webnovel

Lanjutannya 2.

Hari minggu yang cerah, Raine masih bergulat di tempat tidur, dilihatnya handphonenya sesaat untuk melihat jam berapa sekarang, dan dengan malas Raine meninggalkan tempat tidurnya menuju kamar mandi dan langsung menuju ruang makan, disana masih bisa dilihat ibunya yang sedang memasak didapur dan sosok tinggi tegap sang ayah tidak terlihat olehnya

"Ayah kemana bu ?"

Tanya Raine sambil memeluk ibunya dari belakang, si ibu tersenyum dan mencium pipi anaknya yang baru bangun dari tidurnya.

"Koq anak ibu bau sih ? Belum mandi Raine ?"

"hehehe.."

Raine menjauhkan tubuhnya dari ibunya dan duduk manis di bar dapur sambil memandang ibunya masak sayur asem kesukaan ayahnya, Raine mengolesi roti dengan selai stroberi dan memakannya, ibu menaruh segelas susu yang tidak lagi hangat didepan anaknya, Raine tersenyum memandang ibunya dan mengucapkan terima kasih, Raine kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan di rumahnya yang terlihat asri dan sepi, mencari-cari sosok ayahnya.

"Ayah lagi ngejemput anak temannya."

Ibu langsung memberitahu anaknya yang sedang kehilangan sosok ayahnya itu, Raine memandang ibunya, penasaran.

"Ngejemput anak temennya ayah ?"

"Iya, sementara ini mau tinggal disini, sampai kuliahnya selesai."

"Ouuwwwhhh.."

Raine menghabiskan gigitan terakhir rotinya, lalu meminum susunya sampai sisa setengah gelas dengan sekali teguk.

"Anak temen ayah itu lebih tua dari aku 1 tahun ya bu ?"

Ibu memandang putri satu-satunya keluarga itu, matanya yang polos memancarkan rasa ingin tahu yang besar, sama seperti ayahnya, ibu tersenyum dan mengambil gelas susu yang tinggal setengah itu dari meja tempat putrinya duduk.

"Nanti juga kamu ketemu koq." Suara klakson mobil terdengar memasuki rumah sederhana di daerah kebayoran baru tersebut, Raine langsung memandang siaga kearah jendela saat melihat mobil ayahnya memasuki halaman depan. "Tuh, ayah udah pulang."

Raine pergi meninggalkan ibunya yang masih saja tersenyum memandang putrinya yang berlari kearah pintu rumah, membukakan pintu untuk ayahnya.

"Eh, anak ayah udah bangun."

Ayah mengacak rambut anaknya dengan sayang saat didapati putrinya sudah membukakan pintu untuknya.

"Koq pergi gak bilang-bilang Raine? Raine kan juga mau ikut."

Keluh Raine mengikuti langkah ayahnya masuk kedalam rumah menuju ibu yang sudah menyediakan minuman di ruang tamu, ayah memandang Raine mencoba meledek putrinya yang paling susah bangun pagi di hari libur.

"Coba ayah liat" kata ayah memeriksa wajah Raine yang cemberut manja padanya, "Tuh, masih ada ilernya, belum mandi kan ? Gimana mau ayah ajak, ayam aja kalah sama kamu kalo masalah tidur, hahahahaha." Raine makin cemberut mendapat sindiran ayahnya.

"Biar belum mandi, tetep cantikkan Raine dari ayah."

"Hahahaha"

"kehehehe"

Raine menyadari sesuatu yang seharusnya lebih cepat disadarinya sejak awal, ada sosok lain di belakang ayahnya, sosok elegan dan tampak feminim, tinggi, putih dan cantik. Raine memandang kagum kearah cewek itu dan menyenggol lengan ayahnya.

"Yah, ini bukan ibu tiri Raine kan?"

Cewek itu tersenyum geli mendengar pertanyaan Raine, ibu mencubit lengan ayahnya yang mau ikutan tertawa mendengar ucapan putrinya.

"Oia, Juni, ini putri om, Raine, Raine ini Juni, anak temen ayah, dia akan tinggal sementara disini sampe wisuda."

Raine menjabat tangan Juni  yang lebih lembut dan halus dari kelihatannya, tercium wangi parfum yang dipakai Juni yang sangat manis, semanis senyum cewek itu, Raine merasakan sebuah dejavu saat itu, seperti pernah mencium wangi parfum yang sama seperti yang Juni pakai.

"Hai, panggil aja Juni, gak usah pake 'kak' ya Raine, hehe"

Raine tersenyum mendengar ucapan Juni yang ramah dan tampak bersahabat, sepertinya bakal seru nih, punya kakak cewek, batin Raine tertawa riang.

"Woi, bantuin dong, berat nih."

Raizha abang Raine tertatih-tatih membawa koper yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya, Raine tertawa melihat abangnya sedang kesusahan.

" Sok sih. Sini ku bantu."

Ucap Raine, dan membantu abangnya menarik tangkai yang ada di depan koper tersebut.

"Begini abang ku. Tarik dah, gimana ? lebih enteng kan!"

Abangnya tertawa melas, menertawai kebodohan yang sudah dibuatnya, Raine yang melihat kejadian itu langsung menyenggol-nyenggol lengan abangnya.

"Grogi ya liat cewek cantik ?"

Raine langsung lari kedalam rumah sebelum kena semprot abangnya yang sudah mulai memandang galak kearah adiknya yang iseng.

"Yee..mandi dulu lo.! Bau tau.!"

"Tapi cantik. hahahaa"

Juni tertawa kecil melihat keakraban dan kehangatan dirumah itu, rasa kangen kepada keluarganya pun merasuk relung hatinya, tapi dia harus bisa menunjukkan kepada ibunya, bahwa dia sanggup belajar di Jakarta jauh dari orang tua dan hidup mandiri.

***

Siguiente capítulo