Sedangkan Aliando menunggu hingga ketiduran.

"Jam berapa pulang?" tanya Aliando lagi.

"Tergantung, kenapa?" jawabnya kembali bertanya. Sekarang ia sudah bersiap untuk keluar tanpa membawa kunci duplikatnya.

"Kenapa tidak bawah kuncinya. Nanti kamu pulang bagaimana masuknya," ucap Aliando menyusul.

Prilly mendengus kemudian menoleh, menatapnya sengit. Aliando mengangkat satu alisnya.

"Gue tidak pulang hari ini. Gue lembur. Jadi nggak perlu menunggu gue," balasnya berlalu pergi tanpa menoleh lagi.

Sudah sebulan Prilly tinggal di apartemen Aliando. Aliando belum koneksi otaknya maksudnya Prilly tidak akan pulang lagi ke apartemennya, dan dia tidur sendirian lagi.

"Oh shit!" umpat Aliando.

****

"Dasar manusia gak peka. Bukannya kejar gue. Malah nanya gue ke mana. Uhh.. Prilly sialan. Kenapa dapati pria kayak dia gak peka banget sih," gerutunya.

Masuk ke dalam taksi, menyuruh sopirnya menuju lokasi tempat rumah sahabatnya.

Tiba - tiba sopirnya mendadak berhenti. Membuat Prilly maju ke depan.

"Ada apa, Pak?" tanyanya.

Supir taksi menoleh Prilly menunjukkan seseorang menghalangi jalannya. Prilly mengikuti arah depan. Di sana seorang turun dengan gagah kerennya memakai serba hitam plus kacamata hitam.

Prilly tidak terlalu jelas melihatnya, karena terik matahari sangat menyilaukan. Diketuk kaca jendela tepat ia duduk. Terkejut Prilly.

"Ya.... Ada apa?" tanya Prilly. Sudah jelas tanya lagi. Itu calon suami mu Prilly.

"Keluar!" perintahnya.

"Hah?? buat apa? Memang situ siapa?" tanyanya.

"Maaf ya, Pak. Saya harus bawa Istri saya ke rumah sakit. Dia ada sedikit kurang waras," ucap Aliando ngasal ngarang.

Membuat Prilly melototi arah Aliando. Di tarik paksa keluar. Mobil taksinya pergi meninggalkan mereka berdua di sana.

"Apa-apaan sih, lo. Gue masih waras! Lo nya gak waras!" omel Prilly gak terima di katain gila.

Aliando tetap diam gak membalas amarahnya si cewek sialan itu. Malah mengendongnya langsung. Membuat Prilly terkejut setengah mati, langsung di peluk leher Aliando.

"Kyaaaa.. Om gila?!" umpat Prilly menatapnya. Aliando senyum yang ada melukiskan padanya.

Di turunkan ke dalam mobilnya. Terus, Aliando masuk menyusul. Jalankan mobilnya ke tujuan tempat berbeda.

"Om, mau bawa gue ke mana?" tanya nya. Daritadi diam saja si Aliando.

"Halo... Om... mau bawa gue ke mana?!" di tanyain lagi. Tetap tidak menjawab.

Sampai di rumah sakit Harapan Medika. Prilly masih bingung.

"Kok berhenti di sini sih, Om. Memang siapa yang sakit, Om?" Prilly masih mengoceh. Aliando turun dari mobilnya.

Kemudian membuka pintu untuk Prilly turun. Prilly turun ditutup kembali. Aliando memutar kan tubuh Prilly ke depan.

"Om... Siapa yang sakit. Jangan bilang Om mau bawa gue kejiwaan ya?! Gue gak gila Om! Om! OM?!" Prilly terus merengek, dia ingin kabur dari rumah sakit itu. Tapi di tahan sama Aliando.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya suster informasi.

"Dokter Isabella ada?" tanya Aliando.

"Ada pak. Langsung saja," jawab Susternya. Aliando mengaku kemudian menarik Prilly ikut masuk ke dalam.

"Om... Gue gak sakit! hiks... Om.. Jahat... Om tega... hiks ... Om ... Lepasin... Om!!!" Aliando tetap tidak melepaskan tangan Prilly. Sampai di depan pintu ruangan dokter Isabella.

