webnovel

KE PANTAI

Waktu masih menunjukkan setengah enam pagi,...namun Aska sudah bangun dari tidurnya.

Dengan memakai kaos sweater warna biru tua dan celana jeans, Aska menyisir rambut hitamnya yang setengah basah.

Sambil bersiul kecil Aska mengambil tas punggungnya. Isinya hanya beberapa kaos dan celana pendek untuk berenang di pantai nanti.

Setelah di rasa sudah lengkap, Aska keluar dari kamarnya dan menhampiri kamar Karin. Karin baru membuka kamarnya saat Aska mau mengetuknya.

Aska melihat penampilan Karin tak berkedip. Karin nampak anggun pagi ini, dengan rok pendek dan kaos berlengan pendek sungguh wajah Karin terlihat imut. Tidak sepadan dengan sifatnya yang keras seperti singa betina.

Karin melambaikan tangannya ke wajah Aska yang masih terpaku menatap dirinya.

"Hoii, sadar Ka." teriak Karin. Aska tersentak menelan salivanya setelah sadar dari keterpakuannya.

"Hari ini kamu terlihat beda, tidak seperti singa betina." kata Aska tanpa di saring, membuat Karin jadi emosi.

"Apa katamu singa betina? apa kamu ingin merasakan cakaran singa betina hahhh?" kata Karin sambil mengeluarkan jurus jepitan kepiting, yang sontak membuat Aska mengaduh dan berlari menjauh dari cubitan susulan Karin.

"Lari kemana kamu!" teriak Karin mengejar Aska yang berlari menuruni tangga dan berlari keluar rumah.

Dengan nafas terengah-engah Aska berhenti saat sudah sampai di mobilnya. Aska mengatur nafasnya yang kembang kempis. perutnya sedikit kram, kendati hati Aska lagi senang, tetap saja wajahnya sedikit pucat karena terlalu lelah saat berlari tadi.

Karin menangkap lengan Aska yang akan membuka pintu mobilnya.

"Tunggu." teriak Karin menahan Aska yang akan masuk ke mobilnya.

Aska meringis karena cengkraman tangan Karin sangat kuat di lengannya.

"Ampun Rin, aku minta maaf deh." ucap Aska masih dengan suara terengah-engah.

"Ngapain kamu minta maaf, aku ga marah kok sama kamu. Aku tadi hanya bercanda." ucap Karin menjelaskan.

"Ayoo sini biar aku yang nyetir, kamu duduk istirahat saja." lanjut Karin masuk ke dalam mobil menggantikan posisi Aska untuk menyetir.

Karin sengaja meminta dirinya menyetir karena tidak ingin Aska terlalu capek dalam perjalanan. Aska duduk di sebelah Karin, dan menatap Karin yang mulai fokus untuk menjalankan mobilnya.

Dengan berlahan mobil Karin melaju pelan, menyusuri jalanan yang masih sepi karena masih pagi.

Hampir tiga jam perjalanan telah di lalui Karin. Dengan di iringi lagu Tak kan pisahnya Kangen Band,...Aska menirukan lagu tersebut dengan suara lirih, namun masih cukup terdengar di telinga Karin.

Hati Karin berdesir, hatinya meleleh mendengar suara Aska yang begitu merdu. Dengan suara khas Aksa yang serak-serak basah semakin seksi terdengar.

Aska masih bernyanyi, dan Karin dengan serius mendengarkannya.

Sayang, aku ingin berbicara kepadamu

Tentang apa yang tengah aku rasakan

Ada apa, ada apa, katakanlah semuanya

'Ku 'kan dengarkan, duhai cintaku

Bila nanti orang tuamu tak meridhoi dengan

Apa yang kurasakan padamu

Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya

Begitupun orang tuaku

Kau takkan tinggalkanku

Takkan pernah, sayangku

Janjimu janjiku untukmu

Takkan ada yang pisahkan kita

Sekalipun kau telah tiada

Akan kupastikan

'Ku 'kan memeluk menciummu di surga

Jangan kau pergi tinggalkan aku

Bawa aku ke mana kau mau

Janjiku padamu,…

Karin melirik Aska sekilas, nampak Aska sangat serius saat menyanyikanya, hingga Karin terbawa dengan suasana yang menjadi sedih setelah mendengar lagu Aska.

