Marco dan papanya keluar dari ruang rapat setelah jam delapan lewat, Marco masuk ke toilet dan melihat dua panggilan tak terjawab dari Chloe dan melihat panggilan sudah di lakukan dua jam yang lalu. Marco mengusapkan jarinya di layar ponsel dan melakukan panggilan balik tapi setelah lima kali dia memanggil tidak ada jawaban. Dia melirik jam 'apa mungkin dia lagi mandi ?'. Marco memasukkan ponselnya ke kantong dan menghampiri meja kerja papanya.
"mau makan malam bersama ?" tanya Marco
"yup, kita makan dulu sebelum balik hotel"
Dan mereka turun bersama ke lobi, sepanjang jalan di mobil Marco terus melakukan panggilan ke ponsel istrinya, tersambung tapi tetap tidak ada jawaban.
"iya kami baru mau makan malam" marco mendengar papanya sedang melakukan panggilan
"itu mama ?" tanya Marco,
"hmm....mau bicara ?" tanya tuan Suri sambil menyodorkan ponsel ke putranya
"hmm.....ma, Chloe sudah pulang ?" tanya Marco tanpa basa basi
"Chloe pulang ke rumah orang tuanya, dia kangen ibunya mungkin karna kamu tidak ada makanya dia jadi kangen ibunya, pengen di peluk-peluk"
"nih papa" Marco menyerahkan kembali ponsel ke papanya dengan cemberut
Kalau dia pulang ke rumah ibunya apa dia terlalu asyik ngobrol sampai tidak memperhatikan ponselnya, atau dia asyik main sama Virgo ? ah biarlah nanti setelah balik ke hotel dia bisa menghubunginya lagi.
Ketika sampai di memasuki restoran Marco melihat Jocelyn yang sudah memesan meja melambai ke arah mereka, dengan kening berkerut Marco mengkuti papanya berjalan menuju ke meja tempat Jocelyn. Seorang pria kaukasia duduk di sebelahnya.
"om, Marco kenalkan ini teman Celyn dari Amerika tidak apa kan kalau dia bergabung dengan kita ?" tanya Jocelyn malu-malu
"tidak masalah" jawab tuan Suri singkat.
Sepanjang makan malam Marco yang meletakkan ponselnya di atas meja terus melirik ponsel, dia menunggu Chloe memanggilnya tapi ponselnya tetap tidak bergeming. Marco merasa mulai frustasi.
"Marco kenapa ? apa ponselmu ada salah, dari tadi kamu menatapnya seakan dia musuhmu ?" tanya Jocelyn penuh perhatian, tapi Marco mengabaikannya.
Selesai makan Marco sudah bersiap meninggalkan meja saat Jocelyn meraih tangannya "Marco mau bergabung denganku ke lantai tiga, ada club yang baru buka di atas dan katanya yang terbaik di kota"
Marco menepis tangan Jocelyn dengan halus dan menjawab "kalian saja, aku dan papa mau istirahat, besok masih banyak kerjaan yang harus di selesaikan."
"baik lah, nanti kalau kamu berubah pikiran kamu langsung datang saja" Jocelyn menjawab dengan kecewa.
Marco menempati kamar president suit dengan dua kamar, begitu masuk dia langsung berderap menuju kamar dan dengan cepat dia membersihkan diri, setelah segar dia berbaring di ranjang dan mengambil ponselnya. Dia menelpon lagi Chloe lagi-lagi tidak di jawab. Akhirnya Marco memutuskan untuk menelpon kakak iparnya
"Hallo"
"kak Mey, Chloe ada ?"
"Chloe ? aduh maaf, aku masih di restoran, memang hari ini Chloe nginap di rumah ?"
"iya"
"kenapa kamu gak langsung ke rumah ? kalian lagi berantem ?" goda Meylinda
"saya lagi di luar kota"
"ooo...terus kenapa tida menelponnya langsung ?"
"dia tidak angkat"
"oke deh, berhubung ini sudah malam kayaknya ibu sudah istirahat, bentar lagi aku pulang, aku akan kasi tau Chloe suruh dia telpon kamu"
"oke, makasih"
Setelah menelpon Marco mengambil laptopnya dan dia iseng menyalakan GPS yang tempo hari dia pasang diam-diam di ponsel istrinya. Selama ponsel itu aktif keberadaannya akan terlacak. Dia belajar dari kecelakaan yang menimpa istrinya tempo hari, jadi untuk berjaga-jaga dia memasang GPS. Marco menzoom peta jalan begitu keberadaan ponsel Chloe muncul Marco mulai mengerutkan kening lagi, dia melirik jam sudah jam sepuluh dan GPS menunjukkan keberadaannya di sebuah mall, apa yang di lakukan gadis ini malam-malam di mall ? jangan-jangan dia kencan lagi dengan si pirang. Marco meraih ponselnya dan menelpon Stefan.
"hei..."
"jam berapa tadi Chloe pulang ?"
"sekitar jam lima, kenapa ?"
"dia bilang mau pergi kemana setelah pulang ?"
"tidak, dia cuma bilang mau makan sepuasnya untuk balas dendam"
"jadi tadi siang dia tidak makan ?"
"heh..." jawab Stefan merasa bersalah
"dia tidak bilang ada janji dengan si pirang ?" selidik Marco mengabaikan rasa bersalah sepupunya
"si pirang ?" siapa si pirang ?
"adik mantan brengseknya"
"ooo...tidak, kenapa kamu panik begitu ? cemburu sama si pirang ? atau takut si pirang akan membawa istrimu ke kakaknya ?" tanya Stefan memanasi sepupunya.
"kamu punya nomor ponsel si pirang ?"
