Rengkahan tanah dan pasir halus menyebar, membentang bagaikan bagaikan kipas raksasa yang melingkupi seluruh penjuru selatan. Wander menatap rengkahan itu dengan kelu. Tenggorokannya tersumbat oleh emosi yang membotol dan membuncah. Derik roda kereta yang melintasi celah-celah retakan terdengar asing setelah melintasi pasir yang mulus. Keringat dinginnya membanjir meski udara yang mulai terik menyengat. Seluruh horizon penuh berisi pesan kematian dan ketandusan.
Sulfa mengomentari ringan, "Dari sini kita akan kesulitan air. Tidak ada lagi sungai, hanya bentangan gurun dan tanah mati."
"Apa kita menuju pantai sebelah selatan?"
Sulfa hanya tersenyum, mengalihkan jawabannya, "Daerah dari sini sampai menjelang semenanjung selatan adalah rengkahan tanah mati. Tidak ada satu pun yang tumbuh dan tidak ada yang menghuni daerah ini. Selama ini tidak ada yang berani melintasinya."
"Tapi kalian pernah melintasinya. Kalian punya petanya."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com