"Tidak ada lagu lain ya Ka?" tanya Karin mengubah suasana Aska yang terlihat sedih.

"Aku sangat suka lagu ini." jawab Aska matanya menerawang ke depan.

"Lagu sedih begitu, bikin orang jadi baper." ucap Karin sambil fokus dengan jalanan yang depannya.

"Ya karena di akhir lagu itu, nantinya akan terjadi padaku." Aska berbicara pelan, sangat pelan malah.

Karin mengerem mobilnya secara mendadak, hingga tubuh Aska hampir saja membentur dashboard mobil.

"Apa yang kamu lakukan?" teriak Aska sambil memegang dadanya yang hampir hilang nyawanya. Untung jalananan sangat sepi karena mobil sudah memasuki kawasan pantai.

"Siapa yang suruh ngomong aneh-aneh."jawab Karin dengan santai.

"Jika kamu terus ngomong soal kematianmu, akan aku masukkan mobil ini ke jurang nanti." kata Karin dengan menatap Aska tajam.

"Tidak bisakah kamu kalau bicara sedikit lembut?" tanya Aska lagi, sungguh mendengar ucapan Karin seperti wanita yang tidak punya hati.

"Aku tidak akan bisa bicara lembut, jika kamu selalu bermain-main dengan kata kematian." tandas Karin dengan tekanan yang sangat. Tanpa menoleh lagi ke Aska, Karin menjalankan mobilnya memasuki dataran pantai yang sudah terlihat.

Angin semilir dari arah pantai sudah memainkan anak rambut Karin dan Aska. Karin menghentikan mobilnya tidak jauh dari pinggiran pantai.

Suasana pantai tidak terlalu ramai, karena Karin memilih tempat yang agak jauh dari pusat pantai.

Karin mengambil jaket di belakang kursinya dan di berikan pada Aska.

"Pakai jaketnya, aku tidak ingin pulang dari pantai kamu sakit." ucap Karin.

Aska yang memang lupa tidak membawa jaket, sedikit hatinya berbunga karena Karin ternyata perduli padanya. Di pakainya jaket dari Karin. Dengan mengendurkan kakinya yang terasa kram karena tertekuk terus di perjalanan. Karin yang mengetahui tersebut mengampiri Aska yang masih duduk di pinggir kursi mobil.

"Turunkan kakimu ke sini." Karin berjongkok dengan satu lutut di tekukkan agar telapak kaki Aska berada di atas pahanya.

Dengan ragu Aska menurunkan kedua kakinya, dan menurut saja saat sepatunya di lepas Karin, dan telapak kaki Aska di letakkan di atas pahanya. Sedangkan Karin jongkok dan berlanjut memijat pelan kedua telapak kaki Aska.

Hati Aska tersentuh, begitu sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Karin padanya. Sungguh Aska tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran dan hati Karin. Terkadang dengan sikap yang kasar dan kata-kata yang pedas Karin melukai hatinya. Namun dengan begitu cepat Sikap Karin berubah sangat manis dan sangat penuh perhatian. Seperti saat ini...Aska menatap Karin yang masih fokus memijat telapak kakinya.

"Bagaimana sudah enakan belum?" tanya Karin mendongak menatap Aska yang terbengong.

"Sudah lumayan, trimakasih." jawab Aska dengan bibir yang keluh.

"Ayo sekarang kita jalan ke pantai." ajak Karin , yang bangkit berdiri dan berjalan menjauh dari Aska, yang masih menatapnya dengan hati yang berisi sejuta tanda tanya.

"Kenapa aku tidak bisa mengerti apa yang ada dalam hatimu? kamu wanita pertama yang sulit aku pahami." bisik batin Aska.

Siguiente capítulo