"tidak, tapi ini sudah malam dan mall sudah tutup kalau pun mereka bersama pasti mereka sudah pergi"
"tapi sinyalnya menunjukkan dia masih di sana"
"mungkin ponsel Chloe di curi"
"kalau di curi pasti di nonaktifkan"
"oke, tunggu aku tutup toko"
"sebaiknya kamu bergegas" kata Marco tidak sabar
"kenapa kamu begitu gugup ?" Stefan bisa merasakan persaan gugup sepupunya yang biasanya tenang
"entahlah, mudah-mudahan ini hanya perasaanku, aku merasakan firasat buruk" Marco menyapu rambutnya dengan tangannya karna frustasi
"tenanglah, dia bisa menjaga diri" Stefan mencoba menekan kegugupannya juga dan mencoba menenangkan sepupunya.
"aku telpon kakaknya dulu, seharusnya mereka sudah di rumah" kata Marco lalu memutuskan sambungan.
Sebelum Marco menekan nomor Meylinda, perempuan itu sudah menelponnya lebih dahulu
"ya kak Mey ?"
"Marco, Chloe tidak ada di rumah, ibu bilang dia juga tidak memberi kabar kalau mau pulang"
"oke, makasih"
Marco memutuskan sambungan lagi dan kali ini dia menelpon Jason, karna sudah larut mamanya biasanya sudah tidur di jam begini dan dia tidak berniat membuat mamanya panik.
"ya ?" Jawab Jason pada dering pertama
"kakak iparmu ada di rumah ?"
"tidak ada, mama bilang di pulang ke rumah ortunya"
"oh shit" umpat Marco
"mungkin dia pulang ke rumah kalian ?"
"tidak mungkin" jeda sejenak "Jason kamu bisa tangani perusahaan sendiri kan ? aku akan meminta Ferry menemani papa, aku pulang malam ini"
"hah ? apa yang terjadi ? kenapa kamu buru-buru ?"
"tidak ada apa-apa, aku sudah selesai di sini"
"oke, aku akan menjemputmu"
"tidak perlu, Stefan yang akan menjemputku" dan telpon di matikan.
Marco menghela napas dengan berat, dia berdiri dan membereskan barang-barangnya asal dan memasukkannya ke dalam koper dengan terburu-buru, terakhir dia memasukkan laptopnya ke dalam ransel dan berjalan ke luar kamar. Tepat ketika dia menutup pintu kamar papanya bergegas menghampirinya
"Marco, Jocelyn di tikam oleh seseorang saat dia di club"
"hah ?"
"kamu mau kemana ?" tatapan tuan Suri jatuh pada tas yang di bawa Marco
"oh...pa sebaiknya papa telpon om Surya, minta dia datang malam ini untuk menemani Jocelyn, tidak nyaman kalau papa yang menjaganya, aku mau pulang duluan" jelas Marco
"apa ada yang terjadi di rumah ?" Tua Suri menatap anaknya dengan curiga
"aku tidak bisa menghubungi Chloe sejak sore dan tidak ada satunpun yang tau kemana dia pergi, tapi papa jangan kasi tau mama, aku belum yakin apamyang terjadi jadi jangan membuat mama panik, besok Ferry akan datang membantu papa membereskan urusan di sini"
"oke"
Lalu Marco bergegas keluar dari suite dan berjalan dengan cepat menuju lift. Begitu sampai di lobi Marco meminta mobil hotel mengantarnya ke bandara. Dalam perjalanan ke bandara dia menelpon Ferry asisten papanya dan menelpon om Surya memberitahunya tentang keadaan anaknya. Baru saja dia menutup telpon Stefan memanggilnya
"bagaimana ?" tanya Marco begitu mengangkat telpon
"mall sudah tutup, security tidak mengijinkan aku untuk ngecek ke dalam, kamu sudah telpon kakaknya ?"
"hmmm....dia tidak ada di sana, dan mereka tidak ada yang tau kalau dia berencana bermalam di sana"
"oh shit, Marco seberapa akurat firasatmu ?" tanya Stefan putus asa
"hentikan omong kosongmu, cepat buat laporan ke kantor polisi dan hubungi semua rumah sakit yang ada di kota, aku sedang di jalan menuju bandara, satu jam lagi jemput aku"
"siap kaisar" lalu mereka mengakhiri panggilan, Stefan memacu mobilnya menuju kantor polisi.
🍒🍒🍒🍒🍒
Chloe merasakan sebuah tangan sedang meraba-raba pahanya yang terbungkus celana jeans, 'apa Marco sudah pulang ?' batin Chloe, dia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Chloe merasakan tangan itu meraba perutnya dan saat tangan itu menyentuh kulitnya dia merasakan perasaan asing dan ada sesuatu yang salah, tangan Marco tidak sekasar itu. Chloe memaksa matanya untuk terbuka dan ketika dia berhasil membukanya dia langsung mencengkeram tangan asing itu dan melihat pemilik tangan adalah orang yang tidak dia kenal, tanpa ampun dua langsung memutar tangan itu sampai berbunyi
KRAK
"aaaahhhhhh....." teriakan kesakitan menggema di ruangan sempit dan kumuh.
"siapa kamu ? di mana ini ?" tanya Chloe dingin sambil bangun dari tempat tidur reyot tempat dia berbaring sebelumnya.
"aaaahhhhhh.....BRENGSEK KAMU JALANG" teriak pria itu sambil memegang tangannya yang patah.
"bos kamu baik-baik saja ?" sebuah suara lain pria terdengar dari luar kamar
"DOBRAK PINTUNYA DAN HABISI JALANG INI" perintah pria itu, tak lama pintu kamar menjeplak terbuka dan tiga pria memasuki ruangan.
Melihat ketiga pria itu masuk Chloe kembali duduk di ranjang dengan lemas.