Dokter Isabella adalah sahabat baiknya Aliando. Dia adalah dokter kandungan terbaik di puri ini. Prilly menangis terisak - isak. Saat masuk ke dalam ruangan Isabella.

Isabella menyambut senyuman pada Aliando dan juga Prilly.

"Om... Gue gak sakit. Dokter, gue gak sakit dok. Om ini yang sakit. hiks.. hiks..." ucap Prilly menunjukkan arah berdiri Aliando di sampingnya.

"Bel.. tolong periksa dia ya," kata Aliando pada Isabella. Isabella mengiyakan.

"Ayo, ke sini. Berbaring dulu," sahut Isabella pada Prilly. Prilly terisak-isak menuruti dokter cantik itu. Aliando senyum - senyum.

"Jangan takut, gak di suntik kok. Cuma memeriksanya saja," ucap Isabella.

"Kapan terakhir menstruasi?" tanya Isabella memulai saat akan memeriksa.

"Minggu lalu," jawabnya masih terisak-isak.

Sedangkan Aliando berdiri di sebelahnya sambil melihat keadaannya.

"Dokter kenapa tanya menstruasi gue? Memang kenapa dok. Gue penyakitan ya, dok. Ada kista ya dok?" Prilly terus bertanya. Isabella hanya senyum tidak menjawab pertanyaannya.

"Om ... kok dokter cantik gak jawab pertanyaan gue. Om... Ih.. Om jahat. Senyum - senyum mulu," merengut Prilly saat turun dari brankar. Aliando ingin bantu malah di tepis sama Prilly.

"Jangan sentuh?!" ketus Prilly berubah jadi labil lagi. Prilly keluar menunggu Aliando mendengar penjelasan dari Isabella.

"Dari pemeriksaan tadi. Dia positif hamil. Usia kandungannya sudah 10 hari. Untuk masa hubungan intim di anjurkan jangan dulu ya. Bisa menganggu kesehatan bayi di dalam tubuh dirinya," jelas Isabella pada Aliando.

Aliando mendengarnya pun sedikit terguncang. Sudah dia duga, kalau cewek sialan itu hamil dari anaknya.

"Gimana kabar kerjaanmu. Akhir-akhir ini kamu sedikit stres. Kamu masih berhubungan sama jenis kamu?" tanya Isabella.

"Begitu lah. Aku juga bingung gimana atasi si Andy. Menurutmu bagaimana?" jawab Aliando lesu

"Perlahan kamu bicara baik-baik sama dia. Kamu juga harus menjaga kehamilan istrimu. Di usia muda nya. Banyak yang harus di lewati nya. Jangan sampai membuat istrimu sakit karena kondisi mu." kata Isabella menasihati.

"Ya... kamu benar, aku harus mengatakan pada Andy," jawabnya

"Kamu mencintainya?" tanya Isabella

"Andy?"

"Bukan, tapi Istrimu," ucap Isabella.

"Entahlah aku bingung," jawabnya

"Coba lah mencintainya. Dia juga butuh dirimu. Kamu menghamili nya, anakmu membutuhkan seorang ayah juga. Aku yakin kamu juga bisa mencintainya seperti kamu mencintai Andy," ucap Isabela.

"Iya, Baiklah. Aku akan mencobanya. Terima kasih atas saranmu." usainya berkata.

Aliando berdiri dan keluar dari ruangan Isabella. Di sana bisa ia lihat, Prilly tertidur di luar saking mengantuk menunggu lama.

Aliando jongkok melihat wajah tanpa beban.

"Maafkan aku, sayang. membuatmu harus menanggung nya. Selamat atas kehamilan mu," batin Aliando dalam hati berkata.

****

Prilly terbangun, Tiba-tiba perutnya serasa sangat lapar. Dia turun dari kasurnya. Dia tidak memikirkan sejak kapan dia sudah di apartemennya Aliando. Yang pasti dia sedang memikirkan perutnya perlu di isi. Dia sangat lapar hari ini. Benar sangat lapar.

Di dapur, dia membuka kulkas, tidak ada sayuran untuk bisa di masak. Di cari seisi lemari di sana. Tidak ada satu pun bisa di makan. Ada satu lemari paling atas. Ada kerupuk kentang terselip sangat jauh sekali.

Prilly ambil kursi, dia mulai menaiki kursi itu. Kemudian membuka lemarinya. Di ambil menggunakan menjinjit agar bisa meraihnya. Setelah dapat, kursi yang dinaikinya bergoyang tidak seimbang. Prilly seakan bersiap jatuh dari atas kursi itu.

Aliando yang baru keluar dari kamar mandi selesai bersihkan diri. Tertangkap sosok mungil menaiki kursi yang mulai jatuh. Aliando langsung berlari untuk menyelamatkan Prilly dari bahaya..

Prilly terjatuh, kursi yang dia injak tergeser jatuh juga. Prilly merasa tidak apa-apa. Tidak ada yang sakit. Mendengar suara mengerang.

"Aaahhh...!!!" rintih Aliando.

Prilly langsung bangkit dari punggungnya Aliando. Aliando bangun merasakan betapa sakitnya tulang - tulang saat menyelamatkan Prilly dari bahaya. Jika sampai terjadi sama anaknya.

"Om, kok bisa di bawah?" tanya Prilly polos.

"Menyelamatkanmu, tau?!" jawabnya ketus. Seperti di bentak begitu.

Prilly mencebik bibir merengut siap menangis. Aliando langsung berubah wajah nya menjadi senyum.

"Maaf, bukan bentak mu. Kenapa kamu bisa naik di kursi itu?" tanya Aliando

"Ambil ini. Lapar," jawabnya di tunjuk bungkusan kerupuk kentang.

"Kalau jatuh gimana nantinya. Bahaya tahu. Untung kamu tidak apa-apa." ucap Aliando membantu Prilly bangun dari lantai.

"Kamu lapar. Jangan makan kerupuk itu. Gak baik. Biar aku pergi beli saja. Kamu mau makan apa?" lanjutnya lagi dan bertanya pada Prilly, di ambil kerupuk itu dari tangannya.

Prilly diam tidak membalas. "Aku mau es krim jumbo sama martabak telur dua porsi." ucapnya menunjukkan ujung jari dan jari tengah. Bentuk V.

"Kamu benar bisa makan sebanyak itu?" tanya Aliando sekali lagi. Prilly mengangguk.

"Ya sudah kamu duduk di sini. Aku pergi beli. Kalau kamu bosan, tonton televisi saja dulu ya. Kalau ada apa-apa, telepon aku. Oke. Jangan keluar sebelum aku kembali." Lanjut Aliando memerintahkan Prilly agar berdiam di apartemen selagi Aliando keluar membeli makanan buat dirinya.

Aliando membuka internet apa saja pengaruh setelah masa usia ibu hamil masih muda. Sambil jalan mencari makanan yang di minta sama Prilly. Aliando berhenti di salah satu tempat penjual es krim.

Aliando masuk ke dalam, ada banyak rasa. Aliando tidak tahu kesukaannya rasanya apa. Dia asal pilih saja. Biasa cewek paling suka rasa vanila sama cokelat.

Setelah membeli es krim jumbo. Aliando lanjut mencari martabak telur. Cukup ramai di sini. Dia memesannya sambil menunggu. Ia masuk ke salah satu minimarket beli beberapa camilan untuk stock di apartemennya.

Baru saja akan kembali mengambil martabak, seseorang menepuk pundak Aliando. Aliando tersentak kejut langsung menoleh. Di sana ada Andy, kekasih gay nya. Andy sangat senang bisa bertemu dengan Aliando.

Aliando masih bingung, kenapa Andy bisa di tempat ini. Bukankah dia sedang bertugas penerbangan. Kenapa sekarang dia bisa dengan santai di sini.

Prilly terus menunggu hingga terlelap dalam tidur alam mimpinya. Televisi yang ia buka masih menyala. Aliando dan Andy berbincang hingga lupa waktu, membuat Prilly menahan berapa laparnya dirinya sehingga rasa kantuk kembali menyerangnya.

Siguiente capítulo